BUGH!

"Argh!"

Suara bantingan tersebut menggema dengan nyaring di sebuah gang sepi Kota Konoha. Kedua preman malang yang terbanting tersebut menatap ngeri pada seorang pemuda berambut klimis yang berdiri dengan kukuh di depan mereka. Sakit dan takut mereka rasakan saat ini, terlebih saat melihat sebuah senyum palsu yang tercetak di wajah pemuda tadi.

"K-kau iblis!" Dengan penuh ketakutan, salah satu preman tadi berseru dengan nada bergetar. Pemuda yang berada di depannya mencengkram kerah preman yang berseru tadi-masih dengan senyum palsu yang diciptakannya.

"Benarkah?" Pemuda dengan senyum palsu tersebut mengambil ancang-ancang untuk memukul preman tadi, namun-

"Cukup, Sai." –sebuah suara baritone menghentikan gerakannya. Sai membalikkan badannya dan melihat tiga orang pemuda beserta seorang wanita yang menatapnya dengan ekspresi masing-masing. Melihat mereka, Sai kembali memasang senyumannya.

"Biarkan aku mengakhirinya dengan satu pukulan lagi, Gaara," ucap Sai pada pemuda bertatto 'ai' yang menghentikan gerakannya tadi. Gaara hanya terdiam tanpa membalas ucapan Sai lagi. Diam berarti iya. Sai kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul sang preman.

"Cukup. Kita pulang." Jarak kepalan tangan Sai dengan preman tersebut ialah satu sentimeter saat Sai menghentikan gerakannya kala mendengar ucapan dingin tersebut.

"Oi, oi, biarkan dia mengakhirinya Teme!"

"Aku ingin pulang sekarang." Ucapan dingin tersebut terdengar lagi. Sai mendengus sesaat kemudian berdiri. Ia membalikkan badannya seraya tersenyum.

"Yare, yare. Kalau Sasuke yang bilang begitu, maka kita pulang," ucapnya.

"K-kalian iblis! Iblis!" Kelima remaja tersebut menghentikan langkahnya, pria berkumis kucing lah yang paling cepat menolehkan kepalanya. Dengan perlahan, ia mendekati kedua preman tersebut dengan cengiran lebar.

"Kupikir kalian harus di-"

BUGH!

Gaara, Naruto, Sai, dan seorang wanita di dekatnya tercenggang kaget saat melihat kedua preman tadi terlempar 2 meter ke belakang dengan kepala yang terbentuk di tembok gang. Di depan mereka, berdiri seorang pria berambut raven yang memancarkan tatapan dinginnya saat melihat kedua preman tersebut pingsan di depannya.

"Teme, bukankah itu keterlaluan?" Pemuda berkumis kucing tadi menatap preman naas yang pingsan di hadapannya.

"Aku akan menghancurkan orang yang menghalangi jalanku."

.

.

.

Konoha Gakuen no Akuma

.

Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

.

SasuSaku's alternate universe fiction.

.

Presented by HanRiver

.

Bad Diction, Out of Chara, Typo(s) and etc. Saya tak mengambil keuntungan material dalam fic ini dalam bentuk apapun :3

.

Enjoy guys~

.

Chapter 1 : Akuma

"Apa?!" Suara menggelegar itu menggema di dalam ruangan dengan tulisan 'Dewan Murid' di depannya. Neji terpaksa menutup telinganya agar tak perlu ke dokter THT ketika mendengar suara itu, terlebih jaraknya dengan asal suara yang tak cukup satu setengah meter. "Ulang sekali lagi!" perintah wanita –asal suara tadi- dengan nada menyeramkan. Neji meneguk ludahnya, dan kemudian membaca lembaran kertas di genggamannya.

"Kami selaku anggota dewan murid Ame Gakuen meminta pertanggung jawaban atas tindakan salah satu siswa yang memukul dua siswa kami sampai sekarat. Atas perhatian dan kerja sama nya kami u-" Neji menghentikan ucapannya saat dirasakannya aura menyeramkan menguar dari ketuanya tersebut. "Err- haruskah kuteruskan?" Neji sudah sangat tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri saat melihat ekspresi ketuanya yang sudah berubah sangat amat menyeramkan. "A-ano, aku ada urusan di ruang guru. Bye!" Sedetik kemudian, Hyuuga Neji telah menghilang dari hadapan ketuanya.

"Cih. Ino!" Wanita yang dipanggil Ino tadi segera mengambil tempat di hadapan ketuanya. "Kumpulkan murid di aula!"

