TITTLE : Because Of…
SUMMARY : Kris dan Chanyeol. Keduanya adalah seorang psyco yang hidup bersama di satu rumah sakit jiwa. Kris yang tidak bisa bersahabat dengan siapapun terlihat akrab bersama Chanyeol. Tanpa Kris sadari, Chanyeol mempunyai rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun. Itulah penyebab utama ia masuk rumah sakit jiwa ini. Apa rahasia itu?
LENGTH : CHAPTERED
MAIN CAST :
- Wu Yi Fan a.k.a Kris
- Park Chanyeol
- Byun Baekhyun (genderswitch)
OTHER CAST :
- Xi Luhan (genderswitch)
- Zhang Yixing a.k.a Lay (genderswitch)
- Kim Minseok a.k.a Xiumin (genderswitch)
- Kim Jongdae a.k.a Chen
RATED : T
DESCLAIMER : All cast belong to God. But, this story is mine.
WARNING : OOC, TYPO BERTEBARAN, BAHASA ANEH, SEDIKIT MEMBINGUNGKAN.
SAY NO TO BASH
DON'T LIKE DON'T READ!
HAPPY READING :)
"Apakah kau tidak punya sopan santun?! Siapa yang menyuruhmu masuk? KAU BAHKAN TIDAK MENGETUK PINTU!" Kris berteriak seakan orang yang sedang diajaknya berbicara tidak memiliki telinga.
"Kris, maafkan aku. Aku datang untuk mengantarkan makananmu. Aku sudah mengetuk tadi. Kau yang tidak memberiku jawaban." seorang suster menjawab perkataan Kris dengan tampang semanis mungkin sambil meletakkan nampan makanan di atas meja yang terletak tepat di sebelah kasur Kris. Terlihat dari mimik wajahnya, dia sangat ketakutan dengan seorang pria psycho disebelahnya ini. Sebuah name tag yang terletak di sebelah kanan dadanya menjelaskan bahwa dia bernama Baekhyun. "Cepat makan buburmu ini, sebelum dingin." Sambung Baekhyun. Kali ini senyum di wajah Baekhyun tampak hilang. Matanya membelalak.
"Apa maksudmu berkata begitu?! Apakah aku tidak punya telinga sehingga aku tak bisa mendengar suara ketukanmu?! Apakah aku terlalu bodoh untuk memakan bubur ini setelah dingin?! Aku punya otak. Dan aku tau kapan aku harus memakan bubur ini!" Suara Kris menggema. Teriakannya sungguh membuat telinga merasakan kesakitan yang luar biasa. Tangan Kris mengambil mangkuk bubur itu. Dengan tampang tak bersalah, dilemparkannya bubur itu ke wajah Baekhyun. Bukan hanya berlumuran bubur, kepalanya kini berdarah dikarenakan mangkuk yang berbentur sangat keras dengan kepalanya.
"Maafkan aku." Baekhyun keluar dari kamar Kris. Dia sudah terbiasa dengan Kris, sehingga bukan masalah kalau keluar dari kamar Kris dengan kepala yang mengeluarkan darah. Semua perawat disini sudah pernah merasakan tamparan Kris. Semua perawat disini juga tau, Kris sangat sensitif. Namun, karena Baekhyun adalah perawat termuda dan yang paling tak berkuasa disini, dialah perawat yang paling sering bertugas di kamar kris dan mendapat hadiah lebam setelahnya.
"Perawat macam apa dia? Bahkan tidak tau bagaimana berbicara yang baik! Seharusnya dia sudah dipecat dari awal aku menamparnya! Kenapa semua perawat disini tak ada yang berpendidikan? SEMUA BODOH!" Kris berteriak lebih kuat. Suaranya terdengar diseluruh lorong lantai ke 3 rumah sakit jiwa ini. Membuat Baekhyun yang mendengarnya hanya bisa mendesah. Kata-kata ini sudah sering dia dengar. Bukan masalah baru lagi.
"Baekhyun, ini. Ganti bajumu. Dan ini plester untuk lukamu" perawat bernama Luhan memberikan baju ganti sekaligus plester kepada Baekhyun. Sebenarnya, Luhan kasihan dengan Baekhyun. Namun mau bagaimana lagi? Luhan tidak mau mengambil resiko untuk mengganti jadwal Baekhyun dengan jadwalnya. Luhan tidak lebih tegar dari Baekhyun. Menurutnya, Baekhyun adalah perawat paling tegar yang pernah ia temui.
"Terima kasih." Baekhyun mengambil baju dan plester itu, kemudian masuk ke ruangan khusus perawat. Sepertinya dia memerlukan banyak waktu untuk membersihkan wajah dan bajunya dari noda bubur ini.
