Kang Dongho mengantarkan kekasihnya pulang terlebih dahulu baru ia menuju ke tempat latihan dance nya. Biasanya ia mengajak Hwang Minhyun-nya, tapi tidak kali ini, dengan alasan ia akan berlatih hingga larut malam.

Begitu tiba Dongho melemparkan ranselnya ke kursi panjang yang ada di samping pintu asal dan melepaskan jaketnya.

"Danik mana?" tanya Dongho pada seorang gadis yang kebetulan mampir ke ruangannya untuk mengisi botol plastiknya dengan air minum.

"Nggak tau tu, belum keliatan dari tadi," jawabnya dan langsung pergi, karena ruang latihannya ada di sebelah dan dia cuma mampir minta air aja, nggak mau berlama-lama.

Dongho melakukan stretching terlebih dahulu sembari menunggu Danik datang. Padahal janjinya jam satu, tapi sudah pukul dua kurang delapan menit orang itu belum juga nampak batang hidungnya.

Hingga selesai stretching dan mulai latihan sendiri selama beberapa menit yang ditunggu belum juga datang.

Tak sabar, Dongho meraih ponselnya dan menelpon Danik.

Tak ada jawaban hingga nada tunggu berakhir.

Bad mood, Dongho tiduran di tengah-tengah ruangan. Udah males kalo Daniknya ngaret begini.

"Hyung, sori, sori... Tadi nganterin Jisung dulu." Danik datang dengan nafas terengah engah, berlari sepertinya. "Huah, luamaaa... Mana jalanan macet."

Dongho mengubah posisinya menjadi duduk. "Ngapain Jisung? Tuh pacar ngrepotin aja."

"Hee... Kalo belom periksa ngga bisa tenang gue." Danik melepaskan hoodie hitamnya dan duduk di samping Dongho.

"Kenapa lagi dia?"

"Mual mual, pusing, lemes, nggak doyan makan."

"Telat juga nggak?"

"Yee telat..."

"Hahaa... Terus? Gimana?"

"Untungnya enggak, masuk angin biasa."

"Kirain mau jadi bapak lo. Jangan dulu dong, yang lebih tua aja belom." Dongho meninju pelan lengan kekar Danik.

"Bikin dong biar nggak kekejar," sahut Danik sambil memulai stretchingnya, Dongho cuma nonton aja.

"Males ah, bosen."

"Bisa bosen juga bikin anak? Kirain enggak."

"Minhyun nya yang ngebosenin." Dongho melipat kedua kakinya jadi duduk bersila. "Diem gitu terus kek batang pohon tumbang. Gue nya kerja keras sendiri."

Danik tertawa. "Kek gituan ama orang mati."

"Bedanya dia masi bersuara, ya walaopun suaranya cuma kek suara radio, gitu gitu aja diulang-ulang. Sampe bosen."

"Ya udah ganti kek." Danik menahan tawa, gimana bisa konsentrasi stretchingnya kalo gini.

"Ganti lo aja gimana?" Dongho tersenyum nakal ke arah manusia di sebelahnya yang sedang berusaha mengangkat kaki kirinya tinggi-tinggi.

"Heh, gue seme. Mau lo jadi uke?"

"Gantian aja gimana? Biar adil?"

Danik menggeleng. "No! No! No!"

Dongho mencibir. "Belom liat punya gue sih."

"Lah nyatanya Minhyun aja nggak nafsu sama lo."

"Siapa bilang nggak?" Dongho gak terima. "Dia selalu keluar duluan y sampe banjir, cuma emang kurang pinter aja dia."

"Praktekin sama Daehwi gimana?" Usul Danik ngasal. Nggak tau napa dia inget Daehwi.

"Pernah lo sama Daehwi?"

"Ha? Enggak?"

"Nggak cuma sekali?" Dongho nggak percaya.

Danik nyerah. "Ya deh, ya, pernah ama Daehwi."

"Enak mana?"

"Dibanding?"

"Pernah ama sapa aja emang?"

"Mau tau aja." Danik menyudahi stretchingnya dan duduk di hadapan Dongho.

"Ye..."

"Hahaha... Lo cuma ama Minhyun emang?"

"Sapa lagi? Sama sapi?"

"Sapa aja asal bukan kucing gue."

"Jisung boleh?"

Danik mengangkat tangannya hendak memukul Dongho tapi Donghonya udah kabur duluan.

Selesai latihan dance sore harinya Danik tak langsung pulang, ia ikut ke apartemen Dongho, numpang mandi.

