DESIRE

.

.

.

.

KIM KAI X OH SEHUN ( GS ) Maaf lagi ngefeel GS

RATED M

GENRE Fantasy AU, Romance, Drama, Maybe a lil bit Angst

.

.

.

.

HAPPY READING

Setiap hari selama ratusan tahun Sang Dewi mengunjungi Neraka dan setiap hari pula Kai mengawasi Dewi itu dari tempat bertugasnya, hasrat memanaskan darahnya lebih dari api kutukan di luar posnya. Seharusnya sejak awal ia tidak mengamati Sang Dewi, seharusnya ia tetap menjaga agar tatapannya terus tertuju ke bawah sepanjang waktu. Ia adalah budah dari Pangeran kegelapan dan terlahir dari panasnya api, sedangkan perempuan itu seorang Dewi, perempuan itu tercipta dari cahaya.

Walau bagaimanapun aku tidak mungkin memiliki Sang Dewi, pikir Kai sambil mengepalkan tangan. Tidak peduli betapa ia menghendaki yang sebaliknya. Lagipula, mana mungkin Sang Dewi menginginkannya. Obsesi ini tidak ada gunanya dan tidak memberinya apa apa selain rasa putus asa.

Tapi tetap saja ia mengawasi Sang Dewi hari ini saat perempuan itu melayang melewati gua tandus, jemarinya yang indah menelusuri bebatuan bergerigi yang memisahkan bawah tanah dengan dunia kematian. Ikal ikal keemasan tergerai di punggung yang elegan dan membingkai wajahnya yang begitu sempurna, teramat jelita. Bahkan Aphrodite sendiri tidak bisa menandingi kecantikan Sang Dewi. Mata secemerlang bintang itu menyipit, pipinya merah merona semulus batu pualam.

" Dinding ini retak, " Ucap Sang Dewi, suaranya bagai seuntai lagu di tengah tengah desisan api dan jeritan yang tidak menyenangkan.

Kai menggeleng, Dewi itu tidak mungkin sedang berbicara kepadanya. Selama berabad abad bertemu, mereka tidak pernah bertegur sapa, tidak pernah sekalipun menyimpang dari rutinitas mereka. Sebagai Penjaga Neraka, Kai memastikan gerbangnya selalu tertutup, pintu itu hanya terbuka jika hanya ada jiwa yang harus dibuang kedalamnya. Sedangkan perempuan itu adalah seorang Dewi Penindasan, perempuan itu memperkuat dinding penghalang hanya dengan satu sentuhan. Dan karena penjagaan dari mereka berdua, tidak ada seorang atau sesuatupun yang bisa meloloskan diri. Selama berabad abad itulah yang mereka lakukan tidak pernah sekalipun di antara mereka terjadi percakapan.

" Kau tidak punya komentar tentang dinding retak ini? " Tanya Sang Dewi.

Sekejap kemudian Sang Dewi berdiri di depan Kai, meski Kai tidak pernah melihatnya bergerak, aroma madu yang manis mendadak mengalahkan bau busuk belerang dan daging meleleh, dan Kai menghirup dalam dalam aroma madu itu, ia memejamkan mata penuh kenikmatan. Kai berharap Sang Dewi selalu berharap berada di sisinya.

" Penjaga? " Sang Dewi memanggil.

" Dewi! " Kai memaksa membuka pelupuk matanya sedikit demi sedikit, lambat laun menampakkan pendaran kecantikan Sang Dewi. Dari dekat, perempuan itu terlihat lebih cantik dari perkiraannya sebelumnya. Sang Dewi memberikan senyum manis kepadanya.

Bagaimana komentar Sang Dewi tentang penampilanku? Pikir Kai. Mungkin Sang Dewi menganggapnya seorang monster, mengerikan dan cacat. Memang seperti itulah wujudnya. Bahkan saat ia masih manusia, para perempuan tidak ingin berurusan dengannya, mereka langsung menyingkir begitu ia menunjukkan perhatian kepada mereka. Tapi terlihat dari raut wajah Sang Dewi, sepertinya Sang Dewi tidak berpikiran seperti itu atau Sang Dewi hanya menyembunyikan pikiran itu karena tidak ingin menyinggung Kai. Yang Kai lihat hanya rasa penasaranlah yang terlihat di mata secemerlang bintang itu.