.
"Hm. Bagaimana ini? Kamar di rumah sakit ini sudah penuh. Dan rata-rata kamar sudah diisi dua orang. Sementara, besok akan ada psycho baru yang akan masuk rumah sakit jiwa ini." Kali ini, Kepala perawat bernama Minseok memulai rapat. Tidak ada perawat yang membalas perkataannya. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bagaimana kalau psycho itu dimasukkan ke kamar Kris saja? Di seluruh rumah sakit ini, hanya Kris yang tidak memiliki teman di kamarnya. Mungkin dia kesepian." Ucapan perawat bernama Lay ini membuat perawat lain terdiam. Mungkin apa yang dipikirkan semua perawat sama dengan apa yang Lay katakan.
"Tidak. Itu tidak mungkin berhasil. Mungkin Kris akan menjadikan anak ini sebagai boneka. Dia akan melakukan kekerasan apapun sesuka hatinya kepada anak ini." Sergah Baekhyun cepat sebelum semua perawat setuju dengan pendapat Lay.
"itu benar. Kalian semua tahu, Kris sama sekali tidak bisa mengontrol diri." Balas Luhan menyetujui pekataan Baekhyun.
"Kali ini kita memiliki dua pilihan. Apakah kalian setuju dengan perkataan Lay, atau setuju dengan tanggapan Baekhyun?" perkataan Minseok dijawab serentak oleh semua perawat. Mereka setuju dengan perkataan Lay. Ini akan menjadi masalah baru untuk Baekhyun.
"Baekhyun, karna kau orang yang paling sering bertugas di kamar Kris, tolong berikan Kris pengertian untuk menerima pasien baru ini. Saya tidak mau mengambil resiko, karna ini sudah menjadi keputusan semua perawat." Minseok memandang Baekhyun dengan tatapan serius.
"Baiklah." Baekhyun menghembuskan nafas berat. Ia tau ini tugasnya. Dan ia yakin, tugasnya akan lebih berat dari sebelumnya. Membuat seorang psycho yang sensitif berbagi kamar? Keterlaluan.
.
"Bersabarlah. Aku tau semua orang menolak perkataanmu karena mereka tidak ingin repot. Berusaha sebisamu saja" Luhan menyemangati Baekhyun setelah rapat selesai.
"iya. Kau benar. Aku akan berusaha." Ucap Baekhyun sambil tersenyum tulus. Ya, diantara semua perawat, Luhan yang paling bisa diajak berteman. Namun, bukan berarti perawat lain membenci Baekhyun. Mereka hanya memberikan tugas berat.
.
"Baekhyun, ini waktunya membersihkan ruangan pasien. Kau ditugaskan dikamar Kris lagi. Aku ada dikamar Jongdae dan temannya. Kita bersebelahan." Luhan memberitahu Baekhyun setelah melihat jadwal yang terdapat di mading kamar perawat.
"ah. Kau beruntung. Jongdae sangat ramah kepada siapapun. Dia hanya tidak bisa mengontrol diri ketika ada yang menyinggung tentang ibunya." Baekhyun terdengar seperti sangat mengenal Jongdae.
"benarkah?" Luhan tidak menyangka Baekhyun mengenal Jongdae. Padahal Baekhyun jarang sekali dijadwalkan di kamar Jongdae.
"ya. Aku suka membaca profil-profil seluruh pasien di rumah sakit ini. Itu membuatku mengenal mereka lebih dekat. Dan apakah kau tau sebab mengapa Kris menjadi sangat sensitif? Itu karna dia melihat adiknya dibunuh didepan matanya. Sangat mengerikan."
"ah, aku bahkan baru tau hal itu. Sudah, ayo kita pergi ke kamar mereka." Luhan berjalan menuju kamar Jongdae. Baekhyun mengikuti Luhan dibelakang.
Baekhyun sudah sampai di depan pintu kamar Kris. Ia menghembuskan nafas berat berulang kali. 'nanti apa yang akan dilakukan Kris? Menamparku? Memukulku dengan tongkat sapu? Atau berteriak meminta aku keluar?' pikir Baekhyun dalam hati. Tangannya memegang handle pintu, siap membukanya. "Kris, bolehkah aku masuk? Aku ingin membersihkan kamar ini." Baekhyun mengetuk pintu. Suara Baekhyun sedikit bergetar. Dia sudah siap kalau-kalau Kris berteriak dengan suaranya yang sangat menyakitkan telinga itu.
Tidak ada jawaban. 'Kalau aku buka, apakah aku akan mendapat lebam lagi? Ah. Terserah saja. Aku tak peduli.' Setelah berpikir begitu, Baekhyun langsung membuka pintu.