"Minhyunnya mana?" Tanya Danik setelah Dongho keluar dari kamar mandi. Ia telah duduk di ruang tv cukup lama dan tak menemukan tanda-tanda adanya makhluk hidup lain selain mereka berdua.

"Tadi sih nge-Line bilang ada latihan drama gitu." Dongho mendekat ke arah Danik hanya dengan selembar handuk melilit pinggangnya. Abs dan tattoo yang ada di tubuh Dongho membuatnya semakin terlihat manly.

Ini kali pertama Danik melihat tubuh topless Dongho secara langsung dan ia berusaha untuk melihat ke arah lain, kemana aja selain Dongho, takut. Takut nafsu.

Nggak masalah sebenernya ngeseks sama Dongho asal dia tetep jadi seme, tapi setelah lihat yang barusan Danik yakin, kalau sampai mereka berakhir di ranjang, dialah yang akan dimasuki oleh Dongho dan tidak mungkin sebaliknya.

"Hei? Kenapa? Terpesona?" Dongho tertawa menyadari Danik menghidaringa, memang ia sengaja keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk saja, untuk mengetes Danik.

"Enggak, enggak, udah gue mandi dulu." Danik segera bangkit dan masuk ke kamar mandi tanpa menoleh ke arah Dongho sedikitpun.

Selesai Danik mandi Dongho masih ada disitu, dan sama sekali belum berpakaian. Sengaja memang.

"Heh, kok masi telanjang?" Danik berjalan sambil memandang langit-langit, ia sendiripun hanya memakai celana kolor tanpa atasan karena lupa membawa pakaian ganti, mau pinjam punya dongho rencananya.

"Biar gampang."

"Gampang?"

Dongho menarik tangan Danik hingga ia jatuh ke sofa dimana Dongho duduk, dengan kepala Danik di atas pangkuan Dongho. Pipi Danik menempel pada benda Dongho yang telah mengeras, beruntung masih ada selembar handuk putih yang memisahkan mereka.

"Gede kan?"

Danik diem aja. Nervous berat.

Dongho menyingkirkan handuknya, sehingga kini batangnya yang berdiri tegak telah berada tepat di samping wajah Danik.

"Emut dong."

Danik menurut saja ketika Dongho menjejalkan bendanya ke mulut Danik. Hanya dibiarkan di dalam mulutnya.

"Hisap, Danik sayang," bisik Dongho sembari mengelus paha dalam Danik, merangsangnya.

Danik melakukannya dengan kesulitan, ya, milik Dongho jauh lebih besar ketimbang milik Jisung maupun Daehwi yang biasa ia mainkan. Bahkan lebih besar dari miliknya sendiri. Ia memiringkan tubuhnya, jadi berhadapan sempurna dengan milik Dongho yang sudah ada di dalam mulutnya.

CEKLEK!

Danik segera menarik kepalanya dan bangkit begitu mendengar suara pintu apartemen dibuka, ia tak mau tertangkap basah sedang memberikan service pada Dongho. Bukan takut, malu.

Dongho mendesah kecewa, padahal sudah hampir klimaks, malah berhenti.

Benar saja, beberapa detik kemudian Minhyun muncul dengan menenteng sebuah kotak donat.

"Eh Danik," sapanya tanpa curiga.

Beruntung mereka sudah dalam posisi yang tidak mencurigakan lagi. Juga Dongho telah memakai kembali handuknya.

"Eh, hehe, Minhyun hyung," balas Danik canggung.

Dongho segera bangkit dan masuk ke dalam kamarnya - dan Minhyun, mau berpakaian dulu.

Burungnya yang masih berdiri tegang terpaksa dimasukkan ke dalam sangkar.

Yoon Jisung masih terjaga, menunggu kekasihnya yang belum juga pulang hingga tengah malam. Ia tak suka Daniel pulang dalam keadaan dirinya sudah tertidur, karena ia tahu benar kekasihnya itu punya kebutuhan yang tinggi. Tiap pagi dan malam hari Daniel harus dipuaskan, agar aman dari godaan cabe-cabe yang berkeliaran.

Tentu Jisung tak menyangka yang membuat Daniel nafsu setengah mati malam ini bukanlah cabe melainkan Kang Dongho. Nafsunya pengen dimasuki pula, bukan lagi memasuki.

Sementara itu di tempat lain,

Karena datangnya Minhyun yang mengganggu kegiatan mereka, Danik dan Dongho memilih untuk berpindah tempat akhirnya. Dengan alasan Dongho mau mengantar Danik pulang, padahal kesananya aja naik mobil sendiri sendiri.

- - TBC - - -