[DISCLAIMER]
The story belongs to it's real author. I just remake it into ChanBaek version.
THE PRICE OF A VIRGINITY
Cast :
Baekhyun, Chanyeol, Kris, Luhan, and others..
Remake story by Karenina
~
Byun Baekhyun tampak berjalan lesu melintasi koridor sekolahnya. Ini hari terakhirnya berada di Seoul Global High School, tempatnya selama tiga tahun menuntut ilmu. Dalam wisuda tadi, Baekhyun diumumkan sebagai lulusan terbaik dengan nilai tertinggi dari seluruh siswa di sekolahnya. Namun gadis itu tampak tak antusias dengan pencapaiannya. Bagaimana dia bisa senang, jika nilai itu tidak mampu membawanya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berkali-kali ia coba mengajukan beasiswa ke beberapa perguruan tinggi di negaranya, namun tetap saja hasilnya nihil. Tak satupun dari perguruan tinggi itu menanggapi permintaannya.
Sebenarnya dia memendam keinginan untuk bisa berkuliah di Inggris. Dia yang bercita-cita menjadi seorang dokter, bermimpi bisa melanjutkan pendidikannya di Oxford atau Cambridge, perguruan tinggi yang sangat bergengsi di Inggris. Namun apa daya, Baekhyun hanya berasal dari keluarga miskin. Ayahnya seorang supir taksi dan ibunya seorang pengasuh anak. Penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka berempat. Ayahnya, ibunya, dia, dan adik laki-lakinya, Byun Jisung yang baru berusia delapan tahun. Ayahnya sengaja memberi nama adiknya Jisung, berharap kelak adiknya dapat memiliki nasib yang sama seperti pesepak bola terkenal asal Korea, Park Jisung. Namun sayang, kondisi perekonomian keluarga yang pas-pasan membuat Byun Jisung tidak bisa dimasukkan ke sekolah khusus sepak bola. Jisung sepertinya cukup puas dengan bermain sepak bola bersama teman-temannya di lahan sempit yang terletak di daerah padat dan sesak hunian keluarganya di sudut kota Seoul.
Baekhyun turun dari bis kota yang membawanya ke wilayah tempat tinggalnya. Ia tiba di rumahnya dengan wajah lesu yang membuat ibunya bertanya-tanya.
"Nak, hari ini hari kelulusanmu. Ibu yakin kau pasti mendapat nilai tertinggi dan predikat terbaik seperti biasa. Lalu kenapa kau tampak tak bahagia?"
"Aku bahagia, Bu. Aku hanya sedang lelah dan lapar." jawab Baekhyun berbohong. Tak mungkin dia berterus terang bahwa ia sedih karena tak bisa melanjutkan kuliah dengan nilai sebagus itu.
"Baiklah, setelah kau ganti bajumu cepatlah makan. Ibu membuatkan makanan keaukaanmu." tutur ibunya sambil tersenyum lembut. Heechul tau anaknya telah berbohong padanya. Kau pasti sedih karena tak bisa berkuliah. Maafkan kami, Baekhyun. Maafkan kami yang tak mampu membiayai kuliahmu. Batin ibunya sedih.
Baekhyun telah berganti baju dan siap di meja makan. Sebelum mengambil makanannya ia mencari Jisung, adiknya.
"Jisung kemana, Bu?" tanya Baekhyun.
"Seperti biasa, setelah pulang sekolah ia langsung bermain bola bersama teman-temannya di lapangan kecil ujung jalan." jawab Heechul.
"Jisung tak lupa makan, kan Bu?"
"Tenang saja, Baek. Tadi ibu sudah memaksanya untuk makan siang dulu."
Baekhyun lega mendengarnya. Ia sangat menyayangi adiknya, ia tak ingin adiknya sakit gara-gara terlalu banyak bermain dan lupa makan.