Kris terlihat duduk disisi kanan ranjangnya. Ia sedang merenung dan menatap kosong kearah jendela. "maaf mengganggumu Kris. Aku di tugaskan untuk merapikan kamarmu. Ternyata kamarmu masih rapi,ya. Aku hanya akan membersihkan sedikit saja." Baekhyun terdengar memuji. Padahal, kamar itu sangat berantakan. Bekas bubur masih ada disana. Itu berarti tidak ada perawat yang masuk untuk membersihkan.
Kris tetap tak menjawab. Baekhyun mulai mengelap sisa bubur, kemudian merapikan meja. Tidak banyak barang terdapat disana. Hanya sebuah lampu tidur usang yang sudah jarang sekali terpakai.
Belum selesai Baekhyun merapikan meja, Kris mengucapkan kalimat dengat sangat lembut. Baekhyun bahkan tak percaya kalau suara itu suara Kris. "Menurutmu, kapan aku bisa keluar dari tempat menjijikkan ini?" suaranya sangat halus. Ketika mengucapkan hal itu, Kris masih menatap kosong.
"kau ingin cepat-cepat pulang? Mungkin kau bisa pulang, ketika kau sudah menggunakan akal sehatmu untuk berpikir. Bukan hanya dengan otak." Baekhyun melihat ke arah Kris. Ketika dia tenang seperti ini, terlihat sekali ketampanannya.
"apakah aku belum menggunakan akal sehat?" kini Kris melihat ke arah Baekhyun. Pikirannya tidak dalam percakapan. Kris sedang memikirkan sesuatu. Ia hanya menjawab perkataan Baekhyun seadanya.
"kau belum, Kris. Kau masih sering membentak seseorang hanya karena kau tidak suka dengan dia. Bukan karena dia melakukan kesalahan." Baekhyun berkata dengan sangat lembut. Ia berbicara sebaik mungkin supaya tidak memancing amarah Kris.
"Begitukah? Berarti selama ini aku salah. Entah mengapa, aku sangat merindukan ibuku. Aku tidak tau mereka ada dimana. Apalagi setelah Sehun meninggal. Mereka pasti sangat terpukul." Oh, Kris kesepian rupanya. Dia tidak memiliki teman untuk mendengarkan ceritanya. Baekhyun merasa kasihan dengan Kris. Perlahan Baekhyun duduk di sebelah Kris. Baekhyun ingin mendengarkan cerita Kris yang merubah Kris menjadi sangat sensitif.
"Ceritakanlah padaku."
"Aku sangat mencintai adikku. Walaupun ibuku menganggapku menjadi seperti anak tiri karena terlalu mengawasinya, aku tetap menyayangi Sehun. Dia sangat baik padaku. Jika ibu membelanya dan menyalahkanku, Sehun selalu berkata 'Kris tidak salah, bu'. Aku sangat menyesal. Waktu itu perampok masuk ke rumahku. Dia berusaha mengambil laptop yang sedang dipakai Sehun. Sehun menolak memberikannya hanya karena di laptop keparat itu terdapat foto liburan kita yang tidak diketahui ayah-ibu. Perampok itu menusuk tepat di organ paling sensitif Sehun. Dan aku melihatnya di balik pintu. Aku sangat bodoh. Aku menyesal tidak membantunya. Sehun mati karena aku!" Kris mengeluarkan emosinya. Semua ini benar-benar menyedihkan. Kris bahkan menjadi sensitif begini karena adiknya. Kris terlalu mencintai Sehun. Bagimana mungkin hal ini terjadi? Rata-rata pasien menjadi psycho karena kekasih atau orangtua mereka. Jarang sekali pasien yang mengalami stres karena saudaranya.
"Kau akan pulang sebentar lagi. Bersabarlah. Biarkan aku membersihkan kamarmu dulu." Baekhyun tak ingin Kris kembali emosi ketika mengingat masa lalunya itu. Sebaiknya sampai disitu saja cerita yang Baekhyun dengar.
"Tidak! Kau keluar saja! Keluar dan tutup mulutmu sebelum lampu ini mengenai kepalamu!" oh tidak. Kris berteriak. Emosi Kris kembali. Emosinya tidak stabil.
"Baiklah. Maafkan aku" memang tidak mudah merawat seorang pasien psycho. Apalagi pasien seperti Kris. Kris sama sekali tidak memiliki rasa kasihan. Yang bisa Baekhyun lakukan hanya keluar dari kamar ini atau jika tidak, akan ada tambahan plester di kepalanya.