"Siap, ketua~!"

"Aku pasti akan membasmi para murid pengacau di sekolah ini…" gumam wanita yang dipanggil 'ketua' tadi dengan mata emerald yang menajam.

.

.

.

Sorak ramai para siswa terdengar riuh di aula pusat Konoha Gakuen. Ada siswa yang mengipas-ngipas dirinya menggunakan telapak tangannya, ada yang menjahili temannya, ada yang ber-gossip ria, dan ada juga yang mengambil posisi bersandar di dinding aula untuk tidur. Namun semua aktivitas tersebut terhenti saat sang ketua dewan murid menaiki panggung aula dengan wajah marah.

"Perhatian!" Suaranya yang menggelegar membuat sorak ramai tadi seketika hening bak kuburan. "Aku baru saja mendapat surat dari ketua dewan murid Ame Gakuen, mereka mengajukan protes atas tindakan salah satu siswa di sekolah ini yang memukul murid mereka!" Suara ketua dewan murid tersebut terdengar tegas, membuatnya siapa saja takut untuk menyela ucapannya.

"Sekarang aku bertanya. Siapa di antara kalian yang memukul siswa Ame Gakuen?!" Hening. Tak ada satupun yang menjawab maupun mengangkat tangannya. "Siapa?!" Ketua dewan murid tersebut meninggikan nada suaranya, namun nihil, lagi-lagi tak ada yang menjawab. "Jika aku menemukan siswa yang memukul itu, maka aku tak akan membiarkannya lolos begitu saja!" Setelah menggertak, sang ketua turun dari panggung, diikuti dengan para murid yang perlahan membubarkan diri dari aula.

.

.

.

"…aku tak akan membiarkannya lolos begitu saja!"

Pemuda berambut raven yang tadinya sedang asyik tertidur seketika terganggu saat mendengar suara menggelegar dari bawah.

"Wah, wah. Sepertinya ketua itu mengamuk." Sai terkikik geli saat mendengar suara yang berasal dari aula tersebut. Mata onyx-nya kemudian menatap pemuda raven yang terbangun dari tidurnya tadi dengan senyuman palsu.

"Akhirnya kau bangun juga."

"Siapa yang berteriak tadi?" tanya pemuda raven tersebut. Ia merasa terganggu dari suara tadi yang menyebabkan ia harus terbangun dari tidur damainya.

"Ketua dewan murid. Ia mencari kita, hahaha!" Pemuda berkumis kucing –Naruto- tertawa lebar, sedangkan pemuda raven tadi hanya terdiam seraya memandang temannya itu.

"Siapa?" Naruto yang tertawa sontak menghentikan tawanya dan menatap pemuda raven tadi dengan tatapan aneh. "Teme … jangan bilang kau tak tahu siapa ketua dewan murid di sekolah ini?!" Pemuda raven tersebut terdiam kemudian menggeleng, membuat Naruto histeris seketika.

"Apa?! Kau bercanda?! Kau tak tahu Haruno Sakura?!"

"Haruno … Sakura?"

.

.

.

"Uchiha Sasuke?" Ino mengangguk mantap kala sang ketua mengucapkan nama tersebut.

"Yup. Dia adalah seorang pemimpin salah satu kelompok berandal yang ada di sekolah ini. Tak salah lagi, hasil penelitian Hinata mengatakan bahwa kelompok mereka lah yang memukul siswa Ame itu." Sakura mengernyitkan alisnya. Uchiha Sasuke itu adalah nama asing yang baru pertama kali di dengarnya. "Aku sangat terkejut kau tak mengenalnya, Sakura. Padahal dia sangat terkenal lho." Ino menatap Sakura dengan pandangan sweatdrop. Bisa-bisanya sang ketua dewan murid tak menghafal nama-nama murid di sekolah ini sedangkan ia saja menghafal seluruh nama-nama murid serta watak mereka.

"Cih. Tapi siapapun dia, aku tak akan membiarkannya lolos begitu saja! Dia akan bertanggung jawab atas semua ini. Dia telah menghancurkan citra sekolah kita!" Sakura terus mengomel, membuat Ino memandangnya bosan seraya menutup kedua telinganya. "Aku harus menemukan orang itu!"

"Awas!"

Ino dan Sakura sontak menengadahkan kepalanya saat melihat seseorang jatuh –lebih tepatnya melompat- dari atas. Emerald dan aquamarine tersebut membulatkan matanya, Ino yang segera tersadar dari keterkejutannya segera menghindar, meninggalkan Sakura yang cengo dan terdiam kikuk di tempatnya.