Baekhyun menyantap makanannya dengan lahap. Dia tak bohong soal rasa laparnya. Sejak sarapan pagi tadi hingga menjelang sore ini ia belum lagi menyentuh makanan. Apalagi setelah ini ia akan berangkat bekerja di restoran cepat saji milik teman ayahnya, Paman Shindong sebagai seorang pelayan. Heechul memandang iba anak gadisnya, yang bulan depan genap berusia sembilan belas tahun. Sejak kecil Baekhyun sudah melakukan berbagai macam pekerjaan untuk meringankan beban orang tuanya. Dari menjadi pengantar koran, kurir, hingga sekarang menjadi pelayan restoran tak pernah malu ia kerjakan. Semua ini ia lakukan agar bisa memenuhi kegemarannya, membaca. Uang hasil kerjanya, ia belanjakan buku-buku dan keperluan pribadinya. Terkadang jika ia memiliki uang lebih, tak segan-segan ia memenuhi kebutuhan adiknya juga. Baekhyun tak ingin merepotkan orang tuanya demi memenuhi kebutuhan sekundernya. Kedua orang tuanya sebenarnya telah melarang Bekhyun melakukan semua pekerjaan itu, mereka tidak tega melihat putrinya harus bekerja diusia yang masih sangat muda, namun gadis itu tetap bersikeras untuk melakukan semua pekerjaan itu. Maka tak heran jika Baekhyun tumbuh menjadi gadis yang pintar serta menguasai lima bahasa asing. Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, dan Jerman. Di tempat bekerjanya, ia sering ditunjuk oleh Paman Shindong untuk melayani turis-turis asing. Kepintarannya berbahasa asing membuat Paman Shindong sering memberinya bonus.
Seusai makan Baekhyun berpamitan pada ibunya untuk berangkat kerja. Saat baru keluar dari pintu rumahnya, ia berpapasan dengan ayahnya yang baru pulang bekerja.
"Kau langsung ke tempat pamanmu, Baekhyun?" tanya Hangeng, ayahnya.
"Iya, yah. Karena aku sudah lulus, aku akan bekerja penuh disana." balas Baekhyun tersenyum.
"Oh iya, bagaimana kelulusanmu? pasti memilih nilai tertinggi seperti biasa, kan?"
"Namanya juga anak ayah, seperti biasa." canda Baekhyun.
"Kau hebat, nak. Nanti malam ayah akan menjemputmu." ucap Hangeng tersenyum. Baekhyun mengangguk sambil tersenyum untuk kemudian berlalu dari hadapan ayahnya.
Saat masuk ke dalam rumahnya, Hanggeng disambut hangat oleh istrinya, Heechul. Wanita itu selalu menyambut suaminya dengan seulas senyum. Dia tak pernah menanyakan hasil dari pekerjaan suaminya sebagai seorang supir taksi. Dia selalu menerima berapapun uang yang diberikan suaminya tanpa mengeluh. Biasanya setelah Hangeng pulang, Heechul akan menyuruhnya untuk beristirahat terlebih dahulu.
"Syukurlah kau sudah pulang, Hangeng. Malam nanti aku harus menjaga anak keluarga Kim. Kalau kau dan Jisung akan makan, sudah aku siapkan di meja makan. Sebentar lagi Jisung akan pulang dari bermain bola bersama teman-temannya." sambut Heechul hangat.
"Kau tau, Heechul. Semenjak adanya taksi online, supir taksi konvensional seperti aku semakin berkurang pendapatannya." keluh suaminya.
"Tidak apa-apa, sayang. Barapapun hasil yang kau dapat, aku selalu mensyukurinya. Apa kau mau kopi?" tawar Heechul lembut, mencoba membesarkan hati suaminya.
Hangeng terharu mendengar penuturan istrinya. Ia sangat mencintai perempuan cantik, ibu dari dua orang anaknya ini. Tentang kedua anaknya, Hangeng sering merasa sedih. Walaupun mereka tak pernah mendapatkan materi berlimpah seperti keluarga lainnya, kedua anaknya tak pernah berkeluh kesah.
"Tidak usah nanti akan kubuat sendiri kopinya. Kau sebaiknya bersiap untuk pergi ke rumah keluarga Kim."
Sebelum berangkat, si bungsu Jisung sudah pulang. Kali ini giliran Hangeng yang menjaga dan mengurusnya.
~@~@~@~@~
Hari ini restoran tempat Baekhyun bekerja sangat ramai. Ia tanpa lelah berjalan kesana kemari untuk melayani para pengunjung tersebut. Paman Shindong, yang sedari tadi memperhatikan Baekhyun bekerja, menyuruh gadis itu untuk beristirahat sejenak. Baekhyun tersenyum berterima kasih pada Paman Shindong untuk kemudian berlalu ke belakang restoran untuk beristirahat.
