Summery : Naruto diponis hukuman penjara selama 4 tahun 3bulan. Selama disidang tak satupun anggota keluarganya yang membelanya, didampingi 2 pengacara ahli pun Naruto tidak dapat memenangkan kasusnya. Tepat dihari ulang tahunnya ponis itu dijatuhkan membuat hatinya hancur karena tidak satupun orang yang mempercayainya. Termasuk kekasihnya sendiri. /Naruto : "hari ini aku akan terlahir menjadi orang yang baru.. ucapkan selamat tinggal pada makanan busuk dan sipir kurang ajar yang menyiksaku dipenjara."/Sakura: "Pak polisi tolong calon suami saya pingsan!."

Warning : OOC,typo, EYD berantakan.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing :[ Naruto x Sakura]

Rated : T-M

Aku hanya butuh kamu sayang

"Aduh.. susah sekali menjadi seorang sipir dipenjara yang terpencil seperti ini.." Seorang dengan seragam kemeja berwarna hijau army dengan name tag Isumo sedang berjalan dilorong penjara tangannya mendorong troli berisi makan malam bagi para penghuni sel tahanan.

"Jangan banyak mengeluh Isumo ini juga untung kita dapat pekerjaaan tanpa harus melewati tes masuk akademi militer..ijasah saja kita tidak punya…" Seorang yang mengenakan kemeja sama dengan Isumo namun berwajah sedikit malas membalas keluh kesah temannya. Pria bername tag Kotetsu itu juga sedang mendorong troli berisi makanan juga.

Mereka berdua adalah seorang sipir yang baru diangkat dan resmi bekerja sejak 2 bulan yang lalu. Banyak perubahan yang terjadi di lapas Konoha timur sehingga kepala sipir yang baru menjabat selama setahun merombak habis-habisan para sipir penjaga yang sudah masuk dalam masa purna tugas.

Sehingga selama satu bulan penuh para tahanan di lapas Konoha timur terlantarkan. Dengan kewenangan yang dimiliki kepala sipir, ia mengangkat para pengangguran yang tidak memiliki dasar pengetahuan militer dan tidak memiliki ijasah sekolah menjadi seorang sipir penjaga serta menggajih mereka dengan honor yang rendah.

Lorong itu begitu lumayan luas sampai-sampai muat untuk dua troli dengan ukuran 1x1 meter itu berjalan beriringan. Namun lorong itu memiliki pencahayaan yang sangat minim alias remang-remang dan sesekali tercium bau anyir dan pesing yang sangat mengganggu.

"Iya.. hanya saja lama-lama aku lelah harus jadi kaki tangan para petinggi penguasa lapas, sedangkan honor yang ku terima tidak sesuai dengan harapan.." Isumo lagi-lagi menyuarakan isi hatinya.

"kau benar.. kita bekerja siang dan malam tapi mereka yang diatas bisa sesuka hati mereka datang ke kantor hanya absen saja lalu pulang lagi.." Isumo mendengaran perkataan temannya dalam hikmat.

"Mereka hanya memakan gaji buta saja. Percis seperti maling berdasi.." Selah berkata demikian mereka berdua sampai di pintu besi dengan tulisan 'Sel Tahanan Melati 13'

"Kotetsu kau tau?" Orang yang dipanggil mengangkat alisnya. "Tau apa? Isumo?" Balasnya.

"Hn.. aku sebenarnya agak ilfil dengan semua penghuni sel ditahanan Melati 13… kalau menurutmu bagaimana Kotetsu? Apa kau merasakan hal yang sama?" Mereka berdua terdiam. Kotetsu dengan memegangi dagunya dalam pose berfikir.

"Kalau aku sih, tidak terlalu tapi, mereka ber-empat sangat aneh menurutku.. ma-maksudku.. mereka dipenjara dengan kasus-kasus yang tidak masuk akal dan pengadilan memutuskan hukuman yang panjang untuk mereka.."

"Bukankah itu terlalu janggal?" Lanjut Kotetsu dengan ekspresi meneliti. "Benar juga.. tapi yang paling phenomenal adalah kasus yang membelit putra bungsu walikota Konoha.. kau ingat tidak?" Isumo melempar pandangannya pada Kotetsu.

"Maksudmu si-rubah kuning itu?" kali ini Kotetsu melempar pandangannya ke Isumo. "Iya-iya.. walau dia dipenjara tapi karisma kepemimpinannya tidak pudar ia bahkan mengangkat tahanan yang statusnya lebih rendah darinya sebagai bawahannya.." Isumo.

Kotetsu membenarkan letak topi baret yang senada dengan warna kemejanya. " Bukankah besok dia akan bebas dari penjara ini?" Isumo membelalakan matanya " Kau tau dari mana Kotetsu?"

"Kepala sipir yang mengatakannya, dan aku juga sedang mengerjakan berkas pembebasannya.. besok sekertarisnya akan datang pagi-pagi untuk menjemputnya. Aku tidak punya pilihan selain bergadang malam ini untuk menyelesaikan berkas itu." Kotetsu melirik sekilas jam dijital yang terlingkar di pergelangan tangannya ia mengernyit ternyata waktu sudah menunjukan pukul 9 malam.

Gara-gara kepala koki yang cuti pemberian makanan pada tahanan sedikit molor dari jadwal sehingga mereka berdua terjebak mengantarkan makanan untuk para tahanan, karena tidak mungkin membiarkan para napi berkeliaran di ruang makan lewat dari jam 7 malam, bisa saja akan terjadi insiden yang tidak diinginkan, seperti usaha melarikan diri? Mungkin saja bagi para napi yang memiliki kaki yang gatal.

"Astaga.. semoga saja dengan berkurangnya orang aneh dan sters di lapas ini bisa mengurangi beban pekerjaaan kita.." Isumo sok bijak.

"Aku juga berharap begitu.." Malas Kotetsu.

KRIEETTT..

Pintu besi yang berumur lebih dari sepuluh tahun itu berbunyi sangat nyaring saat didorong. Dan seketika bau pesing menyeruak dari sel tahanan melati 13 Isumo dan Kotetsu seketika membentengi hidung mereka dengan masker yang dibawa.

