Disclaimer: I own nothing here, aku gak punya Percy Jackson and The Olympians, yang punya om saya, Rick Riordan /dilempar batu xD Bukan deh, saya nge-fans aja.

A/N: Ini fanfic PJO pertamaku yang berbahasa Indonesia, biasanya aku pake bahasa Inggris (tapi banyakan yang gak dipublish), jadi maaf kalau ada yang salah. Aku juga gak masukin installment dari The Heroes of Olympus disini, karena sungguh, saya gak suka banget sama cara nulis Riordan di buku itu. Chapter awal buatan saya memang biasanya agak pendek, tapi chapter selanjutnya biasanya sekitar kurang lebih 2000 kata, atau lebih mungkin kalau saya lagi dateng inspirasinya.

Semuanya 3rd person POV

Maaf kalau ada perbedaan translasi dengan versi Indonesia-nya, aku bacanya yang bahasa Inggris, jauh sebelum versi Indonesia-nya di rilis.

Enjoy!

-o0o-

Seorang pemuda berumur 23 tahun berdiri di tepi pantai, menatap hamparan lautan di depannya. Ia memiliki rambut berwarna hitam dan mata berwarna hijau laut. Kemeja kotak-kotak birunya berantakan, dapat terlihat bekas pasir di celana jeans-nya. "Kau tahu dia tidak akan kembali kan?" Seorang gadis berkata di sebelahnya.

Gadis itu memiliki rambut hitam yang mencapai pinggangnya dan mata biru yang memiliki tatapan keras. Ia memakai T-shirt hitam dibalik jaket kulitnya yang juga berwarna hitam. Sebuah pisau terselip di sepatu bot-nya. Fisiknya berumur 15 tahun, tapi pemuda itu tahu, Ia bahkan lebih tua darinya, dan lebih berpengalaman.

"Tidak perlu mengatakannya seperti itu, Thalia." Pemuda itu menjawab, Ia menghela napas panjang, "Aku tahu." Ia berkata, ada nada sedih dalam suaranya. "Aku butuh istirahat." Ia memutuskan, berjalan pergi.

"Kau tak bisa terus lari dari kenyataan, Sea- Percy!" Thalia hampir saja memanggilnya Seaweed Brain -Otak Ganggang- nama panggilan Annabeth padanya. Annabeth...

Setahun kemudian

Sejak saat itu Percy selalu menyibukkan diri dengan perkerjaannya sebagai peneliti bawah laut. Ia cukup sukses sebagain peneliti, bagaimana tidak? Ia cukup berinteraksi saja dengan apa yang diteliti, suatu keuntungan bagi anak dari Poseidon. Namun tak satu hari pun Ia melupakan Annabeth, tak akan pernah Ia melupakannya.

Genap setahun Annabeth meninggal karena kecelakaan mobil, ironis sekali. Annabeth Chase, anak dari Athena dan Dr. Chase, wise girl, konselor pondok Athena, tewas akibat kecelakaan mobil. Ia berhasil menaklukkan hellhound, dracanae, telekhines, sphinx, empousai, tapi kecelakaan mobil merenggut nyawanya.

Percy menghela napas panjang dan berdiri, mengambil jaketnya dalam perjalanan ke pintu apartemennya dan pergi. 'Kau tidak bisa terus lari dari kenyataan'. Kata-kata Thalia terngiang di kepalanya.

-o0o-

"Siapa kau?" Seorang gadis bertatapan sinis, paling tidak seumur dirinya, berkata ketus pada Percy saat Ia menatap kuburan Annabeth. Ia memiliki rambut cokelat begelombang dan mata berwarna biru. Ia hampir setinggi Percy sendiri. Percy menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Kutanya, siapa kau dan apa yang kau lakukan di kuburan Annie? Aku tidak melihatmu di pemakaman." Gadis itu mengulang pertanyaanya, kali ini dengan nada yang lebih ramah.

Percy tetap memandang gadis itu dengan tatapan datar, "Aku... temannya, Percy Jackson." Ia berbohong, tidak mungkin Ia berkata pada gadis ini bahwa dia kekasihnya, apa yang akan dipikir gadis itu jika seorang laki-laki tidak datang ke pemakaman kekasihnya? "Kau?" Ia bertanya balik.

Gadis itu mengangguk, "Aku Allison Adams, teman kuliahnya." Ia menjawab, "Kenapa kau Tidak datang ke pemakaman Annie?" Ia bertanya.