Di belakang, ia mendapati kedua rekan kerjanya yang juga sedang beristirahat tertawa terkikik sambil memandang layar ponsel yang dipegang salah satu dari mereka. Baekhyun penasaran, kemudian ia mendekat ke arah dua rekan kerjanya, Minseok dan Yizing.
"Apa yang kalian lihat?" tanya Baekhyun ingin tahu.
"Kemarilah, B. Coba kau lihat, siapa tahu kau tertarik." ucap Minseok yang memegang ponselnya.
Baekhyun hanya melihat perempuan-perempuan cantik dengan pose sensual dan pakaian yang sangat terbuka, baginya tak ada yang istimewa.
"Aku bukan lesbian dan kalian juga. Kenapa kalian begitu tertarik dengan gadis-gadis di situs ini?"
"Aduh dasar puteri perawan. Kau masih perawan, kan?" tanya Yizing, gadis sembilan belas tahun yang sudah kehilangan keperawanannya diusia lima belas tahun. Akibatnya Yizing hamil tanpa diketahui siapa ayah bayinya. Sekarang anaknya itu telah ia serahkan untuk diadopsi pasangan kaya dari Amerika.
"Tentu saja. Aku akan menyerahkan keperawananku pada suamiku kelak." kata Baekhyun polos. Ia tak pernah malu mengakui keperawanannya pada siapapun.
"Gambar gadis-gadis ini ada kaitannya dengan situs yang kami baca, B." Minseok menyerahkan ponselnya pada Baekhyun.
Penasaran, Baekhyun langsung membaca artikel yang tertulis disana. Matanya terbelalak tak percaya. Ternyata gadis-gadis ini menawarkan keperawanannya kepada siapa saja yang mau membayar mereka dengan harga tinggi. Dan peminatnya tidak main-main. mereka biasanya berasal dari kalangan milyarder, selebriti dunia, hingga bangsawan kaya raya. Baekhyun sulit mempercayai apa yang mereka tulis. Ada seorang gadis berusia dua puluh tahun, berasal dari Korea, yang berhasil menjual keperawanannya pada bangsawan kaya raya asal Timur Tengah seharga 500 juta won.
"Mereka gadis-gadis gila." Baekhyun menyerahkan kembali ponsel tersebut pada pemiliknya, Minseok.
"Bukan gila, mereka pintar. Jika aku masih perawan, tak akan aku lewatkan kesempatan ini." ucap Minseok. Gadis dua puluh dua tahun ini kehilangan keperawannya ketika ia berusia enam belas tahun. Minseok merupakan pelayan yang paling cantik di restoran ini. Rambutnya yang pirang, kulitnya yang putih bersih, matanya yang biru dan tubuhnya yang seksi merupakan favorite pengunjung pria di restoran ini. Minseok selalu memakai seragam pelayan dengan ukuran yang lebih kecil, hingga kaos merah dan celana jeans biru yang dikenakannya mampu menonjolkan lekuk-lekuk tubuhnya. Paman Shindong tak kuasa menegur Minseok karena gadis itulah primadona restoran tersebut. Sudah bukan rahasia lagi jika Minseok bisa diajak kencan oleh para pengunjung restoran tersebut.
"Kau benar, Min. Jika dulu aku tau situs ini, tak akan aku serahkan keperawanku pada Jumyeon dan teman-temannya." geram Yizing. Waktu itu dia sedang mabuk, Jumyeon kekasihnya dan teman-temannya merenggut keperawanannya. Ia tak bisa melaporkan hal ini ke pihak kepolisian karena kemudian mereka melakukannya lagi berkali-kali. Yizing terpaksa mau melakukan tindakan bodoh itu, Jumyeon mengancam akan memutuskan hubungan mereka. Setelah tau dirinya hamil, Jumyeon dan teman-temannya langsung menghilang. Terakhir ia mendengar kabar Jumyeon dan teman-temannya berada di penjara, terjerat kasus narkoba.
Melihat masalah yang menimpa teman-temannya ini, Baekhyun ingin sekali membawa keluarganya pindah dari lingkungan mereka saat ini. Ia khawatir Jisung akan terpengaruh efek buruk dari lingkungan mereka. Sejauh ini ia beruntung masih bisa menjaga dirinya, tapi bagaimana dengan Jisung?