"Menjijikkan.." Guman Isumo. Mereka berjalan dan berhenti tepat di depan jeruji besi berwarna hitam dengan luas 10x10 meter {bayangin aja ruangan penjara yanga ada disinetron-sinetron itu ya :v} pencahayaan yang minim karpet dari bahan beludru yang awalnya berwarna marun kini berubah menjadi warna coklat akibat digunakan sebagai alas tempat tidur. Dan tembok yang mengelilingi ruangan itu penuh dengan coretan-coretan bergambar tengkorak, api, ular, dan hitungan angka satu romawi dicoret silang. Mata Isumo menerawang dan mengabsen satu-persatu penghuni sel itu yang terdiri dari 4 orang.

Satu : pria dengan ciri fisik selalu memakai topeng berwarna orange dan selalu membawa lollipop. Perangainya seperti anak kecil dan sangat aktif. 'Tobi' sedang berjongkok dipojok ruangan bicara dengan lollipop yang dipegangnya tak sadar bahwa ada sipir yang sedang berdiri didepan jeruji besi.

Dua: pria yang dulunya dihormati dan digilai oleh para wanita serta merupakan putra bungsu walikota Konoha, berambut kuning jabrik panjang dengan tinggi 182cm tengah menatap dingin dua sipir yang mengantar makanan. Tak lupa dengan seringai licik yang menghiasi wajah tampannya. 'Namikaze Naruto'.

Tiga: Pria dengan rambut halus berwarna kuning namun diikat ponytail, dengan satu mata yang tertutup oleh kamera yang sengaja ditransplantasikan oleh salah satu rekannya yang bekerja di rumah sakit sebagai dokter bedah palsu. Dan selalu mengagungkan seni adalah ledakan. 'Deidara' sedang bermain tanah liat putih yang didapatnya entah dari mana melambai-lambaikan tangannya pada Isumo dan Kotetsu setelah sadar duo sipir baru itu mengunjunginya.

Empat: pria yang diponis 7 tahun penjara hanya karena menipu seorang gadis yang dikencaninya . 'Yahiko' dengan pecingan yang hambir memenuhi tubuhnya serta tato tribal di lengan kirinya dan berambut orange jabrik. Pria itu Tengah duduk dikursi panjang paling belakang ia membersihkan telinganya dengan mengorek-ngoreknya menggunakan satu helai bulu ayam.

"APA LIAT-LIAT?" Yahiko yang duduk dibelakang berlari cepat menerjang jeruji besi, hingga membuat Isumo dan Kotetsu kaget. "HIAHAHAHAHA…" Tawanya nista menggema di sel tahanan melati 13 Yahiko sangat hobi membuat para sipir takut hingga terkencing-kencing dicelana.

"Kotetsu ce-cepat berikan ma-makanan mereka.." Isumo tergagap ini ketiga kalinya Yahiko membuatnya ketakutan. Bagaimana tidak? Yahiko yang memiliki tubuh tinggi tegap dengan otot yang tumbuh sempurna disetiap bagian tubuhnya bisa dengan mudah mematahkan leher sipir penjaga yang lemah seperti Isumo dan Kotetsu

Yahiko hanya dengan menjulurkan tangannya yang panjang dibalik jeruji besi, menarik sedikit baju sang sipir dan mencekik bagian lehernya sudah pasti sipir sepertin Isumo dan Kotetsu tidak akan berumur panjang.

Isumo dan Kotetsu menjaga jarak mereka berdua masih ingin hidup lebih lama."Apa yang kalian bawa ?" Kini dengan tampang lapar Deidara ikut bergelayut di jeruji besi bersama Yahiko.

"OHOHO.. coba lihat tikus-tikus baru yang melayani kita…" Yahiko tersenyum sinis tangannya berusaha menggapai-gapai sipir.

"Huaaa… Tobi sudah sangat lapar…." Kini giliran Tobi yang menerjang jeruji besi, sedangkan Naruto masih kalem duduk bersila dilantai namun pandangannya tak lepas mengawasi para sipir penjaga.

"Ini makanan kalian..!" Isumo mendorong 4 piring makanan dari bawah jeruji besi. Makanan itu terdiri dari nasi putih dengan lauk kuah kare dibagian atasnya. Karena piringnya didorong cukup keras setengah dari isinya tumpah dilantai, membuat mata Yahiko berbelalak marah.

Sudah lebih dari 2 jam Yahiko menunggu waktu makan, perutnya sudah berdemo nista meminta jatahnya namun sipir kurang ajar itu menumpahkan setengah dari makanan yang sudah ditunggunya dengan sabar. Emosinya memuncak. Deidara menutup mulutnya dan Tobi takut karena aura seram yang dikeluarkan oleh Yahiko.

"KURANG AJAR..! MATI KALIAN..!" Maki Yahiko, tangannya memukul-mukul jeruji besi membuat keributan hingga napi di ruangan melati 14 ikut ribut.

"K-Kusoo.. ayo kita se-segera pergi.." Isumo dan Kotetsu berlari meninggalkan ruang tahanan melati 13 tak lupa juga menutup rapat pintu besi besar yang mereka lewati tadi. Samar-samar mereka mendengar suara teriakan para napi dari berbagai sel.

"Astaga kita pasti akan di skorsing Kotetsu.." Isumo ketakutan begitu juga Kotetsu.

Kembali ke sel tahanan melati 13

"Sadarkan dirimu Yahiko..!" Naruto yang terganggu langsung menerjang Yahiko, pria Namikaze itu memukuli Yahiko sampai ia tenang. Deidara yang tidak mau ikut campur perkelahian bekerja sama dengan Tobi untuk menyelamatkan makan malam mereka dan mundur dengan teratur.

"Sudah merasa tenang!?" Dengan suara dingin Naruto membantu Yahiko berdiri tangan tannya terulur di depan wajah Yahiko. Pria ber-pecing itu menepis kasar tangan Naruto yang ingin membantunya. "Menjauh dariku..!" Kesalnya. Naruto hanya mengangkat bahunya acuh. Hal ini sering tejadi, Yahiko yang baru bergabung ke tahanan melati 13 sejak 2tahun yang lalu memang sedikit temperamental. Dan Naruto sering menyadarkan Yahiko yang sedang mengamuk dengan cara menghajarnya.