Setelah keluar dari kamar Kris, Baekhyun melihat Luhan sudah menunggu di depan pintu kamar Jongdae. Luhan yang melihat Baekhyun langsung berlari menghampiri. "apakah kau terluka? Dia melakukan apa? Ah, apakah dia melemparkan lampu tidur itu? Aku mendengar suara ancamannya tadi." sergah Luhan cepat. Dia sangat Khawatir kalau-kalau Baekhyun mendapat lemparan benda keras lagi.
"Tidak. Tadi dia tenang sekali. Bahkan dia menceritakan masa lalunya. Aku kasihan sekali dengannya. Ternyata dia menjadi stress bukan karena melihat adegan pembunuhan saja, tapi juga karena dia sangat menyayangi adiknya itu. Jadi bisa dibilang, dia terpukul karena kepergian adiknya."
"Bukankah tidak pernah ada pasien yang masuk karena kehilangan adik? Rata-rata manusia, jika kehilangan adik mereka bisa memakluminya dan bersabar. Itu berarti, ada kemungkinan Kris tidak punya oranglain yang mengasihi dia selain adiknya itu."
"Benar. Orangtuanya tidak memerdulikan Kris. Sepertinya, Orangtuanya selalu beranggapan kalau Kris sudah dewasa dan bisa menjalani hidup sendiri. Mereka terlalu memerhatikan Sehun, namun Sehun selalu membela Kris ketika orangtuanya menyalahkan."
"hm.. apakah kau sudah memberitahu Kris kalau besok dia akan memiliki teman baru?" Baekhyun benar-benar lupa dengan ini. Dia terlalu sibuk mendengar cerita Kris.
"Oh tidak. Aku sama sekali tidak ingat dengan hal itu. Bagaimana ini? Aku tak yakin, ketika aku mengantar makan malam nanti dia akan mau mendengarkan perkataanku. Aku yakin dia sudah sangat marah sekarang."
.
Hari ini pasien baru itu datang. Dan Baekhyun lupa memberitahu Kris. Kris akan mengamuk.
"Perawat Minseok, apa latar belakang pasien baru ini?" Baekhyun memulai percakapan dengan Minseok
"Sudah hampir 3 tahun dia hanya merenung di kamarnya. Bahkan tidak makan dan hanya meminum air jika tetangga memberikannya. Dia sudah tidak punya sanak-saudara lagi. Dia tidak jauh berbeda dengan Kris. Dia melihat sendiri dengan matanya adegan pembunuhan." Ah, mirip sekali. Semoga saja Kris bisa terbuka dengannya.
"Kapan dia datang?" Tanya Baekhyun. Baekhyun sudah tidak sabar melihatnya. Baekhyun memegang tanggung jawab besar untuk anak ini. Ketika Kris menolak, Baekhyun tidak bisa melakukan apapun.
"Hari ini, jam 9 nanti"
"Siapa namanya?"
"Chanyeol. Park Chanyeol"
.
Terlihat di pintu utama rumah sakit sudah dipenuhi semua perawat. Mereka semua akan menyambut Chanyeol. Mereka semua menampakkan mimik khawatir sekaligus penasaran 'apakah Chanyeol anak yang baik? Apakah Chanyeol pemberontak? Apakah Chanyeol bisa akrab dengan Kris?'
'Mobil Chanyeol' sudah datang. Semua Perawat berhenti berbicara. Mobil berhenti setelah sampai di depan pintu utama. Dengan cepat Lay membuka pintu penumpang. Seorang pria yang sangat tampan—walau tak terurus- keluar dari mobil dengan senyum mengembang di wajahnya. Chanyeol orang yang ramah. "Aku Chanyeol. Kenapa banyak sekali orang disini? Katanya ini adalah tempat dimana aku akan disembuhkan, apakah akan menyenangkan tinggal disini?" Semua perawat terdiam. Sepanjang sejarah, tidak ada pasien yang bisa tersenyum ketika keluar dari mobil dan mau memperkenalkan namanya. Bukankah selama 3 tahun dia mengurung diri? Bukankah seharusnya dia membenci semua orang yang ada disitu? Chanyeol sangat berbeda.
"Kami menyambut kedatanganmu. Tentu saja disini sangat menyenangkan." Ketika semua perawat masih terdiam kaku, Luhan-lah yang membalas perkataan Chanyeol. "ayo masuk. Terlebih dahulu, kita akan mengenalkan kamar barumu" lanjut Luhan.
"Ayo. Hei, siapa namamu? Aku ingin diurus dengan perawat ini. Dia cantik" Chanyeol menunjuk Baekhyun. Baekhyun hanya menunduk dengan pipi memerah.