"Saku-"

BRUUUK!

"-ra." Para murid yang berada di lapangan sekolah segera menolehkan kepalanya kala mendengar suara tubrukan tersebut. Sakura membuka matanya perlahan, sakit dan berat ia rasakan saat ini. Saat ia membukanya, pemandangan indah langsung mendominasi tatapannya. Onyx. Ia seakan terhisap oleh mata itu, terhisap ke dalam. Lebih dalam lagi. Sampai-

"WUAAAA!" Sakura sontak berteriak saat akhirnya ia sadar akan posisinya saat ini. Dia berada di bawah seorang lelaki. Di tengah lapangan. Menjadi pusat perhatian. Mengingat hal itu, ia segera mendorong pemuda laknat yang menindihnya tadi. "Dasar bodoh! Pervert!" umpatnya seraya menunjuk pria tadi. Sedangkan pemuda yang tadinya menindihnya tersebut hanya memandangnya datar.

"Kau yang bodoh. Kau berdiri di tempatku mendarat."

"Mana aku tahu jika ada orang yang melompat dari atas! Dan … hei, darimana kau melompat?!"

"Atap." Pemuda tadi berucap dengan santai seraya menunjuk ke atas, hal itu tentu saja membuat Sakura semakin cengo. Atap sekolah itu sangat tinggi, dia tak pernah berpikir bahwa akan ada manusia yang melompat dari sana dan mendarat dengan utuh.

"K-kau mau mati yah?!" Pemuda menyebalkan tadi tampaknya tak memerhatikan Sakura, ia berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor. Kemudian, ia berjalan meninggalkan Sakura tanpa pamit terlebih dahulu, membuat Sakura diselimuti kemarahan.

"Ah, maafkan dia, Sakura-sama. Sasuke memang orang yang seperti itu." Sai langsung muncul di hadapan Sakura seraya menebarkan senyum palsunya.

"Sakura?"

"Sasuke?"

Sasuke menolehkan kepalanya dan menatap Sakura, begitupun Sakura yang menatap tajam Sasuke.

"Heehh … jadi kau yang bernama Sasuke."

"Jadi kau yang mengganggu tidurku tadi." Mereka saling bertatapan tajam, membuat suasana mencekam di sekitar tempat mereka berdiri.

"Ternyata kau yang memukul siswa Ame Gakuen kemarin sore!" Sasuke menaikkan sebelah alisnya, tampak bingung dengan perkataan Sakura. Namun kemudian ia menmpilkan wajah datarnya.

"Ah, ternyata mereka seorang siswa. Aku pikir mereka adalah preman." Setelah berucap seperti itu, Sasuke kembali membalikkan badannya dan melangkah pergi. Namun Sakura lagi-lagi mencegahnya.

"Hei! Tunggu kau! Ame Gakuen meminta pertanggung jawaban! Kita harus ke sana untuk meminta maaf!" Sasuke tak menghiraukan bacotan Sakura dan terus berjalan. "Cih, terpaksa aku harus memakai kekerasan." Sakura berlari kencang ke arah Sasuke dengan kepalan tinjunya. "SHANNARO!"

BUK!

Ino beserta para penonton lainnya tercenggang kaget saat Sasuke berhasil menahan serangan Sakura dengan satu tangan. "B-baru kali ini ada orang yang dapat menangkis serangan Sakura," gumam Ino di sela keterkejutannya.

"Kau-" Ucapan Sakura terputus saat melihat pandangan Sasuke yang berubah dingin.

"Aku akan menghancurkan orang yang menghalangi jalanku." Sakura meringis saat Sasuke mencengkram tangannya dengan kuat. Ia baru sadar bahwa pemuda di depannya berubah, ia menjadi dingin dan suaranya menjadi berat. Sakura tiba-tiba merasa ngeri pada orang di depannya ini.

"Sasuke, sadarlah. Dia perempuan." Sasuke tersentak dan kemudian melepaskan genggamannya saat mendengar teguran Gaara. Dengan cepat, Sasuke melenggang pergi. Meninggalkan Sakura yang tertegun memandang punggung pria itu yang perlahan semakin menjauh.

.

.

.

"Sakura, Sasuke itu iblis! Kau tahu rumor yang beredar di kota ini? Bahwa ada seorang iblis yang sangat suka berkelahi?" Ino terus mengoceh di samping Sakura seraya mengaduk-aduk jus melonnya. "Iblis itu Sasuke! Sebaiknya kau menyerah saja!" Sakura mendelik kesal, ia kesal dengan kenyataan bahwa ada seseorang yang dapat membantah perintahnya. Orang itu, Uchiha Sasuke. Orang yang pastinya akan sangat menyusahkan.