Akhirnya setelah Tobi merelakan setengah nasinya untuk disumbangkan pada Yahiko, mereka berempat makan dengan khusyuk. Dan sekarang mereka tengah duduk bersila saling berhadapan karena hari ini adalah hari terakhir Naruto tinggal di sel tahanan melati 13 jadi Yahiko dan kawan-kawan berinisiatif untuk merayakan perpisahannya dengan Naruto.

"Hiks.. kenapa Naru-ni harus pergi besok..?" Tobi menangis geje walaupun ia memakai topeng namun air matanya jatuh membanjiri bajunya.

"Selamat ya kawan besok kau sudah bebas.." Deidara begitu kalem menyalami tangan Naruto. Yahiko juga diam-diam menangis tidak rela ditinggal pergi oleh orang yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya.

"Jika besok pagi-pagi kau sudah pergi.. bawalah ini.." Yahiko melepaskan satu pecingannya yang bertengger di telinganya dan menyerahkannya pada Naruto. Naruto menatap datar pemberian Yahiko namun sedetiknya ia tersenyum. "Kau yakin akan memberikan itu padaku? Bukankah itu berharga bagimu?" Lanjut Naruto

"Tidak.. aku ingin kau menyimpannya. Dan jangan lupa kunjungi kami ya.." Yahiko tersenyum. "Tentu saja, jangan khawatir aku akan senyelundupkan makanan enak untuk kalian.." Balas Naruto. "Hehehe.. kau tau saja.." Yahiko memukul gemas lengan Naruto.

Deidara juga tidak mau kalah dia memberikan Naruto sebuah karya seni yang langka hasil ciptaanya selama 5 bulan. Yaitu patung tanah liat putih berbentuk laba-laba dengan diameter 20 cm. "Untukmu Naruto Namikaze hasil mahakaryaku yang paling sempurna.." Deidara. "Trimakasih.." Balas Naruto.

"Hiks.. aku akan merindukan Naru-ni.."Tobi berhamburan memeluk Naruto begitu juga dengan Yahiko dan Deidara.

Skip

Kini Naruto yang sudah mencuci wajahnya, namun masih mengenakan seragam penjara berwarna orange terang duduk bersila dilantai matanya tidak bisa dikatupkan barang sebentar. Walaupun ia yakin saat ini pasti sudah tengah malam. Seringai kecil tercetak diwajahnya yang tampan. Sudah cukup ia disekap dan diasingkan oleh keluarganya di penjara terpencil Konoha timur.

Lelaki yang akan genap berumur 26 tahun besok saat ia keluar dari tempat laknat bernama sel Tahanan Melati 13 ini, memegangi dadanya. Sungguh disaat banyak hal-hal sulit yang terjadi dalam hidupnya tak satupun orang yang dikasihinya hadir memberikan semangat untuknya.

Bahkan saat dipersidangan ia masih ingat wajah ayahnya yang menatapnya dingin. Ibunya dan kakeknya menangis tersedu-sedu setelah mendengar ponis hukuman penjara dijatuhkan untuknya dan kakaknya jangan tanya, orang yang paling ingin melihat Naruto menderita adalah kakak lelakinya itu Namikaze Menma.

Seringai kemenangan tercetak jelas menghiasi wajah Menma saat menihat Naruto di seret oleh polisi dan menghadiri persidangan dengan mengenakan seragam tahanan. Cih mengingatnya saja Naruto ingin mencekik lelaki yang berstatus sebagai kakak kandungnya itu.

Naruto mengepalkan tangannya kuat. Kali ini ia mengingat kenangan bersama mantan kekasihnya. Wanita yang sudah dikencaninya semenjak semester 7 di universitas bisnis Konoha. Ia menjalin kasih selama hampir 2 tahun. Naruto pikir cintanya yang tulus akan terbalaskan namun pada akhirnya wanita itu mencapakan dirinya tepat satu minggu sebelum hari ulangtahunnya dan tepat juga malam harinya di hari yang sama ia digeledah oleh polisi dan menyandang gelar tersangka pengedar narkoba.

"Besok adalah sejarah baru untukku.. tidak ada yang bisa mengentikanku lihat saja nanti.." Guamam Naruto matanya menajam dan sepertinya hari ini adalah malam terpanjang yang harus dilewatinya dengan terjaga sepanjang malam.


Sakura Scene

20.45 Pm

Kediaman Haruno begitu sunyi malam ini, hanya ada beberapa lampu yang menyala menandakan para penghuni sudah beristirahat di kamar masing-masing.

Disebuah kamar dengan interior yang dominan berwarna pink wanita berambut bobel gum tengah serius menatap layar laptopnya walaupun sesekali pandangannya mengarah pada bocah berusia 3 tahun dengan surai kuning jabrik yang sedang asik menggambar dilantai yang beralaskan karpet berbahan bulu-bulu tebal berwarna hijau. Astaga karena kecerobohannya tadi pagi anak semata wayangnya itu harus masuk rumah sakit karena telapak tangan kiri sang bocah terluka, terkena jepitan steples hingga menyangkut ditangannya yang kecil.

Bersyukur anaknya tidak terlalu rewer saat dokter mencabut steples dan menutup luka mengaga itu. Benar-benar anak yang kuat. "kau benar-benar mirip dia.." Batin Sakura.

Pipup pipup pipup pipup..

Suara ponsel yang nyaring mengagetkan Sakura dengan sigap ia mengangkat panggilan masuk setelah membaca nama pelaku yang menerornya malam-malam.

"Hallo Ino, ada apa?" Sakura berujar malas. Siapa lagi yang akan menggenggu malamnya yang tenang kecuali sahabat pirangnya yaitu Yamanaka Ino

"Hallo Sakura…." Sapa Ino riang "Please deh, semangat dikit napa?"

"Hn.. iya-iya dan jawab pertanyaanku Ino.. kenapa kau menelponku malam-malam?" Masih dengan nada sewot Sakura menjawab, mata emeraldnya menatap layar leptop berusaha mengetik beberapa kata dengan satu tangan.

"Kenapa kau terdengar seperti bos yang menyebalkan itu..?" Ino menghela nafas. "Kau terlalu sering bergaul dengannya sampai bisa meniru gaya bicaranya ya hahaha.."

