Bomb
Naruto disclaimer Masashi Kishimoto
Pair : MinaKushi
Typo mungkin ada, kalau ada yang salah mohon kasi kritikan ya, kalau mau nge-flame kasih nama dong, biar nanti Hanami liat apa flamer itu fic nya bagus ato enggak… *ppfftt
Enjoy. DLDR.
.
.
.
"Minato! Cepat, waktu kita tidak banyak..." Teriak seorang lelaki berambut pirang yang rambutnya dikuncir kuda.
"Tunggu, aku masih mempersiapkan alat-alatku, Inoichi..." Sahut seseorang yang dipanggil 'Minato' oleh Inoichi.
"Alat? Bahkan kau tidak memerlukan baju pengaman saat menjinakkan bom!" Sahut Inoichi.
Minato hanya terkekeh pelan, sambil memasukkan beberapa alat -Tang, obeng, gunting, sarung tangan, jurnal, dan benda lainnya- kedalam sebuah ransel hitam. "Ayo..."
-Tokyo Mall, 11.00 a.m.-
Kepanikan mulai melanda Tokyo Mall, saat seseorang berteriak histeris, "Bom!"
Ia menunjuk kesebuah tiang penyangga mall lantai satu yang tertempel sebuah benda hitam merah dengan banyak kabel dan beberapa lakban hitam yang merekatkannya di pilar penyangga, juga dengan sebuah layar kecil dengan jam digital yang terhitung mundur. Sontak semua pengunjung berlarian keluar mall. Dengan waktu hitungan menit, beberapa unit mobil polisi mengelilingi bangunan mall.
"Regu penjinak belum datang?" Sahut seorang polisi.
"Belum Inspektur Fugaku, sesuai konfirmasi, mereka akan datang 5 menit lagi..." Jawab polisi lainnya.
"Regu penjinak? Kupikir, kau harus meralat kata-katamu, Inspektur Fugaku..."
Fugaku menoleh, lalu memberi hormat kepada orang itu, "Kepala Inspektur Hiruzen, anda tidak perlu sampai turun tangan untuk mengatasi masalah ini, kami bisa menanganinya..."
"Aku tidak datang untuk mengatasi masalah ini, masalah ini adalah tugasmu, aku tahu itu. Aku hanya datang untuk seseorang yang kau anggap 'Regu Penjinak' padahal, nyatanya regu itu hanya terdapat satu orang..." Hiruzen tersenyum.
Tiba-tiba seseorang berambut pirang dan bertubuh tinggi tegap, keluar dari dalam bangunan mall, dengan memainkan bom yang sudah di non-aktifkan.
"Kau... Kapan kau sampai?" Kata Fugaku yang terkejut melihat 'seseorang' tersebut telah menyelesaikan tugasnya tanpa ia ketahui.
"Aku datang 3 menit yang lalu, padahal aku melewatimu tadi, Fugaku..." Seseorang itu tersenyum miring.
"Minato Namikaze..."
"Oh, Kepala Inspektur..." Minato memberinya hormat.
"Apa yang kau dapatkan kali ini?" Kata Hiruzen dengan nada sedikit menantang.
"Hanya barang kecil. Bom rakit biasa, daya ledaknya pun kujamin tak akan bisa menghancurkan pilar itu..." Minato melempar-lemparkan bom itu dengan tangan kanannya seolah sedang memainkan bola tenis. "Tapi, namanya juga bom. Siapa yang tidak takut melihat barang itu disekitar kita..."
"Kau... Kau tidak takut dengan barang itu..." sahut Inoichi yang tiba-tiba disebelah Fugaku.
"Haha, anggap aku sebagai pengecualian. Nih..." Minato melemparkan bom itu pada Inoichi, dengan tanggap Inoichi menerimanya. "Ada beberapa sidik jari di lakbannya, mungkin kau bisa menemukan pelakunya dengan mudah..." setelah melempar bom itu, Minato melepaskan sarung tangannya. Jadi, sidik jarinya tak akan menempel di bom itu. Lalu Inoichi pun pergi dengan Fugaku.
"Ada waktu setelah ini, Minato?" Hiruzen angkat bicara.
"Hm... Sepertinya ada..."
"Baiklah, ayo ikut aku..."
Minato mengeratkan ransel hitamnya.