'Annie? Aku tidak tahu Wise Girl biasa dipanggil Annie' pikir Percy. "Aku... tidak sanggup." Ia menjawab pendek, matanya beralih pada batu nisan Annabeth. "Ironis sekali akhir hidupmu, Wise Girl." Ia berkata pada batu nisan itu, seakan itu adalah Annabeth, duduk di depannya, tertawa seperti biasa, Ia tersenyum pahit.

"Kau bisa katakan itu sekali lagi, Perce." Suara yang sangat Ia kenal berkata dibelakangnya. Ia menengok untuk melihat Nico dengan T-shirt hitam bergambar tengkorak yang sedang menari dan celana jeans hitam. "Adams." Ia mengangguk pada Allison, gadis itu mengangguk balik padanya.

Allison melihat jamnya, "Ah, aku harus pergi. Jackson, Di Angelo." Ia mengangguk pada mereka berdua lalu pergi.

"Kau kenal dia?" Percy melihat anak laki-laki Hades di sebelahnya.

Nico melihat gadis itu jalan meninggalkan mereka sampai hilang dari pandangan, "Aku tau, gadis yang menarik ya?" Ia nyengir dan Percy bersumpah Ia akan membunuhnya jika Ia tidak mengingat Ia sedang berada di hadapan tempat Annabeth tidur untuk selamanya.

"Aku tadi bertanya kau kenal dia atau tidak, bonehead." Pemuda berumur 24 tahun itu membalas, kembali menatap nisan Annabeth. Ia terkadang masih tak percaya, Annabeth yang begitu... hebat, bisa, meninggal karena sebuah kecelakaan mobil yang selalu dianggap sepele olehnya, mengingat semua monster yang bisa datang kapan saja.

"Ya, aku mengenalnya, sejak di pemakaman. Salah satu teman tedekat Annabeth di NYU. Liat Thalia nggak? Tadi katanya dia mau kesini juga." Tanya pemuda berumur 20 tahun itu santai, meihat jamnya.

"Nico, Percy!" Gadis berumur 15 tahun, atau 28 tahun, jika kau menyebut umurnya yang sebenarnya, yang baru ia bicarakan datang dengan seorang gadis 24 tahun berambut merah di sebelahnya. "Aku tau kau pasti udah di sini Perce." Katanya saat Ia sudah sampai di sebelah mereka.

"Udah lama ya? Kau sibuk sekali sih. Gimana kabarmu?" Rachel Dare menyapa temannya. Setelah dicabut dari tugasnya sebagai Oracle oleh Apollo karena arwah Delphi sudah memilih penggantinya, seorang anak perempuan manis berumur 7 tahun bernama Heather Hills, Ia memiliki hubungan khusus dengan Will Solace, seorang anak laki-laki Apollo, dan konselor kabinnya.

"Baik, kurasa." Percy mengangkat bahunya dan sungguh Rachel bisa bersumpah Ia melihat senyum samar di wajah temannya itu walaupun hanya sebentar. Yah, setidaknya Ia hampir tersenyum pikirnya walaupun Ia kadang berharap dapat melihat lagi senyum yang sungguh-sungguh dari temannya yang sudah lama tak dilihatnya.

"Hei aku udah lama nggak ke kamp, bagaimana kalau kita kesana? Aku yakin Chiron akan senang melihatmu lagi." Thalia berusul.

"Yah, apasaja." Jawabnya asal.

Nico dan Thalia memutar bola mata mereka, entah sudah direncanakan, atau memang faktor keturunan, mereka rasanya sudah sangat frustrasi dengan sikap Percy yang berubah sejak Annabeth meninggal. "Ayolah Percy, semangatlah sedikit, kita akan mengunjungi rumah, untukku setidaknya." Nico berusaha terdengar senang walaupun itu bukanlah karakternya. Rachel menyikutnya, menandakan bahwa Ia merasa itu sudah cukup.

Pemuda itu tidak menjawab, hanya berjalan pergi, tiga temannya itu pun mengambilnya sebagai tanda bahwa Ia setuju dan mereka pun mengikutinya.

A/N: Bagaimana? Suka nggak? Chapter selanjutnya adalah kembalinya Percy ke Camp Half-Blood setelah setahun nggak balik ke sana. Oh, Annabeth meninggal tanggal 5 September 2015, just FYI.

Read and review ya? Sama ada yang interested untuk nge-beta cerita ini?

Ditulis dibawah pengaruh:

Like We Used To - A Rocket To The Moon

Just A Dream - Nelly

Stuttering - Fefe Dobson

Break Your Little Heart - All Time Low

Wretches and Kings - Linkin Park