"Ino aku mohon please aku sedang sibuk.. si-Uchiha itu menghukumku dengan melimpahkan semua berkas untuk meeting besok padaku itu membuat kepalaku pusing.." kali ini Sakura yang menghela nafas panjang.

"Gomen.. aku tidak bermaksud Saku… oh iya aku hanya mau bilang, persiapan besok bagaimana?"

"Ahh.. aku sudah berjuang untuk menguatkan hatiku, semoga dengan berkat Kami-sama besok berjalan lancar.."

"Syukurlah.. maafkan aku ya Sakura, gara-gara aku kau harus-… ma-sudku maksudku hidupmu seperti ini.."

"Sudahlah Ino berapa kali aku bilang itu semua bukan salahmu.. semua yang sudah terjadi itu memang takdir hidupku.." Sakura memijit pangkal hidungnya ia merasa lelah.

"Kau kan tau karena ide bodohku itu, kalian berakhir seperti ini.."

"Ini bukan sebuah akhir Ino, tapi sebuah awal bagiku.. awal yang cerah.."

"Iya, kau tau Sakura? aku kehabisan kata-kata saat ini.. hiks.." Sakura yang mendengar suara Ino yang mulai lirih menautkan alisnya.

"Ino kau menangis? Ayolah aku bersyukur kau dan Sai sudah banyak membantuku.. berhenti menangis.."

"Hiks.. bodoh.."

"Ino kalau kau masih menangis aku tutup telponnya.."

" Hiks.. iya-iya tutup saja, dan sampaikan salamku pada paman dan bibi.. oh iya pada Shina-chan juga.."

"iya-iya"

Setelah percakapan singkatnya Sakura meletakkan ponselnya dan kembali berurusan dengan leptopnya. Ia tidak punya banyak waktu, karena besok pagi-pagi ia harus pergi ke lapas Konoha timur untuk menemui mantan kekasih sekaligus ayah dari anak yang ia lahirkan dan tentunya calon suaminya.

"Mama…" Balita dengan surai pirang jabrik itu berdiri dan memeluk kaki Sakura, walaupun tangan kirinya diperban anak itu masih kelihatan aktif. Sakura menengok ke bawah matanya bertemu dengan emerald sang anak yang terlihat sayu. Ohh.. sekarang Sakura ingat ini sudah terlalu malam untuk putranya terjaga.

"Iya sayang kenapa? Apa Shina nggantuk?" Hanya anggukan lemah dari sang putra. Dengan sigap Sakura memangku putranya meletakkan kepala pirang kecil itu dibahunya. Sudah sering Sakura menidurkan anaknya dengan posisi duduk di depan meja kerjanya. Dan Shina anaknya juga sepertinya tidak terganggu dengan hal itu.

Saat ini Sakura hanya tinggal mengetik lampiran untuk berkas meeting besok dan langsung mengirimnya pada email bos tempatnya bekerja. Tak dirasa waktu sudah larut dan putranya sudah terlelap dipangkuannya. Sungguh Sakura tidak pernah berharap dirinya akan menjadi seorang single parent di usia yang masih muda dan yang penting masih sangat produktif.

Tapi mau bagaimana lagi, setelah Sakura tau bahwa ia hamil diluar nikah dan ayah dari anak yang dikandungnya itu harus masuk buih ia sempat depresi. Saat persidangan Naruto, Sakura sempat hadir di sidang kedua dan terakhir dengan wajah sembab akibat menangis wanita itu duduk di kursi paling belakang ditemani oleh Ino dan Sai.

Ayahnya menyuruh Sakura untuk menggugurkan kandungannya. Namun Ia tidak mau menggugurkan kandungannya karena ia sangat mencintai ayah Biologis bayinya. Walaupun harus menunggu selama 4 tahun untuk kebebasan calon suaminya, ia rela dan besoklah hari yang paling ia tunggu.

Sakura berjalan perlahan karena menggendong putranya yang tertelap dibahunya. Ia melewati ruang tamu dan matanya mendapati sang ayah tertidur lelap dengan mulut menganga di atas sofa masih memengang remot tv. Alisnya yang tipis saling bertautan beginilah jika ada siaran pertandingan bola maka ayahnya akan menunggu di depan tv sampai siaran pertandingan dimulai saat tengah malam.

Tangannya membuka pintu dengan cat putih yang bertuliskan Haru diatasnya. Setelahnya ia masuk, matanya memicing tajam kamar anaknya benar-benar berantakan, dilantai tergeletak mobil-mobilan kecil dengan berbagai jenis berserakan beserta jalur treknya dan di kasur dengan ukuran 2x3 meter itu dipenuhi oleh buku-buku dongeng, kertas gambar dan krayon.

"Astaga.. berantakan sekali" Guman Sakura pelan. Takut membuat Shina terbangun. Sakura mengelus-ngelus rambut putranya sayang. Sepertinya malam ini anaknya harus menginap dikamarnya mengingat Sakura sudah sangat lelah dan sangat malas membersihkan kekacauan yang ada. Alhasil Sakura kembali ke kamarnya membaringkan tubuh kecil yang menjadi penyemangat hidupnya itu diranjang dan terlelap bersama menunggu datangnya hari esok.

Dengan kaus oblong berwarna putih dan celana pendek berbahan kain lembut gadis berambut merah muda itu nampak begitu bahagia menggandeng tangan kekar sang kekasih yang memakai kemeja pantai yang tak dikancing dan mengenakan celana pendek bahan kain yang lembut. Yah hari ini, tak seperti biasanya kekasih berambut kuning jabriknya itu mengajaknya jalan-jalan ke pantai. Karena lelah berjalan akhirnya dua sejoli itu memutuskan duduk dipasir pantai yang bersih menikmati semilir angin pantai yang berhembus.

"Eh.. sayang aku bawa Go-pro loh.. kita foto bareng yuk..?" Naruto mengeluarkan benda yang dimaksud memamerkannya pada sang kekasih. " Ahh.. Masak ? ayuk-ayuk udah lama nggak upload foto bareng yang.." Sahut Sakura antusias.

"Ok bentar ya.. aku konekin dulu ke hp.."