-Kediaman Hiruzen Sarutobi, 11.55 a.m-
"Tak berubah meski sudah hampir 2 tahun aku tak berkunjung..." Ucap Minato saat memasuki ruang tamu yang luas dan terkesan mewah itu.
"Tentu saja, kau ada di luar negeri satu tahun terakhir ini..." Hiruzen mempersilakan Minato untuk duduk.
Lalu Hiruzen pergi untuk mengganti bajunya. Maid menyajikan es jeruk kesukaan Minato. Tentu para maid dirumah Hiruzen hapal dengan hal ini. Minato sering berkunjung saat Minato masih belum resmi menjadi 'Regu Penjinak' di Kepolisian Tokyo.
"Minato Nii-san!" Seorang anak laki-laki berambut cokelat berlari cepat mendekati Minato.
"Oh, Yamato! Lama tak berjumpa..." Minato mengacak rambut Yamato dengan gemas.
"Habis latihan Karate?" Tanya Minato. Yamato mengangguk.
"Dengan siapa?"
"Kakashi Hatake..." Yamato menunjuk Kakashi yang baru memasuki ruang tamu.
"Konnichiwa..." Kata Kakashi sopan dengan membungkukkan badannya.
"Konnichiwa..." Balas Minato.
"Kalian mengobrol dulu tanpa mengajak Jii-san?" Hiruzen mulai ikut mengobrol.
"Oh, Jii-san..." Yamato membungkukkan badan, begitu juga dengan Kakashi.
"Apa yang akan anda bicarakan?" Kata Minato. Mendengar hal itu, Yamato dan Kakashi segera meninggalkan Minato dan Hiruzen, mereka sudah biasa dengan aturan Hiruzen, 'Tidak boleh mendengar percakapan orang lain, kalau kau tidak terlibat dengan percakapan orang itu...'
"Sebenarnya tidak ada... hanya ingin mengajakmu mengobrol setelah melewati babak hidup-mati tadi..." Hiruzen mulai membuka pembicaraan.
"Hidup-mati? Aku sudah melewatinya ratusan kali..." Minato tersenyum.
"Tentu saja. Aku mengerti, Minato..."
"Hidupku sudah mati... tak banyak orang yang menganggapku hidup. Aku menjinakkan bom, itu memang tugasku. Dan tak ada hal yang lebih istimewa dari itu..."
"Bagaimana dengan menjinakkan bom demi orang tersayang?" tanya Hiruzen.
"Orang tersayang? Mereka sudah mati..."
-East Tokyo, 01.13 p.m-
Sebuah garis polisi melintang di gerbang sebuah rumah besar bertingkat 2 yang terlihat usang dan berbekas kebakaran. Hampir semua atap rumah itu jebol, temboknya berwarna hitam usang.
Minato melangkah melewati garis polisi tersebut. Sambil membawa tas ranselnya. Ia memasuki rumah itu dengan tenang, pandangannya sedikit menyendu.
Minato naik ke lantai dua, menuju kesebuah ruangan yang hancur, perabotannya ludes terbakar, sinar matahari menyorot dari atas yang sudah tak beratap. Minato duduk didekat jendela yang tidak berkaca.
Minato mengeluarkan jurnal dan beberapa berkas dari ranselnya. Lalu mengeluarkan ballpoint.
"5 Juli, 11.02 a.m, Tokyo mall, lantai 1, bom rakit, C4, pemicu jam digital..." Gumam Minato sambil menggoreskan ballpoint diatas kertas jurnalnya.
Minato selalu menuliskan dengan rinci kasus bom yang ia tangani di jurnalnya. Setelah itu, Minato menatap lurus halaman depan yang tak terawat dengan mata sendu.
Minato sering menghabiskan waktunya di rumah ini, rumah ini adalah rumah keluarganya, kediaman Namikaze. Yang hancur berantakan 8 tahun lalu karena teror dari kelompok tak dikenal. Mereka memasang bom C4 dibeberapa titik dirumah ini. Semua keluarganya meninggal, begitu juga dengan adik kandungnya yang masih berumur 3 tahun. Kushina Namikaze.
Minato mengepalkan tangannya. Kepolisian menutup kasus yang menewaskan seluruh keluarganya ini. Karena seluruh bukti juga ikut terbakar dengan rumah ini.