" Retakan itu kemarin tidak ada, " Kata Sang Dewi lagi. " Apa yang menyebabkan kerusakan seperti itu dan kerusakan yang begitu cepat? "

" Segerombolan Penguasa Iblis setiap hari bangkit dari lubang neraka dan berjuang agar bisa keluar. Mereka sudah muak dengan penahanan disini dan mereka ingin mencari manusia untuk disiksa. Sepertinya itulah yang menyebabkan keretakan di dinding itu. " Jelas Kai.

Sang Dewi menerima berita itu tanpa reaksi. " Kau punya nama nama mereka? "

Kai mengangguk. Ia tidak perlu melihat ke balik gerbang untuk tahu siapa saja yang mencoba untuk kabur, ia bisa merasakannya. " Iblis itu adalah Iblis Kekerasan, Kebohongan, Keraguan, Kesakitan_ haruskah ku sebutkan semuanya? "

" Tidak usah, " Jawab Sang Dewi dengan pelan. " Aku paham. Yang terburuk dari yang terburuk. "

" Benar. Mereka menghantami dan mencakari dinding di balik gerbang, mereka sangat ingin pergi ke dunia manusia. " Ucap Kai.

" Well, hentikan mereka. " Sebuah perintah, dibalut oleh permohonan dengan suara serak.

Seandainya bisa, Kai rela memberikan sisa sisa terakhir kemanusiaannya untuk melakukan apapun yang diinginkan Sang Dewi. Apapun untuk membalas hadiah kedatangannya kesini setiap hari. Apapun untuk membuat Sang Dewi tetap berada disini, ia ingin selalu mencium aroma Sang Dewi yang manis. " Aku dilarang meninggalkan pos, sama seperti aku tidak diijinkan membuka gerbang untuk alasan apapun selain untuk memasukkan jiwa terkutuk ke dalam. Aku khawatir tidak bisa mengabulkan permintaanmu, Dewi. "

Suara desahan lirih terdengar dari Sang Dewi. " Kau selalu melakukan dan menuruti semua perintah yang di berikan? "

" Selalu. " Ucap Kai. Sekali ia pernah melawan ikatan tak kasatmata yang membelenggunya, yang ia dapat hanya rasa sakit dan penderitaan. Penguasa membawa manusia yang mirip dengan Ibu, Ayah, dan saudara laki lakinya. Ia sudah tahu manusia itu hanya mirip dengan keluarganya tapi tetap saja ia tidak tega melihat mereka dibantai didepan matanya, mereka disiksa karena ia ingin melarikan diri dari tempat ini.

Andai rasa sakit dan penderitaan itu ditimpakan pada dirinya, ia tidak akan peduli. Ia hanya akan tertawa dan melawan lebih keras lagi. Tetapi Kris si Lucifer, saudara Hades sekaligus Pangeran para Iblis, membutuhkan penjaganya tetap bugar dan utuh, jadi ia menggunakan cara lain untuk menghukumnya dan menggunakan cara lain agar ia mematuhi semua perintah yang Kris berikan.

" Kau terlalu patuh. Aku mengharapkan yang berbeda darimu, " Ujar Sang Dewi. " Kau seorang Ksatria, kau begitu tangguh dan percaya diri tapi kenapa kau mau mematuhi perintahnya? "

Benar, ia memang seorang Ksatria. Tetapi ia juga seorang budak. " Maafkan aku, Dewi. Ketangguhan dan kepercayaan diriku tidak mengubah apapun. " Ucap Kai.