"Udah belom? Lama banget.." kesal Sakura dengan pipi yang mayun karena menunggu sang kekasih begitu lama mempersiapkan kamera Go-pro yang dibawanya.

"Iya.. yang sabar donk sayang ini lagi milih efek biar keren.." Dengan gemas Naruto mencubit pipi kekasihnya yang imut. "Aduh.. sakit.."Sakura memprotes namun samar-samar ia tersenyum dengan wajah merenona.

"Nah.. ayo sudah beres.. pose seperti apa nih?" Naruto mengarahkan Go-pro itu sembarang arah mencari enggel yang tepat agar fotonya lebih sempurna. Sakura tersenyum nakal ia ingin membuat foto romantic dengan kekasihnya. Tangannya yang ramping melingkari pinggang kekar sang kekasih. Naruto yang mendapat perlakuan itu terkikik karena geli.

"Hei hei.. sayang.." Naruto dengan cepat mengarahkan Go-pronya ke atas dan menangkap momen dirinya yang sedang dipeluk dari belakang oleh sang kekasih. Dan setelahnya Naruto menarik Sakura dalam pelukannya mencium bibir kenyal sang kekasih. Tubuhnya yang lebih tinggi harus sedikit menunduk guna mendalamkan ciumannya pada bibir Sakura.

Sakura juga dengan cepat mengalungkan kedua tangannya di leher kekar kekasihnya guna memperdalam ciuman mereka. Tangan Naruto mengarahkan Go-pro itu tepat saat mereka memulai ciuman dan tertangkaplah moment kissing dua sejoli itu.

Back to the real life

Sakura memonyong-monyongkan bibirnya pada bantal guling yang ia peluk, sungguh keadaan saat ini begitu nyaman untuknya. Namun seberkas cahaya yang menyilaukan menembus kelopak matanya membuat sang gadis. Eh maksudnya wanita yang masih menyandang marga Haruno itu melenguh sesaat matanya tetap terkatup rapat.

"Astaga.. Sakura ayo bangun.." Sang ibu yang menyibak gorden sehingga cahaya mentari pagi yang baik untuk tulang itu menacar di seluruh ruangan anak tunggalnya itu. Seketika Sakura membuka matanya penuh dan langsung terduduk di kasur. Rambutnya yang biasanya terlihat halus kini begitu kusut dan berantakan.

"Ibu jam berapa sekarang?" Masih dengan kesadaran 50% Sakura meraba-raba sisi ranjang yang satunya dimana tempat anaknya tidur kemarin. "Loh Ibu, Shina dimana?"

"Ini sudah jam 6 pagi Saku, baru sadar kalau anakmu tidak ada hah.." Berdecak pinggang Mebuki Haruno dengan wajah yang kini sudah mulai dihiasi beberapa keriput karena usinya yang sudah menua menatap putrinya garang. "Ibu aku serius Shina dimana?" Kini Sakura bangkit berdiri.

"Hah.. tenanglah Saku.. Shina terbangun jam 3 dini hari dan dia masuk ke kamar ibu sambil menangis memegangi pipinya dan kau tau karena apa?" Sang ibu masih berdecak pinggang namun penampilannya sudah keliahatan lebih rapi dari putrinya.

"Maksud ibu apa? Apa mungkin Shina sakit gigi lagi?" yah mengingat Sakura baru kemarin lusa mengantarkan putranya itu untuk memeriksakan gigi susu yang dimilikinya ke dokter gigi mungkin saja gigi susu itu tumbuh lebih banyak dan membuat gusi putranya sakit.

"Bukan, dia menangis karena kau mengikutnya dengan sikumu.. coba bayangkan saat kau tidur tiba-tiba seseorang yang satu ranjang denganmu menyikut pipimu keras hem?" Sakura membelalakan matanya ibu muda itu bengong mendengar penuturan ibunya.

"Astaga.." pekiknya. Mungkinkah karena mimpi yang ia alami semalam dan tanpa sadar Sakura begitu berantakan saat tidur? Siapa yang tau. Dan triple shit untuk mimpi yang dialaminya sebegitu rindukah ia dengan sentuhan tangan besar mantan kekasihnya itu?

"Sudah-sudah lebih baik kau cepat-cepat bersiap bukankah hari ini dia bebas dari penjara?"

"Ibu berhenti memanggilnya dengan sebutan 'dia' dia itu calon suamiku dan calon menantu ibu.." Geram Sakura.

"Calon menantu? Ibu tidak mau menganggapnya sebagai menantu karena dia sudah merusak kehidupan putri ibu..!"

"Cih Ibu harus mengerti, karena anak ibu ini-" Sakura menunjuk dirinya sendiri "-akan hidup bahagia saat bersamanya"

"Kita lihat saja nanti apa calon suamimu itu bisa membuat ayahmu terkesan atau tidak, dan apa kau akan membawa Shina untuk menemuinya juga?"

"Tentu saja..Ibu tolong mandikan Shina biar aku yang masak sarapan.." Sakura menguncir rambutnya dengan karet gelang. Setelah percakapan sengit dengan ibunya Sakura keluar dari kamar menuju dapur.

Skip

8.20 Am

Sakura POV

Kini aku tengah menyetir mobil pribadiku yaitu sebuah mini cooper berwarna putih, yah hasil kerja kerasku selama 6 bulan menjadi sekertaris pribadi seorang milioner. Memang cukup membingungkan sih bagi kalian yang tidak tau, kenapa dalam waktu yang singkat aku bisa membeli sebuah mobil yang sangat mewah ini itu karena bos tempatku bekerja itu kelewat baik padaku.

Dan dijok samping putra kesayanganku tengah bermain dengan figura ultramen serta monster, anak kecil itu mengeluarkan bunyi-bunyi aneh dengan mulutnya. Sehingga membuatku tersenyum karena tingkahnya, oh sungguh aku bersyukur dianugrahi seorang anak yang kalem oleh Kami-sama.

"Mama kenapa hari ini aku tidak boleh masuk sekolah?" Karena sudah bosan bermain denga ultramennya bocah itu memandang aku dengan tampang polos. Aku yang tengah focus pada jalanan melirik sekilas anakku dengan senyum mengembang di wajahku yang cantik hehe.