Dan saat itu juga, Minato berusaha untuk menjadi seseorang yang memiliki keahlian sama dengan agen polisi ataupun militer. Tetapi sebenarnya Minato tak ada keinginan untuk menjadi bagian dari kepolisian, karena tugas utamanya hanyalah, memecahkan kasus yang membunuh semua keluarganya.
Minato adalah pemuda jenius, hanya dengan mempelajari hal-hal yang berbau kepolisian dan militer dari sahabat ayahnya, ia menjadi pemuda yang tangguh dan juga dengan kemampuannya yang luar biasa. Ditambah dengan kemampuannya menjinakkan bom, bagaikan kartu truf, itu adalah kemampuan andalannya.
Tetapi semua berubah saat Hiruzen menawarkan posisi di kepolisian dengan imbalan kasus keluarganya akan dibuka kembali. Minato menerima tawaran itu, tetapi sesuai dugaannya. Sebelum membuka kasus itu, Minato sedikit kesulitan mengumpulkan bukti-bukti yang tersisa dari rumahnya. Semuanya habis terbakar.
Minato membuka lembaran berkas yang ia keluarkan. Lalu ia membaca surat dari mendiang ayahnya. Surat yang sudah ratusan kali ia baca.
Minato berkeringat, siang ini matahari sungguh terik. "Panas sekali..." Minato mengusap keringat didahinya dengan tangan kiri yang masih menggenggam surat ayahnya tersebut. Saat tangan kirinya terangkat, Minato melihat gambar aneh dari surat itu. Lalu Minato mengarahkan surat itu ke sinar matahari, gambar itu menjadi jelas, sebuah dena.
"Bingo..." Minato tersenyum.
-Kepolisian Tokyo-
"Bagaimana, Inoichi?" Fugaku menepuk pundak Inoichi.
"Pelakunya sama dengan teror bom buku 2 tahun lalu, Deidara..."
"Hah, dasar maniak bom... Apa pasukanmu sudah menangkapnya?"
"Mereka sudah menangkapnya..."
-East Tokyo 06.45 p.m-
Minato menginjak lantai rumah yang berada di bekas kamar orang tuanya, setelah lantai itu hancur, Minato menemukan sebuah kotak. Minato mengambil kotak itu dengan hati-hati, lalu dibukanya kotak itu. Sebuah harddisk eksternal dan beberapa lembar berkas. Minato membaca berkas itu, ternyata data-data perusahaan ayahnya dahulu. Saham, dan beberapa benda penting lainnya. Tetapi Minato hanya tertarik dengan harddisk itu. "Apa isinya?"
-Central Tokyo, Distrik Konoha-
Minato membuka kunci apartemennya. Segera ia mengganti bajunya dengan baju santai yang biasa ia pakai saat tidak bertugas.
"Lets find out..." Minato menggumam sambil mulai membuka isi harddisk yang sudah ia sambungkan dengan PC-nya.
"CCTV-rec ?" Minato sedikit penasaran, karena disk itu hanya berisi satu folder.
Ia buka folder itu, banyak berisi folder lain dengan keterangan tanggal.
Minato tertarik dengan folder bernama '25 January 20xx' lalu ia buka folder itu. Didalamnya terdapat folder lain dengan nama 'Cam-out-1' , 'Cam-out-2' , 'Cam-in-1' , 'Cam-in-2' dan seterusnya. Total CCTV dirumah Minato dahulu ada 30, 22 camera dalam ruangan, dan 8 camera luar ruangan.
Minato membuka satu persatu folder itu, Cam-in-1 terdapat 1 video. Isinya rekaman cam-in-1 pada tanggal 25 Januari mulai jam 00.00 sampai jam 22.16 karena saat itu rumah Minato meledak dan terbakar. Minato meneliti tiap rekaman.
Ia melihat seorang pelayan laki-laki yang menaruh suatu barang didalam laci kecil yang menempel dengan pilar penyangga yang terhubung dengan lantai 2 rumah itu.
"Apa yang palayan itu lakukan?" alis Minato mengkerut. Ia tidak mengenali pelayan itu.
Dirumah itu terdapat 4 pilar dengan laci kecil yang menempel ditiap pilar. Entah kenapa tidak ada yang curiga dengan pelayan itu, ia membawa troli kecil yang biasa untuk mengangkut pakaian kotor. Ia terihat mengeluarkan beberapa barang yang sama dan menaruhnya dalam laci, didalam pot bunga, juga menempelkannya dibawah tangga. Lalu sekitar 30 menit kemudian, muncul ledakan beuntun dari tempat-tempat benda tadi. Dan Minato menyimpulkan, orang itu yang menaruh bom dirumahnya.