" Aku akan memberimu imbalan karena membantuku, " Sang Dewi tetap bersikeras. " Sebutkan hargamu. Apapun keinginannmu akan menjadi milikmu. "

Yang kuinginkan hanyalah mengecup bibir indahmu itu, Dewi. Pikir Kai. Namun, kenapa aku harus membatasi diri? Pikir Kai lagi. Ia bisa meminta semalam dalam pelukan Sang Dewi. Telanjang, menyentuh dan merasakan kulit indah Sang Dewi. Karena memikirkan hal itu, otot di tubuh Kai terasa menegang penuh gairah.

Kai menggeleng gelengkan kepalanya menghilangkan pikiran Sang Dewi yang telanjang. Ia tidak akan mengambil resiko menerima kemarahan Kris lagi hanya karena kesenangan sesaat.

" Penjaga? " Desak Sang Dewi lagi. " Apapun. Aku akan memberikanmu apapun. "

Kai menelan ludah. " Maafkan aku, Dewi. " Tidak, jangan bicara apa apa lagi. Mintalah ciuman, setidaknya satu kali. " Seperti tadi kubilang, aku tidak bisa membantumu. " Tidak, tidak, tidak. Teriak batin Kai. Betapa ia membenci dirinya saat ini.

Bahu Sang Dewi merosot kecewa, dan hal itu membuat kebencian Kai pada dirinya sendiri meningkat. " Tapi_ kenapa? Kau juga ingin agar para Iblis tetap di neraka, bukan. Kalau kau tidak bertindak mungkin saja mereka bisa lolos. Kau benar benar tidak ingin mereka lolos, bukan? " Tanya Sang Dewi.

" Benar, aku tidak ingin mereka lolos dari neraka. " Jawab Kai. " Aku telah menjual jiwaku, " Ucap Kai.

Dulu Kai hanyalah manusia biasa, meskipun bertubuh besar dan canggung, ia merasa puas dengan rumahnya dan ia benar benar terpesona kepada pasangannya, well, walaupun perempuan itu dipilihkan oleh keluarganya.

Setahun setelah menikah, istrinya jatuh sakit dan ia merasa putus asa. Meskipun istrinya itu tidak bahagia saat bersamanya karena rupanya yang cacat, tapi tetap saja istrinya itu adalah milik Kai dan ia memastikan keselamatan sang istri adalah tugas seorang suami. Jadi, ia memohon pertolongan para Dewa untuk menyelamatkan istrinya. Tapi ternyata bukan hanya manusia yang mengabaikannya, para Dewa pun mengabaikannya dan hal itu membuatnya putus asa. Saat itulah Kris, si Lucifer datang kehadapannya.

Untuk menyelamatkan istrinya, Kai harus rela menyerahkan dirinya kepada sang Pangeran Kegelapan. Dan, ia mendapati dirinya bertranformasi dari manusia menjadi makhluk mengerikan. Tanduk mencuat di kepalanya dan tangannya berubah menjadi tongkat pemukul, kuku kukunya berubah menjadi cakar sedangkan kaki binatang menggantikan kaki manusianya. Dalam hitungan detik, ia tampak lebih mirip binatang daripada manusia.

Istrinya kembali sehat, sesuai kesepakatan dalam kontraknya dengan Kris, tapi perlakuan istrinya pada Kai tidak melunak. Istrinya malah meninggalkannya demi laki laki lain. Laki laki yang rupanya selama ini menjadi selingkuhan istrinya itu. Saat itulah ia merasa begitu bodoh, seorang suami pecundang dan semua pengorbanannya sia sia.

" Pikiran apa yang memenuhi benakmu, Penjaga? Kau tampak begitu_ hancur. " Ucap Sang Dewi dengan lirih.

Kai mengepalkan tangannya saat mendengar nada iba pada suara Sang Dewi. Rasa iba yang harus ia abaikan. Tanpa emosi, ia harus bersikap seperti itu. Kalau ia menggunakan perasaannya, ia tidak akan bisa bertahan hidup di tempat seperti ini. " Tindakanku bukan lagi atas keinginanku. Maaf, aku tidak bisa membantumu. Tidakkah kau punya banyak tugas lain untuk dikerjakan daripada memikirkan hal ini? "

" Aku sedang melakukan tugasku sekarang. Tidak seperti kau! " Seru Sang Dewi.