"B, kenapa kau malah melamun? Kau tak tertarik untuk mengikuti jejak para gadis itu? Ini kesempatan yang bagus bagimu untuk membawa keluargamu ke lingkungan yang lebih baik daripada disini." cetus Yizing seolah bisa membaca pikiran Baekhyun.
"Entahlah, Yi. Aku... Lebih baik kita lanjutkan pekerjaan kita." ucap Baekhyun bingung.
"Dengan uang itu kau bisa meraih cita-citamu untuk menjadi seorang dokter." ucap Minseok cepat.
Baekhyun tak menjawab, dia malah melangkah masuk ke dalam restoran dan melanjutkan pekerjaannya.
~@~@~@~@~
Baekhyun sedang melamun di dalam kamarnya. Tadi sepulang kerja, ia langsung masuk ke kamarnya. Heechul dan Hangeng memaklumi sikap anaknya yang mungkin merasa lelah.
Baekhyun merenungi ucapan teman-temannya. Haruskah aku menjual keperawanku? pikirnya gundah. Tapi ini demi keluargamu, demi Jisung! Jeritnya dalam hati.
Baekhyun bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju meja belajar dan menyalakan laptopnya. Laptop ini hasil jerih payahnya selama bekerja serta sedikit bantuan dari orang tuanya. Gadis itu mulai berselancar di dunia maya hingga menemukan situs yang dimaksud, . Semakin ia membaca artikel dalam situs tersebut, semakin pula rasa ingin tahunya membludak. Merasa lelah dan mengantuk setelah satu jam dia menggali informasi dari situs tersebut, Baekhyun pun akhirnya mematikan laptopnya. Sambil mulai berbaring, berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Apakah aku harus mengambil kesempatan ini? Tapi bila ayah dan ibu mengetahuinya apakah mereka tidak akan marah? Lagipula gadis-gadis itu cantik, rata-rata berkulit eksotis dan berambut pirang. Ia membandingkan dirinya yang keturunan asli Korea yang berambut gelap panjang dan berkulit putih bersih. Baekhyun merasa dirinya biasa-biasa saja, tidak cantik.
"Kau memiliki kecantikan sejati seorang gadis Korea, B. Di banding diriku, kulitku pucat dan tak semulus dirimu. Dan rambutku, ah andai saja aku tak pernah mengecatnya ke salon murahan itu." kata Minseok suatu ketika. "Dan kulitmu bagus, B. Aku ingin memiliki kulit sepertimu, putih, mulus, dan sehat." Baekhyun menatap Minseok tak percaya. Di matanya Minseok tak ubahnya boneka Barbie. Bahkan ia ingin bisa menjadi cantik dan diminati seperti Minseok.
"Kau lebih cantik, Min." protesnya waktu itu.
"Dasar gadis lugu." ejek Minseok.
"Benar sekali, Min. Gadis lugu ini tak menyadari anugrah yang telah Tuhan berikan untuknya." timpal Yizing sebal.
Baekhyun yang teringat ucapan kedua sahabatnya beberapa waktu lalu, bangkit dari tempat tidurnya lalu melangkah ke cermin lemari yang telah usang. Dia bercermin, memperhatikan tubuhnya, kulitnya, semuanya. Minseok dan Yizing hanya menghibur diriku, jelas-jelas mereka lebih cantik, gerutunya dalam hati. Ia kembali ke tempat tidurnya, berbaring dan berusaha untuk tidur.
~@~@~@~@~
Genap tiga bulan melalui perdebatan batin dan kebimbangan, malam ini Baekhyun memantapkan dirinya untuk melakukan sesuatu yang kelak akan merubah nasib hidupnya dan keluarganya. Ia sudah sangat siap menanggung resiko atas apa yang akan ia lakukan. Peristiwa tertusuknya anak tetangga mereka, yang juga nyaris menimpa Jisung beberapa waktu lalu semakin membuat Baekhyun membulatkan tekadnya untuk melakukan ini.
Saat ini, ia akan melakukan perekaman melalui laptop sebagai syarat pendaftaran, selain deposit uang sepuluh ribu won sebagai syarat lainnya. Kebetulan malam ini, Jisung dan kedua orang tuanya sedang menginap di rumah neneknya. Ia tidak bisa ikut karena harus bekerja.