"Siapa bilang aku akan menyerah?" Ino dapat melihat kobaran api sebagai background percakapan itu. Ia tahu bahwa Sakura adalah orang yang tak mudah menyerah, terutama pada orang semacam Sasuke. "Aku akan memaksanya! Dia harus meminta maaf pada Ame Gakuen!" Sakura mengepalkan tangannya. Tekadnya sudah bulat. Ia harus bisa memaksa Sasuke. Apapun akan ia lakukan!

"Huh. Ya sudahlah, terserah kau. Tapi aku sudah memperingatimu. Kau keras kepala, tapi Sasuke akan lebih keras kepala. Dasar idiot." Ino menghela nafasnya seraya melihat kukunya yang lentik. "Lalu, apa rencanamu?" Sakura berpikir sejenak, terlihat dari wajah seriusnya dan tangan yang mengelus-elus dagunya. Kemudian ia menjentikkan jarinya sekali.

"Ah! Aku tahu!" Ino menampilkan penuh tanya, namun Sakura tak menjawabnya dan segera meninggalkan Ino yang cengo.

.

.

.

Sasuke membuka lokernya untuk mengambil sepatu olahraga dan menemukan secarik kertas di dalamnya dengan tulisan 'Bertanggung jawablah!'. Pemuda bermata kelam tersebut hanya menatap datar secarik kertas yang telah ia ketahui asalnya itu, kemudian meremas kertas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Ketika ia memasuki kelasnya, seluruh macam pandangan dipancarkan terhadapnya. Mulai dari pandangan ngeri, kagum, takut, dan sebagainya yang membuat ia melangkah dengan cepat ke bangkunya. Saat ia duduk, tatapannya terhenti pada mejanya, di sana terpatri dengan indah kalimat 'Bertanggung jawablah' dengan spidol permanent. Kemudian Sasuke menatap papan tulis di depannya, tertulis kalimat yang sama di sana.

"Wanita itu…" Sasuke menghela nafasnya. Ia mengambil kapur tulis dan menulis tepat di bawah tulisan tersebut, tentu saja aksinya membuatnya menjadi pusat perhatian.

'Tidak.' Itulah yang ia tulis. Setelah menulis, ia kemudian keluar dari ruang kelasnya yang mengundang beribu tanda tanya pada penghuni kelas.

.

.

.

"APAAA?!" Ino tahu bahwa suara ketuanya itu sangat menggelegar. Tapi ia tak tahu bahwa suara ketuanya itu bisa benar-benar merusak gendang telinga dan memacetkan beberapa system saraf pada tubuhnya.

"Ck. Akan kuulangi. Seluruh murid sekolah ini sedang menggosipkan kau dan Uchiha Sasuke. Mereka berkata bahwa kau mengandung anak Sasuke dan meminta pertanggung jawaban darinya, tapi Sasuke menolak. Apakah sekarang sudah jelas? Atau mau kuulangi lagi?" Sakura sontak menggeleng cepat. "Sebenarnya apa yang telah kau perbuat, Sakura? Apakah kau sadar posisimu sebagai ketua sekarang?" Ino mendengus pelan.

"B-bukan seperti itu! Bukan pertanggung jawaban seperti itu yang kumaksud!" Sakura menggeram kesal. Persetan dengan orang yang mengedarkan gossip laknat seperti itu. Ia benar-benar tak menyangka akan menjadi seperti ini. Tanpa aba-aba, ia kemudian meninggalkan Ino (lagi). Saat di koridor, terdengar bisik-bisik para wanita yang membuat telinganya memanas.

"Ssst … itu Haruno Sakura."

"Ahh … istri Sasuke?" Sebuah perempatan muncul pada jidat lebar Sakura. Ia menoleh kan kepalanya pada kedua wanita yang berbisik tersebut dengan raut wajah menyeramkan.

"Apa yang kalian katakan?!" Entahlah apakah itu ilusi atau tidak, namun kedua wanita tadi dapat melihat dua buah taring keluar dari mulut Sakura. Membuat kedua wanita malang tadi lari dengan wajah ketakutan. Sakura menghela nafasnya, gossip ini sungguh menyebalkan baginya."Ah, benar juga. Tidak seharusnya aku mengurus gossip ini, aku harus ke Ame Gakuen." Ekspresi Sakura sekarang berubah menjadi seperti biasanya. Emerald-nya menangkap Lee yang sedang berjalan di tengah koridor, membuat sebuah ide kembali muncul di kepalanya.