Kai menundukkan kepalanya.

Sang Dewi mendesah. " Maafkan sikap ketusku. Aku hanya lelah. " ia mengamati Kai.

Kai bergerak gerak gelisah merasakan tatapan Sang Dewi. Pengamatan Sang Dewi seperti itu membuatnya gelisah mengingat penampilannya yang memuakkan. Tapi saat ia mendengar suara Sang Dewi lagi, tidak ada nada kejijikan dalam nada suara itu.

" Jiwamu milik Pangeran kegelapan? " Tanya Sang Dewi.

" Ya, " Jawab Kai singkat.

" Andai jiwamu dikembalikan kepadamu, kau akan membantuku? " Tanya Sang Dewi lagi.

" Ya, " Ulang Kai, suaranya terdengar serak. Masihkan Sang Dewi menawarinya imbalan atas bantuannya?

" Baiklah. Akan kulihat apa yang bisa kulakukan. " Ucap Sang Dewi.

Mata Kai terbelalak ngeri. Apa Sang Dewi akan menemui Kris si Lucifer? " Jangan kau harus _ "

Sang Dewi menghilang sebelum Kai sempat menghentikannya.

.

.

.

.

#Koridor Dalam Neraka

" Kris, denga aku baik baik. Aku ingin bicara denganmu. Kau akan muncul di depanku, hari ini, diruangan ini juga, sendirian. Aku akan menunggumu. " Sehun, Sang Dewi penindasan menyatakan keinginannya dengan tegas. " Dan, kau akan memakai pakaian. "

Bukan tanpa alasan Sehun meminta Sang Lucifer datang dengan memakai pakaian. Biasanya bila ia meminta pertemuan, Sang Pangeran Kegelapan pasti akan selalu memboyongnya ke tempat tidur, dengan tangan dan kaki terikat, tanpa pakaian.

Beberapa menit berlalu dan masih belum ada respon dari panggilan Sehun. Tapi kalau dipikir pikir, ia tahu tidak akan ada respon untuknya. Kris senang membuatnya menunggu.

Sehun memperhatikan sekelilingnya, seolah olah mengamati tempat itu. Sehun memperhatikan dinding istana Kris terbuat dari nyala api, singgasannya tersusun dari tumpukan tulang, abu dan api lagi.

Sehun membenci semua hal ditempatini. Kepulan asap hitam yang membubung naik dari neraka, bergulung gulung di sekitarnya. Meski Sehun begitu ingin mengibaskan tangan di depan hidungnya, tapi ia tidak melakukannya. Ia tidak akan menunjukkan satu titik kelemahannya pada Kris. Kalau ia menunjukkan kelemahannya, hal itu akan membuat Kris senang. Karena hal yang disukai Sang Lucifer adalah kerapuhan.

Pertama kali ia berkunjung kesini adalah untuk memberi tahu Hades dan Kris bahwa ia ditunjuk sebagai pengawas mereka. Sebagai sosok yang merupakan perwujudan dari pengendalian dan penaklukan, ia dipilh oleh para Dewa untuk mengemban tugas ini.

Ia tidak setuju sebenarnya, tapi membantah para Dewa akan mengundang hukuman. Meskipun demikian, setelah menerima penugasan itu, sering kali Sehun berpikir bahwa mungkin hukuman lebih baik daripada mengemban tugas ini. Karena mengemban tugas ini, ia harus tidur di gua di dekat neraka, itupun bukan tidur sungguhan, tapi tidur waspada. Dan ia tahu saat ia berada di gua mata sang Penjaga selalu mengawasinya.