Sepulangnya Baekhyun dari restoran, ia mandi dan mempersiapkan segalanya. Berbeda dengan semua gadis dalam situs itu, dia berdandan sederhana dan sangat sopan. Baekhyun mengenakan blouse biru lengan panjang berbahan denim dan celana jeans warna senada dengan atasannya. Wajahnya hanya ia poles dengan make up natural. Ia tak mau terkesan murahan, walau ia menyadari apa yang ia lakukan tak ubahnya seperti pelacur yang sedang menjajakan diri. Ada ironi di dalamnya, kemudian wajah keluarganya mulai berkelebat dalam benaknya. Baekhyun mencoba membesarkan hatinya bahwa apa yang ia lakukan adalah demi keluarganya.
Setelah semua syarat telah ia penuhi, kini ia hanya tinggal menekan tombol 'submit' pada layar. Timbuk keraguan dalam benaknya, haruskah aku melakukan ini? Betapa murahannya kau Baekhyun. Kau tak ubahnya seperti seorang pelacur. Wajah ayahnya, ibunya, dan Jisung berkelebat dalam otaknya. Aku melakukan semua ini demi mereka, batinnya menguatkan. Sambil memejamkan mata, ia akhirnya menekan tombol 'submit'. Ia pasrah dan berdebar-debar menantikan apa yang akan terjadi. Tak lama kemudian sebuah e-mail masuk, memberi tahu Baekhyun bahwa pendaftaran profilnya sedang diproses.
Pagi-pagi sekali Baekhyun bangun, setelah semalaman ia tak dapat tidur nyenyak, dan langsung membuka laptopnya. Sebuah e-mail memberitahu Baekhyun bahwa ia telah terdaftar dan profilnya pun sudah muncul pada laman web situs tersebut. Ia pun mengecheck profilnya. Masih tidak ada tanggapan dan sedikit pengunjung. Mungkin karena masih baru, hiburnya pada diri sendiri. Tapi bisa juga karena aku kurang cantik, pikir Baekhyun pesimis.
~@~@~@~@~
Sudah beberapa minggu sejak Baekhyun memasang profilnya untuk menjual keperawannya. Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan serius dari pengunjung situs tersebut. Kebanyakan dari mereka hanya orang iseng yang mengajaknya kencan semalam. Baekhyun tak menanggapinya, ia ingin seseorang yang serius ingin membeli keperawanannya.
Merasa sepi peminat, Baekhyun pun pesimis. Ia tak berharap banyak dari situs tersebut. Dia sudah pasrah akan terjebak seumur hidup di tempat tinggalnya yang kunuh tersebut bersama keluarganya.
The Price of a Virginity
Park Chanyeol sedang mengenakan pakaiannya, sekilas diliriknya wanita yang sudah seminggu ini menjadi partner sex-nya. Wanita itu tampak kelelahan setelah semalaman Chanyeol tak membiarkan dirinya tidur untuk memenuhi hasratnya. Lelaki itu beranjak meninggalkan apartemen si wanita tanpa perlu berpamitan pada penghuninya. Chanyeol memiliki aturan main dalam menjalin hubungan dengan wanita. Tak akan ada hati dan perasaan dalam hubungan yang ia jalin, semua murni untuk kesenangan dan kenikmatan semata. Semua wanita yang pernah dekat dengannya paham akan aturan main tersebut. Oleh karena itu, mereka tak pernah berharap lebih pada seorang Park Chanyeol. Pesona yang ditawarkan lelaki berdarah Korea-Inggris ini nyatanya mampu membuat para wanita dengan sukarela menyerahkan diri, walaupun hanya sebagai objek pelampiasan napsunya. Wanita manapun takkan menolak jika jika si Park muda ini sudah mengajak mereka'bermain' di atas ranjang.
~@~@~@~@~
Flashback...
Park Chanyeol adalah salah satu pewaris Park Industries, salah satu perusahaan perkapalan terbesar di dunia. Kakeknya, yang merupakan imigran Korea, mendirikan perusahaan ini setelah ia bermigrasi ke Inggris. Perusahaan tersebut bekembang sangat pesat di bawah kepemimpinan ayah Chanyeol.
Keluarga Park adalah imigran Korea pertama yang bisa meraih kesuksesan di Inggris. Atas kesuksesannya itu, Ratu Inggris menganugrahkan gelar kebangsawanan pada kakeknya. Namun, sebuah kecelakaan pesawat tragis telah merenggut nyawa kakek, ayah dan pamannya. Park Chanyeol yang saat itu baru berusia 23 tahun harus menanggung beban untuk meneruskan kepemimpinan Park Industries. Di usianya yang masih muda, dia harus belajar membawahi ribuan karyawan yang menggantungkan penghidupannya pada Park Industries.