"Iya karena hari ini Mama ingin mengajak Shina bertemu dengan Papa.." Bocah itu mendongkak menatap intens diriku. "Sungguh? Mama tidak bohong kan?" aku menambah senyumnya lebih lebar lagi.

"Tentu saja sayang.. Papa pasti akan senang karena kita berdua akan memberikan kejutan padanya dengan menemuinya di kantor polisi.." Mata emerald bocah itu membulat dan wajahnya begitu kelihatan senang.

"Huaa.. aku jadi tidak sabar ingin ketemu dengan Papa.. pasti Papa sangat keren dengan seragam polisinya..jika Shina sudah besar Shina juga ingin jadi polisi seperti Papa.." what the fuck rupanya kebohongan yang aku lakukan memberikan dampak yang besar pada pola pikir putraku.

Sekarang apa yang harus kulakukan kebohongan kecilku yang kubuat tempo hari agar anakku berhenti rewel menanyakan dimana keberadaan Papanya. Karena lama-lama aku dibuat stress dan hampir depresi ringan lagi karena aku juga merasakan hal yang sama yaitu sangat merindukan sosok tinggi berkulit tan dengan mata blue safir yang sangat indah itu.

"Iya Sayang tentu, mau jadi apapun Shina nanti yang jelas Mama akan bangga padamu sayang.." aku mengambil jawaban aman. Sungguh kadang-kadang aku kewalahan menghadapi darah dagingku sendiri yang kelewat jenius. Bayangkan saja diumurnya yang baru 3 tahun anakku sudah memiliki pemikiran seperti orang dewasa walaupun kadang sikapnya masih menuruti naluri alami seorang bocah yang memengang teguh konsep trial and error.

"Yeii.. aku sayang Mama.." Shinachiku bersorak merentangkan kedua tangannya ke udara. Aku terkekeh kecil melihat tingkah mengemaskan anakku.

"Semoga saja kami tiba tepat waktu" Batinku dalam hati.


8.20 Lapas Konoha Timur

Naruto dengan balutan baju yang kini sudah tidak lagi memakai seragam kucal, kumal, lusuh dan bau khas napi. Wajahnya yang dulu kumal dan kusam kini sudah kelihatan sangat cerah dan bercahaya bau daun mins menguar dari tubuhnya. Berterima kasih pada sekertarisnya yang sudah menyiapkan segala hal untuknya sungguh memberikan kesan berbeda pada tampilannya sekarang.

Tangan tannya memainkan ponsel pintar keluaran terbaru yang dibawakan oleh sekertaris kepercayaannya. "Tuan semua berkas sudah beres, hari ini secara resmi anda sudah bisa meninggalkan lapas ini.." Pria dengan balutan setelan jas berwarna hitam dengan kaca mata minus yang bertengger di wajahnya bersuara.

"Cik, Yamato kau pikir aku ini sebuah gedung harus diresmikan segala.?" Naruto menatap tacam sekertaris itu. "Maaf saya tidak bermaksud.." Dengan sedikit membungkuk Yamato ketakutan.

"Sudahlah lupakan.. aku ingin mendengar semua hal yang terjadi saat aku terkurung dan terbelenggu di tempat terkutuk ini.." Dingin nada bicara Naruto. Mereka berdua berjalan keluar dari ruang tunggu banyak sipir penjaga yang berlalu-lalang disekitaran mereka menatap dengan heran.

"Banyak yang terjadi setelah putusan pengadilan dijatuhkan pada anda, diantaranya tuan besar Jiraya-sama jatuh sakit da-"

"Apa?" belum sempat Yamato melanjutkan kalimatnya sang bos tampan menyerobot dengan kecepatan penuh.

"Iya semenjak anda dipindahkan ke lapas terpencil di Konoha timur, Minato-sama memerintahkan agar tidak seorangpun boleh menemui anda termasuk Jiraya-sama serta Kushina-sama.. dan merahasiakan keberadaan anda pada awak media tak hanya berhenti disitu beliau juga memalsukan tanda tangan anda pada berkas pelimpahan asset warisan..." Naruto menguatkan genggaman tangannya. Pantas saja setelah ia masuk ke penjara Konoha timur tak seorangpun anggota keluarganya yang datang untuk menjenguknya. Yah.. selama 4 tahun Naruto menunggu sekedar mendapat dukungan pengemangat namun nyatanya nihil yang terjadi justru jauh dari ekspetasi terbesarnya. Mata safir itu menajam bagaikan mata elang yang sedang berburu mangsa.

"tidak hanya berusaha untuk merahasiakan keberadaan ku rupanya dia juga berusaha mengambil alih apa yang harusnya menjadi milikku.." Batin Naruto geram.

"Lalu apa lagi yang dilakukannya saat aku tidak ada? Dan Menma apa kabarnya kakak kesayanganku itu..? dengan nada sinis Naruto berujar dan menekankan kata 'kakak kesayanganku'.

"Ah.. saya rasa akan lebih baik jika kita membicarakannya dimobil saja, karena saya perlu menyampaikannya secara detail pada anda Tuan.." Naruto menghela nafas dan menggangguk sebagai jawaban. Kini kakinya menapaki luar gedung lapas Konoha timur. Hidungnya mengembang membawa banyak oksigen ke dalam paru-parunya dan menghembuskannya lewat mulut. Lama- sudah lama sekali semenjak terakhir kali Naruto merasakan gas yang bernama oksigen itu, sampai dia lupa seperti apa rasanya.

"Hari ini aku akan terlahir menjadi orang yang baru.. ucapkan selamat tinggal pada makanan busuk dan sipir kurang ajar yang menyiksaku dipenjara." Guman Naruto dengan seringai tampan andalannya tak lupa memakai kaca mata hitam pemberian sekertarisnya menambah kesan hot pada pria single itu.


Bagian Sakura

9.30 Am

Sakura memarkirkan mobilnya di parkir khusus penjenguk napi yang tesedia dengan tergesah-gesah dan hampir saja dia menabrak marka jalan yang terletak sebagai pembatas antar mobil yang parkir disana.