"Lee, bisa kau membantuku?"

"Aahh … Sakura-san, ada apa?" Sakura menampilkan senyumnya, sebuah rencana muncul di kepalanya.

.

.

.

"Hei, lihat mereka." Naruto dan Gaara langsung mendekat pada pagar atap dan menatap lurus ke bawah, ia melihat Sakura dan Lee menaiki mobil dan melintas pergi.

"Mau ke mana mereka?" tanya Naruto bingung. Gaara dan Sai hanya mengedikkan bahu.

"Sudahlah, itu urusan mereka. Lalu, bagaimana dengan gossip tentangmu yang beredar itu, Sasuke?" Gaara bertanya seraya menoleh ke samping, di mana ketua mereka berada tadi. Tapi catat, tadi. "Hah? Mana Sasuke?" Sai dan Naruto menoleh ke kanan dan ke kiri, namun mereka tak mendapat sosok Sasuke.

"Heeh? Mana Teme?"

.

.

.

"M-maafkan saya. Saya lah yang memukul kedua siswa sekolah ini. Saya benar-benar minta maaf!" Lee menunduk tanda meminta maaf pada ketua dewan murid Ame Gakuen dengan ekspresi bersalah. Sakura juga ikut menunduk di sampingnya.

"Sekarang siswa kami telah meminta maaf, saya rasa permasalahan ini telah selesai. Sekarang kami akan pulang, Suigetsu-san." Sakura dan Lee membalikkan badannya.

"Hei, tunggu. Aku belum menyuruh kalian pulang." Suigetsu tersenyum licik, Sakura mengernyit dan membalikkan badannya. "Aku bilang aku meminta 'pertanggung jawaban' kan? Aku tak perlu ucapan maaf." Sakura semakin bingung.

"Ah, sekolah kami akan membayar dana yang diperlukan siswa kalian di rumah sakit. Tak perlu khawatir."

"Bukan pertanggung jawaban seperti itu." Suigetsu melangkah mendekati Sakura, ia memegang dagu wanita itu dengan tatapan licik. "Aku ingin dirimu."

Plaaak!

Sakura menatap tajam Suigetsu setelah ia menepis tangan pemuda itu. "Kami ingin pulang," desis Sakura tajam.

"Haruno Sakura. Ketua dewan murid Konoha Gakuen, seorang wanita keras kepala dengan tekad bulat dan pantang menyerah. Khukhu, menarik." Suigetsu menjilat bibir atasnya, membuat Sakura memandang jijik padanya. Pemuda bermanik ungu tersebut menjentikkan jarinya, kemudian datanglah segerombolan siswa dengan senjata di tangan mereka masing-masing. "Bagaimana dengan ini?" Suigetsu tertawa sinis, Sakura mendelik, Lee histeris.

"Huaa! Sakura-san!" Lee berteriak ketakutan.

"Khukhukhu … aku kecewa padamu, Sakura. Aku tak tahu bahwa ternyata kau akan berbohong padaku. Aku pikir Uchiha Sasuke lah yang datang, membuatku kesal saja. Padahal aku telah mempersiapkan semua ini untuknya." Suigetsu mundur perlahan. "Baiklah, biarpun tak ada Uchiha Sasuke, setidaknya aku akan menikmatimu, Leader." Gerombolan tadi maju menyerbu Sakura dan Lee, membuat Lee semakin ketakutan.

"Kau membuatku kesal, padahal aku ke sini dengan maksud baik." Sakura mengepalkan tangannya. "SHANNARO!"

Buugh! Bugh! Bruk!

Suigetsu menganga tak percaya saat para muridnya tumbang di lantai. Kemudian ia tersenyum dan bertepuk tangan. "Ternyata kau juga lumayan kuat." Suigetsu mendekati Sakura. "Membuatku semakin menginginkanmu."

"Cih, jangan harap." Sakura melayangkan tinjunya pada Suigetsu, namun Suigetsu dengan cepat menangkisnya.

"Tapi sayang sekali Nona, aku adalah ketua klub karate di sekolah ini. Seorang wanita sepertimu tak akan bisa mengalahkanku." Sakura mendecih, lengannya terasa memar akibat cengkraman kuat Suigetsu. Suigetsu terus mendekat, menghimpit Sakura di tembok. Ia memajukan bibirnya pada Sakura, wanita itu ingin menghindar, namun cengkraman tangan Suigetsu sangat kuat.