Kakeknya hanya memiliki dua orang anak, ayahnya dan pamannya yang belum menikah hingga kecelakaan tragis itu terjadi. Sebenarnya, Chanyeol memiliki seorang kakak laki-laki lain ibu, Kris. Namun sayang, sikap ambisius ibu kandung Chanyeol yang ingin menjadikan keturunannya sendiri sebagai pewaris utama perusahaan tersebut, membuat putranya menanggung beban berat di usia muda. Kris yang tak ingin melihat perpecahan dalam keluarganya hanya karena berebut warisan, lebih memilih untuk mengalah. Apalagi ibu tirinya tidak akan pernah menyingkirkannya, Ia diberi jabatan sebagai Dewan Komisaris dalam perusahaan tersebut.
Chanyeol sebenarnya lebih tertarik untuk menggeluti bidang IT. Pada usia 21 tahun, lelaki tersebut sudah meraih gelar PhD di bidang IT. Namun sangat disayangkan, sang ibu memaksanya pulang untuk meneruskan perusahaan keluarganya. Padahal saat itu, Chanyeol sedang berusaha mengembangkan sebuah perusahaan perangkat lunak miliknya sendiri di Silicon Valley, San Francisco, AS. Pada awalnya Chanyeol menolak. Ia merasa Kris lebih berhak atas perusahaan itu. Sejak kecil ia sering melihat Kris yang begitu antusias saat diajak ayah dan kakeknya berkeliling pabrik kapal milik mereka. Berbanding terbalik dengan dirinya yang lebih senang berada di dalam kamar mengutak-atik komputer pribadinya.
Sikap tulus dan bijak Kris membuat seorang Park Chanyeol mau pulang ke Inggris secara terpaksa demi memenuhi permintaan ibunya.
"Kau tak boleh egois, Chanyeol. Performa perusahaan kita sedang sangat baik. Kalau kau menolak permintaan ibumu, bagaimana dengan nasib keluarga dari ribuan karyawan yang bergantung pada perusahaan kita?" tutur Kris.
"Tapi, Kris. Kaulah yang lebih berhak. Kau lebih tua dariku. Selain itu, sejak kecil kau sudah terlihat sangat mencintai perusahaan itu, sangat berbanding terbalik dengan aku." bantah Chanyeol.
Kris tersenyum, "Tidak selalu yang lebih tua yang harus menjadi pemimpin, Chan. Justru karena aku mencintai perusahaan ini, aku ingin kau yang memimpin. Kau memiliki potensi, Chan." ucap Kris bijak.
Pada akhirnya Chanyeol mengalah dan mau menuruti kata-kata Kris. "Baiklah, aku akan pulang ke Inggris. Tapi ingat, Ini bukan demi ibu. Ini demi kakek, ayah, dan kau, dan ribuan karyawan beserta keluarganya, dan pastinya demi nama baik Park."
~@~@~@~@~
Sembilan tahun sudah Chanyeol memimpin Park Industries. Dia mengangkat Kris sebagai penasihat pribadinya. Berkat kemampuannya dan kemampuan Kris yang bekerja di balik layar, perusahaan peninggalan kakek mereka berkembang semakin pesat. Di samping itu, secara diam-diam Chanyeol juga mengembangkan perusahaan IT miliknya. Dengan sepengetahuan dan dukungan Kris tentu saja dan hanya Kris yang tahu tentang perusahaan Chanyeol tersebut.
End of Flashback...
~@~@~@~@~
Setelah mandi dan berganti pakaian di Penthouse-nya, Chanyeol bergegas menuju kantornya. Dia sudah terlambat tiga puluh menit. Hari ini, dia memiliki jadwal rapat dengan dewan direksi dan dewan komisaris. Ketika sampai di ruangannya, ia dapat bernafas lega, karena yang didapatinya hanya Kris yang duduk di tamu sambil memeriksa beberapa dokumen. Kris selalu menjadi tameng baginya dari segala omelan dan cercaan ibunya.
"The Iron Lady sudah datang?" seringai Chanyeol. Julukan yang lelaki itu sematkan pada ibunya. Pola pengasuhan ibunya yang memiliki 'tangan besi' untuk dirinya dan Kris, membuat Chanyeol menjulukinya seperti itu.