"Ayo sayang ikut Mama.." Bocah dengan mata bulat besar itu mendongkak meraih tangan ibunya. Tak banyak mengeluarkan suaranya karena pikirannya masih mengobservasi tempat baru yang ia lihat. Kaki kecilnya yang berbalutkan sepatu vans berjalan tertatih karena tarikan tangan ibunya yang berjalan tergesa-gesa.

Tepat beberapa meter didepan, emerald wanita Haruno itu menangkap penampakan sosok yang sudah ditunggu-tunggunya selama 4 tahun tengah berjalan menuju kearahnya. Sakura reflek berhenti genggaman tangannya pada sang anak menguat. Jantungnya berpacu lebih cepat. Matanya mulai berkaca-kaca dan tangan yang satunya dipakai untuk membekap mulutnya.

"Itu dia.." Gumam Sakura. Angin yang berhembus memberikan kesar dramatis. Bagaimana tidak? angin yang berhembus itu menerbangkan helaian pirang jabrik Naruto membuat pria itu kelihatan keren dimata Sakura dengan kaca mata hitam yang membingkai wajah tirusnya beserta kemeja yang pas ditubuh kekarnya itu benar-benar mirip disebuah adegan film yang pernah Sakura tonton saat ia masih remaja.

tinggal 10 meter lagi dan sepertinya Naruto juga menatap dirinya yang membeku ditempat.

5 meter Naruto berhenti tepat dihadapannya, berhadapan dengan Sakura. Pria itu berhenti diikuti juga oleh sekertarisnya yang bingung mengapa tuannya itu tak melanjutkan perjalanannya.

"Sakura.." Gumam Naruto. Ia melepas kaca mata hitam yang dikenakannya tadi, menatap lebih jelas gadis yang berdiri didepannya itu. Iya tidak salah, rambut merah muda itu, mata itu, dan bibir lembap itu, Naruto masih ingat dia gadis masa lalunya.

Yah.. seorang gadis yang paling ingin dilupakan seumur hidupnya namun orang yang tak ingin dianggapnya ada itu justru berdiri menemuinya, dihadapannya, didepan matanya. Astaga.

Genggaman tangan pada anknya terlepas Sakura kaget, rupanya bocah kecil itu berlari ke arah Naruto atau tepatnya kearah ayahnya. "PAPA.." Teriak Shinaciku. Bocah itu menghambur di kaki Naruto dan memeluknya erat.

Berterima kasih pada Sakura yang hampir setiap malam memperliatkan seluruh koleksi foto Naruto yang ia miliki pada Shinaciku, jadi bocah 3 tahun itu bisa tahu dan mengingat wajah ayahnya walaupun hanya lewat Foto.

"A- Apa?" Naruto sedikit terhuyung ke belakang. Namun pandangannya tak lepas dari Sakura dan mencoba meminta penjelasan. Sakura juga berjalan mendekat pada Naruto, tangannya masih menyeka beberapa air mata menetes melalui emerldnya yang bening.

Naruto melepaskan pelukan bocah kuning itu dengan paksa dari kakinya, tangannya yang kekar mencengkram kuat tangan mungil berbalutkan perban yang memeluk kakinya tadi.

"Apa-apaan ini.. ? Papa? Hei nak aku ini bukan ayahmu kau salah orang..! " Yamato hanya diam ia tidak tau harus bicara apa hanya memandangi interaksi antara wanita asing dan anak laki-laki itu dengan bosnya.

"Aduh sakit papa.. lepaskan Shina.." Bocah yang tadinya berwajah cerah kini ketakutan mendongkak menatap manik safir sang ayah.

"Naruto..!" Lirih Sakura, setelahnya Naruto melepaskan cengkramannya pada Shinaciku. Wajahnya mengeras ia menggelengkan kepalanya kuat. Bagaimana bisa belum ada satu jam dirinya diluar penjara tiba-tiba seorang anak yang dibawa oleh mantan kekasihnya itu menyebut dirinya dengan sebutan PAPA? Yang benar saja!. Sebagai laki-laki Naruto memang pernah beberap kali memperawani gadis yang diajaknya kencan tapi tak ada satupun diantara mereka yang datang padanya untuk meminta pertanggungjawabannya.

Shinaciku berlari, kali ini menerjang kaki ibunya memeluk sepasang kaki sintal sang ibu dengan erat.

"Naruto kenapa kau sekasar itu pada putramu?!" Naruto membulatkan matanya mendengar kata-kata Sakura.

"Jangan bercanda kau ya?! kau pikir ini lucu SAKURA..!" Sakura menatap Naruto tak percaya berbanding terbalik seperti yang Sakura bayangkan, sikap Naruto telah berubah. Seingatkan Naruto yang dulu begitu lebut, baik hati dan yang jelas tidak kasar pada anak kecil.

"Kau pikir aku bercanda Naruto!, dan kau tahu selama 4 tahun ini aku membesarkan anak kita sendiri.."

"Anak kita? Sakura kita bahkan belum menikah bagaimana bisa kau dengan gampangnya mengatakan kalau kau membesarkan 'anak kita' sendiri.." Percakapan dua sejoli itu mulai sengit para polisi penjaga dan beberapa sipir menonton dalam diam drama opera sabun antara pasangan suami istri? Bukan.

Sakura mengendong Shina yang mulai sesenggukan menangis. " Naruto sayang kita memang belum menikah tapi kita sudah kawin.. kau ingat tidak?" suara Sakura tertahan namun terdengar tegas.

DEG.. bagai tersambar petir jantung Naruto berhenti sesaat. Naruto memegangi kepalanya, ia merasa pusing sekarang.

"Kawin apa? Hubungan kita sudah lama berakhir Sakura, bahkan saat itu kau memutuskan hubungan kita tanpa alasan yang jelas.. tepat seminggu sebelum ulang tahunku.." Dengan peluh mulai membasahi jidatnya Naruto menyanggah argument Sakura.

"Jangan sok polos Naruto!, kau bahkan selalu menyerangku jika ada kesempatan. Tidak tau malu, tidak peduli dimobil, ditoilet kampus, hotel bahkan dikamarku.." Lantang Sakura walaupun ia melihat beberapan orang menatapnya intens ia tidak peduli sudah mengucapkan beberapa kata vulgar didepan umum terutama ups!.. dia lupa kalau sekarang ada anaknya juga yang menatapnya dengan tampang polos fuck. Serta lihat tampang Naruto, lelaki itu menganga lebar mendengar pengakuan dosa Sakura atau tepatnya sakura yang membeberkan aib mereka.