Bugh!

"Jangan menyentuh ketua kami!" Lee menatap tajam Suigetsu. Suigetsu terkikik pelan saat mendapat tinjuan Lee yang hanya terasa seperti nyamuk di pipinya.

Bugh!

Suigetsu balas meninju Lee dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelahnya lagi masih tetap mencengkram lengan Sakura. "Jadi, ini pengganti Sasuke, heh?" cibir Suigetsu. "Seharusnya kau menemukan yang lebih kuat lagi, Leader. Mengirim makhluk seperti ini untuk mengganti Sasuke bukanlah keputusan yang tepat."

"Siapa yang kau bilang pengganti?"

Suigetsu serta Sakura menoleh ke arah pintu dan sontak terkejut saat menemukan Sasuke bersandar pada pintu. "Ia hanya wakilku sementara karena aku akan datang terlambat. Bukan begitu, Ketua?" Sasuke menoleh pada Sakura, sedangkan Sakura tersenyum tipis.

"Yah, kau benar," ucap Sakura. Melihat itu, Suigetsu tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha!" Sakura menatap hal tersebut dengan pandangan aneh. "Akhirnya kau datang juga, Uchiha Sas-"

DUAAAK!

Sasuke menendang Suigetsu dengan cepat sampai pria itu terlempar beberapa meter, membuat Sakura dan Lee melongo tak percaya melihat Suigetsu yang dikalahkan oleh satu tendangan super dari Uchiha Sasuke.

"Bahkan kau sangat lemah." Suigetsu mencoba berdiri, namun ia terjatuh kembali karena kepalanya yang pusing.

"K-kau … benar-benar orang yang dirumorkan itu…" Setelah berlirih, Suigetsu pun tak sadarkan diri.

"Hn. Kau benar, aku Uchiha Sasuke. Ketua perkumpulan iblis kota ini. Dan aku akan menghancurkan orang yang menghalangi jalanku." Sasuke membalikkan badannya. "Sebaiknya kau ingat itu."

~~~0~~~

"Kenapa kau terlihat lemah di hadapannya?" Sakura mendelik pada Sasuke.

"Dia itu laki-laki! Aku perempuan!" tutur Sakura. "Dan … hei! Kau belum kuhukum!" Sasuke memandang ketuanya dengan pandangan aneh.

"Bukankah aku sudah menolongmu?"

"Itu terjadi karena kau terlambat! Itu tak ada hubungannya dengan hukumanmu!" Sasuke memandang tak percaya gadis di sampingnya.

"Cih. Baiklah. Apa yang kau minta dariku?" Sasuke membuang wajahnya. Sedangkan Sakura terkikik geli.

"Kau harus-"

Cup

Eh?

Sakura membulatkan matanya saat menerima kecupan singkat dari Sasuke. Sasuke. Menciumnya. Dengan wajah datar. "A-APA YANG KAU LAKUKAN?! PERVERT!" Sasuke memandang Sakura dengan innocent.

"Kau akan meminta ini 'kan? Ah. Aku ada urusan, sampai jumpa, Ketua." Sakura menggeram kesal dengan wajah memerah. Itu adalah ciuman pertamanya! Dicuri dengan waktu singkat! Oleh pemuda menyebalkan yang menyusahkan! Ia sangat kesaaaal!

"A-ano, Sakura-san, ternyata gossip itu benar. Selamat atas kehamilannya." Lee yang daritadi berada di belakang mereka dan menyaksikan 'adegan' mereka hanya melongo tak percaya.

"B-bukan begitu! Iya 'kan Sas-" Hilang. Uchiha Sasuke yang tadinya ada di sana telah menghilang dalam hitungan detik. Membuat Sakura semakin murka, dengan emosi yang telah meluap-luap dan menunggu waktu untuk meledak, ia berteriak dengan suara menggelegarnya lagi.

"KEMBALI KAU PERVERT SIALAAAAAANN!"

.

.

.

TBC

Akuma : iblis

Yo minna~

Haha, ini hanya fic ringan tentang dunia sekolah :3

Ini masih lanjut lho, perchap-nya nanti akan ada masalah baru yang muncul, wkwkwk.

Oke, wanna give me any feedback, minna? :3

Yang baca mesti review lho :p wkwkwk

Salam Ayam berjidat lebar,

.

HanRiver

Sulawesi Selatan, 11-12-13