Selama bertahun tahun, perhatian si Penjaga membuat Sehun resah, karena Penjaga itu tidak tampak seperti siapapun yang pernah ditemui olehnya, Penjaga itu memiliki tubuh setengah manusia dan setengah hewan, dan aura si Penjaga begitu mendominasi. Bukannya ia takut tapi ia malah merasa nyaman, tatapan yang diberikan oleh si Penjaga membuatnya merasa nyaman. Penjaga itu melindunginya dari para Iblis dan jiwa jiwa yang menyelinap keluar gerbang, Penjaga itu menyerang para iblis yang ingin mencelakainya.

Aku telah menjual jiwaku, kata si Penjaga. Untuk apa? Sehun bertanya tanya. Apa yang diterima ia terima sebagai imbalan? Apakah pertukaran itu adalah pertukaran yang adil? Sehun benar benar ingin bertanya hal itu kepadanya, tapi ia teringat betapa tak nyamannya si Penjaga ketika mendengar bertanya tentang dinding yang retak. Jadi, ia yakin si Penjaga pasti juga tidak akan suka diajak bicara mengenai sesuatu yang begitu pribadi.

Sebenarnya bukan tanpa alasan ia bertanya tentang dinding yang retak. Dinding neraka itu sekarang sama saja dengan kulit keduannya. Pertama kali ada satu iblis yang menggores dinding itu, ia merasakan sakit dan hal itu membuatnya tersentak terkejut. Tapi kini hal itu tidak lagi mengagetkannya, meski sesekali ia masih merasakan sakit setiap ada satu jiwa atau iblis yang menyentuh dinding. Ia akan merasa kulitnya tersengat, ketika api neraka menjilat dinding, ia ikut merasa terbakar. Jadi, kenapa aku bisa sampai tidak menyadari kejadian baru baru ini? Kenapa aku tidak mengetahui ada dinding yang retak? Pikir Sehun.

Ia memang merasakan kekuatannya terkuras, sedikit demi sedikit rasa sakit menusuknya tanpa alasan, tapi penglihatannya tetap tenang. Sekarang, ia tahu kenapa ia merasa sakit. Kalau retakan di dinding makin membesar, ia pasti akan mati karena ia tidak mungkin bisa lagi menahan rasa sakit.

Lamunan Sehun terhenti saat ia mendengar suara tawa sinting para iblis, erangan jiwa jiwa yang disiksa dan desisan daging yang meleleh dari tulang dan bau yang sangat menyengat.

Sulit sekali tetap bersikap tenang di tengah keadaan mengerikan seperti ini. Terutama sekarang. Para Iblis tertinggi pastu telah menggarap dinding itu selama berminggu minggu. Dinding yang berada di paling luar saja sudah retak apalagi dinding yang berada di dekat neraka? Sehun bergidik membayangkannya. Jelas sekali sekarang ia harus melakukan apapun untuk mencegah para Iblis itu menghancurkan dinding neraka.

" Kris, " Panggil Sehun lagi. " Aku yakin kau mendengar panggilanku, sekarang datanglah kemari. Kalau kau tidak datang secepatnya, aku akan pergi dan kau akan melewatkan kesempatan untuk melakukan tawar menawar. "

Suara langkah kaki mendadak menggema dan nyala api setinggi beberapa meter di hadapan Sehun tersibak. Dari dalam api, Kris si Lucifer keluar melenggang dengan santai dan terlihat sangat ceria.

" Ya, aku memang mendengarmu. " Ucap Kris, suaranya dalam dan sehalus sutra. Ia bahkan tersenyum lebar. " Kau menyebut nyebut soal tawar menawar? Apa yang bisa kulakukan untukmu, Sayangku? "

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC / END?

Anyeonggggggggg ( ~ ^ 0 ^ ) ~

Kekekkee aku bawa FF baru nich, tapi tetap bertemakan fantasy.

Jjong maafkan Noona bikin kamu jadi buruk rupa di FF ini. Karena kalau kamu dibikin cakep n selalu di kejar kejar cewe itu udah mainstream banget. Jadi mau perubahan dikit laaaaa.

Otte? Ada yang berminat? Maaf ini GS soalnya lagi ngefeel bikin GS.

Mohon reviewnya yaaaa.. kalo reviewnya banyak postnya bakalan cepet hahahaa