"hahaha. Memang dialah yang akan mengurusmu. Dia Baekhyun." Karena Baekhyun tidak menjawab, Luhan yang memberikan jawaban.
Chanyeol diantar ke kamarnya bersama Baekhyun dan Luhan saja. Perawat lain melanjutkan pekerjaan mereka lagi. 'semoga ketika aku membuka pintu Kris tidak mengamuk. Semoga saja dia tidak menolak Chanyeol' hanya itu yang Baekhyun pikirkan sepanjang perjalanan menuju lantai 3.
"Chanyeol, di kamar nanti kau akan memiliki teman. Kalian akan berbagi kamar." Luhan berbicara setenang mungkin, takut kalau-kalau Chanyeol marah karena dia tak ingin ada teman sekamar.
"Benarkah?" hanya itu yang dikatakan Chanyeol. Chanyeol terus melihat ke bawah, seperti sedang memikirkan sesuaru.
"kau memikirkan apa Chanyeol?"
"aku membenci tangga. Tadi aku mencoba untuk menghitungnya, tapi aku lupa aku sudah sampai di angka berapa. Aku malas untuk turun lagi dan menghitung ulang. Aku membencinya." Terlalu polos. Mungkin ini alasannya. Dia menjadi polos kembali. Menjadi tidak tahu apa-apa karena terlalu lama mengurung diri.
"oh, baiklah. Hitung saja lain kali. Kau akan sering melewati tangga ini" Luhan lupa sesuatu. Semua pasien harus diperiksa dulu apakah dia berbahaya atau tidak. Jika mereka tidak berbahaya, maka diijinkanb erkeliling rumah sakit. Kalau berbahaya seperti Kris, bahkan membuka pintu saja tidak boleh.
"benarkah?" Chanyeol mengulang kata itu lagi. Sekarang mereka sudah berdiri didepan sebuah pintu. Baekhyun bersiap mengetuk pintu.
"Kris, bolehkah aku masuk? Aku ingin mengenalkan teman baru kepadamu." Baekhyun benar-benar siap mendengar teriakan tidak sopan Kris. Tapi tak ada satu kata balasan yang terdengar. Kris tidak menjawab, tapi dia mendengarnya. Dan mungkin ditangannya sudah memegang lampu tidur. Satu-satunya senjata yang bisa membuat kepala Baekhyun berdarah lagi.
Baekhyun mulai menekan handle pintu. Pintu sudah terbuka lebar. Seketika Luhan dan Baekhyun tak memercayai hal ini. Mereka berdua membelalak dan mulut terbuka lebar. Apa yang mereka lihat?
Kris tersenyum. Senyum yang mungkin belum pernah dilihat siapapun. "Mana orangnya?" ucap Kris selembut mungkin. Apakah ini muka palsu Kris? Apakah dia berlagak manis, padahal nanti dia akan menganiaya Chanyeol?
"Hai! Kau tampan sekali. Aku Chanyeol. Aku akan satu kamar denganmu. Siapa namamu?" belum sempat Baekhyun menjawab perkataan Kris, Chanyeol sudah menyela. Tangan Chanyeol terulur, menandakan kalau dia ingin menjabat tangan Kris. Kris membalas tangan Chanyeol. Ini sungguh keajaiban! Sepertinya ini benar-benar muka palsu Kris. Kris hanya ingin membuat Chanyeol tidak takut dengannya di awal. Atau mungkin…. Kris memang menyukai Chanyeol dan mau berteman dengan Chanyeol?
###### Tekanan Batin Chanyeol (TBC)/END? ######
FF author kemaren males author lanjutin. Ini author buat ff baru yang mungkin SEDIKIT lebih baik dari yang dulu. Maap kalo ceritanya aneh, karna yang buat aja aneh. Maap juga kalau kependekan, karna author bikin ni ff sambil denger lagu EXO+2AM jadi ujungnya agak berantakan -_- maap juga yg nggak ngerti kenapa judul dengan isinya beda banget. Nanti kalian bakal tau *Misterius . Ehem, Fic ini real dari otak author, dan otak author real dari kepala author, dan kepala author real dari Tuhan.
Yang review makasih, yang follow gomawo, yang favorite jeongmal gomawo, yang follow/favorite author diaminkan masuk surga.
Bisa dibilang ini ff pertama, walaupun bukan ff pertama *loh? ff pertama author Cuma sampe chap 1 itupun nggak akan pernah author lanjut lagi. Ehehe ._.v
Menerima keripik *eh kritik dan saran di kotak review. Menerima BASH di kotak amal. Jangan sembunyi :) kasih saran yaa..