"Kenapa, kau kehabisan kata-kata? Dan kapan aku bilang kita putus? Kita masih sepasang kekasih Naruto.."

"Kau-" tunjuk Naruto. " Ok aku akui, aku sempat menyentuhmu beberapa kali.. tapi tidak sampai mendapatkan klimaks bersamamu.." Fuck kini giliran Sakura yang menganga dan wajahnya sedikit bersemu merah karena marah lelaki itu bicaranya lebih vulgar darinya dan Sakura cepat-cepat menutup telinga putranya takut-takut jika anaknya akan meniru kalimat Naruto.

Shit Apa katanya ? tidak mendapat klimaks bersama yang benar saja!. Sakura memicingkan matanya, memangnya siapa yang meminta jatah, sampai berganti-ganti gaya saat bercinta dan dia bilang tidak mendapat klimaks bersama ingin kali Sakura menendang selangkangan Naruto kuat-kuat sekarang. Sakura masih ingat dengan jelas saat mereka berhubungan intim siapa yang mendominasi serta tidak akan berakhir jika salah satu diantara mereka belum ada yang pingsan karena kelelahan. Fuck itu aib broo..

"Aku masih ingat saat itu kau membuangku, tanpa alasan yang logis kau minta putus di kencan kita saat festifal buah itu.." Lanjut Naruto. Sakura geram oh God susah sekali membuat lelaki Namikaze itu untuk mempercayainya. Buktinya saja sudah jelas ada kan.

"Kalau kau beranggapan hubungan kita sudah putus, ok aku bisa jelaskan kenapa saat itu aku-"

"Cukup Sakura. Aku tidak mau dengar penjelasanmu…"

"-hubungan kita berakhir tapi lihat hasil dari hubungan kita, Shinaciku ini anak kita Naru.. kau ayah biologisnya.. tidakkah matau bisa melihat? Tidakkah telingamu mampu mendengar?"

"Mama aku tidak mau punya Papa jahat.." Dengan sesengukan Shinachiku berujar tangannya yang berbalutkan perban yang tadinya berwarna putih berubah warna menjadi merah mungkin luka yang belum kering itu mengeluarkan darah akibat cengkraman Naruto tadi.

"Sayang tiddak boleh begitu lihat itu Papa-" Sakura menunjuk Naruto. "Tadi dimobil Shina katanya mau seperti Papa jadi polisi-"

"-Tidak mau Papa jahat.." Shinachiku menangis dilipatan leher Sakura.

"Haha.. kau dengar anak itu! Dia tidak mau Papa sepertiku.. Baguslah.. aku memang bukan ayahmu dasar anak haram-"

PLAKk..

Dengan kekuatan penuh Sakura menampar pipi Naruto. Hingga wajah pria itu berpaling ke samping. "Aku memang salah, aku yang bodoh, aku lebih memilih menunggu orang tidak berguna sepertimu.. kau bahkan tidak mau mendengarkan penjelasanku.."

Sinar matahari berpancar lebih terik, sekarang mengingat jam sudah menunjukan pukul 11 siang dan perdebatan itu belum berakhir. Kepala Naruto benar-benar pusing, serasa dinia berputar-putar tak tentu arah. Ia memegangi lagi kepala pirangnya.

Naruto menatap wajah Sakura. Tetesan likquid bening keluar dari mata emerald kesukaan Naruto. Sebenarnya Naruto masih sayang dengan gadis eh bukan wanita berambut merah muda itu namun akibat perpisahan sepihak yang diminta Sakura benar-benar melukai hatinya.

"Tidak.. jangan menangis Sakura.."

BRUKK..

Wajah itu jatuh membentur tanah, tubuh sintal dan tegap itu terkulai lemah tak sadarkan diri. Sakura Syok mungkinkah vertigo yang diderita kekasihnya itu kumat lagi? Oh ayolah kenapa disaat-saat seperti ini. Sakura memang tau kalau Naruto mengidap penyakit vertigo sejak kencan kedua mereka di Konohaland, saat itu Sakura yang tengah semangat ingin menaiki rolerkoster itu mengajak Naruto yang takut ketinggian untuk ikut serta.

Karena tidak bisa menolak keinginan sang gadis Naruto pun rela diseret untuk menaiki wahana yang setara dengan alat pemaju jantung itu. Dan setelah beberapa menit rolerkoster itu pun kembali ke titik awal, Sakura yang tidak terlalu ngeh dengan keberadaan kekasihnya, tidak tau kalau lelaki yang berkencan dengannya pingsan tak sadarkan diri dikursinya.

Alhasil Sakura remaja paniknya bukan main, hingga mengemparkan seisi Kohonaland. Dan karena musibah itu banyak media yang memberitakan peristiwa itu mengingat Naruto adalah cucu dari seorang pengusaha terkenal dan anak dari seorang walikota. Menyebabkan hubungannya sempat break selama 2 minggu, karena Naruto tidak mau Sakura kena masalah akibat peristiwa yang menimpanya. Semenjak saat itu sakura bersumpah tidak akan menaiki wahana rolerkoster itu lagi.

"Astaga.." Pekik Sakura.

"PAPA.." Shinaciku meronta di gendongan Sakura setelah melihat ayahnya jatuh ke tanah.

"Tuan.." Pekik Yamato.

Sakura menepuk-menepuk pelan pipi Naruto namun tak ada hasil mata safir itu masih terpejam, tangan Sakura gemetar hal ini yang paling ia takutkan bagaimana kalau kekasihnya itu meninggal mungkin saja kan pinggsan tiba-tiba dan langsung dead?

"TIDAKK.." Teriak Sakura

Polisi yang menonton tadi berhamburan mendatangi Naruto yang pingsan. "Pak polisi tolong calon suami saya pingsan..!" Teriak Sakura.

-Bersambung..

Hm.. idenya pasaran, yah aku tau..

Tapi mumpung ada waktu aku ralisasikan saja hasil pemikiranku lagi.

Yang nggak suka silahkan menepi dengan teratur beb..