"C4 dengan sedikit modifikasi ternyata..." Minato tersenyum puas. Ia sudah melihat semuanya, siapa yang meletakkan bom dirumahnya. Lalu ia kembali memeriksa berkas-berkas yang ia temukan tadi siang.
"Uchiha...Madara? Buronan kelas kakap ya? Hm? Pelaku pengeboman 10 tahun lalu yang menewaskan 200 orang lebih... tapi, apa motifnya?" Minato masih belum menyempurnakan puzzlenya.
-East Tokyo 08.18 a.m-
Minato kembali mengunjungi bekas rumahnya, ia hanya terdiam dilantai 2 sambil melihat jalanan yang tak banyak orangnya. Dengan satu headset ditelinga kirinya.
Nobody can find me here
This is my secret place
No one knows and no one will know
But I feel like losing senses
I am in this corner here alone
Minato menggumamkan lagu dari One OK Rock 'Mr. Gendai Speaker' yang menjadi kesukaannya akhir-akhir ini, terutama dengan tempat rahasia Minato yaitu bekas rumahnya yang sudah tak berpenghuni lagi.
Ditempat ini Minato melayangkan pikirannya, kembali meyakinkan pikirannya nahwa ia sendirian di dunia ini, keluarganya sudah meninggal, temannya pun tak banyak, hanya sahabat ayahnya yang bernama Tobirama Senju, Fugaku, juga Hiruzen. Kakashi dan Yamato. Sudah, bisa dihitung dengan jari, bukan?
"Tune!" sebuah teriakan wanita mengagetkan Minato. Suara siapa itu?
"Tune! Kembali kesini..." suara wanita itu terdengar lagi, Minato mengambil pistol semi-otomatisnya dengan posisi siaga.
Krincing...
Suara lonceng. Semakin lama, semakin mendekat. Minato mengarahkan pistolnya kearah tangga. "Meong!"
Seekor kucing berbulu abu-abu berlari kearah Minato dan menerjang ke arah Minato.
"Uwahh...!" Minato mengaduh sakit, karena dadanya yang ditubruk kucing itu.
"Tune! Kembali ke-" seorang gadis berambut merah tengah ternganga melihat kucingnya tengah berada dipelukan lelaki berambut pirang.
"Maaf, apa kucingku melukaimu?" dengan pelan, gadis itu mendekat, sedikit katakutan karena melihat Minato membawa pistol.
Minato memasukkan pistolnya kembali. "Ah, tidak... dia hanya menubrukku..." Minato mengelus dan mengembalikan kucing itu pada gadis itu.
"Terima kasih..." Gadis itu membungkuk.
"Siapa kau? Bagaimana bisa sampai kesini? Bukankah didepan ada garis polisi?" Tnya Minato.
"Hah? Pertanyaan macam apa itu? Dimanakah letak sopan santunmu tuan? Dimana-mana lelaki dulu yang memperkenalkan dirinya terlebih dahulu..." ujar gadis itu sedikit sewot.
Minato terkejut. Kasar sekali...
Minato menghela napasnya,"Baiklah... Namaku Minato Namikaze. Aku petugas kepolisian..." Minato menunjukkan lencananya.
"Baiklah, aku sudah memperkenalkan diriku. Bisakah kau jawab pertanyaanku tadi, Nona?" Minato menyimpan lencananya kembali.
"Namaku Kushina Uzumaki, kucingku berlari kesini, jadi aku kejar, aku tau ada garid polisi, tetapi kucingku tidak mau kembali jadi kembali kukejar..."
Kepala Minato menjadi kosong. Siapa tadi namanya?
Kushina...
.
.
.
A/N : Halo, Hanami dapet ide cerita lagi, akan kuusahakan gak hiatus lagi. *semogaja
Maaf kalau Hanami tulis Minato sebagai polisi, kalau di Indo kan namanya Satuan I Gegana. Hanami bingung. Jadi Hanami tulis polisi ajah, kalau ada yang tau, PM Hanami aja ya. Jelasin tentang hal yang berbau polisi, gegana, dan lain-lainnya…
Review ya…
~Hanami