"Belum, dia sedang meninjau salah satu pabrik kita di Selatan." ucap Kris ambil tersenyum geli.
Chanyeol menghempaskan pantat di kursi kebesarannya sambil menghembuskan nafas lega. Chanyeol sebisa mungkin menghindari segala pertengkaran dengan perempuan bertangan besi tersebut.
"Kau semalam tidur di hotel atau menginap di rumah salah satu jalangmu?" ejek Kris sinis.
Chanyeol terbahak, ia tak pernah marah dengan apapun ucapan yang keluar dari mulut kakaknya. Ia sangat menyayangi dan menaruh hormat pada Kris. Satu-satunya orang yang sangat ia percaya.
"Kau tahu bukan, aku punya aturan main sendiri. Aku tak akan pernah membawa jalang-jalang itu ke tempatku. Bagiku ini hanyalah bisnis kesenangan sementara yang membawa kenikamatan pastinya, dan bukan urusan personal." ucap Chanyeol terkekeh.
Kris berdecak kesal mendengar ucapan Chanyeol yang sudah ribuan kali ia dengar.
"Kau sudah 30 tahun, seharusnya kau menikah agar hidupmu stabil. Mau sampai kapan kau akan seperti ini, Chan?" kata Kris tajam.
"Well, sampai aku bosan, Kris. Hei, apa kabar Luhan dan anak-anak?" Chanyeol berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keadaan ipar dan para keponakannya. Chanyeol juga sangat menyayangi keluarga Kris.
"Tentu saja mereka baik, dan Luhanku selalu menjadi perempuan yang luar biasa." ucap Kris bangga.
Chanyeol ikut senang. Luhan, istri Kris, sudah ia anggap kakak kandung perempuannya dan ia sangat menyayanginya. Terkadang Chanyeol menemukan sosok ibu pada diri Luhan yang tak bisa ia temukan pada ibu kandunya sendiri, Park Audrey.
Chanyeol dapat melihat binar cinta dalam mata kakaknya saat ia menyebut nama perempuan yang sangat ia cintai, Luhan. Chanyeol sering merasa tak percaya melihat pernikahan mereka yang sudah berumur sepuluh tahun dan telah menghadirkan tiga orang putra, namun cinta mereka semakin kuat setiap harinya.
"Kalian memang jodoh yang tertakdir dari surga." ucap Chanyeol geli.
"Dan aku pria paling beruntung bukan? Makanya menikahlah, agar kau bisa sepertiku." canda Kris.
"Mencari wanita seperti Luhan itu tidak mudah, Kris." kilah Chanyeol cepat.
"Itu karena kau tak berusaha mencarinya, Chanyeol." balas Kris tak mau kalah. Chanyeol tak ingin berdebat lebih jauh dengan kakaknya. Ia tahu perdebatan ini akan berkepanjangan dan berakhir dirinya yang harus menerima kekalahan. Sebagai pengalihan, Chanyeol mengajak kakaknya berdiskusi topik lain yang tidak berhubungan dengan topik pernikahan atau mencari istri atau apalah itu.
Chanyeol dan Kris pun mulai serius membicarakan perkembangan perusahaan mereka. Chanyeol sangat berterima kasih pada Kris yang begitu pandai dalam menangani masalah-masalah di perusahaan mereka. Ia berkali-kali mendesak ibunya untuk menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada Kris. Namun percuma, Park Audrey tetap pada pendiriannya. Permintaan anak semata wayangnya tersebut ia tolak mentah-mentah. Park Audrey bahkan pernah mengancam akan membekukan warisan milik Kris bila Chanyeol masih bersikeras dengan keinginannya. Chanyeol yang sangat menyayangi Kris pun terpaksa tunduk kepada ibunya. Sebenarnya, Chanyeol paham jika secara hukum ibunya tidak dapat membekukan warisan milik Kris. Namun, Chanyeol juga paham akan sifat ibunya yang ambisius. Wanita itu tak akan berdiam diri. Dia bisa berbuat apa saja demi memuluskan ambisinya.
Chanyeol dan Kris terlahir dari ibu yang berbeda. Ibu Kris adalah seorang wanita asal Kanada yang sudah meninggalkan bayi Kris sesaat setelah melahirkan. Wanita itu menderita kanker darah stadium akhir saat melahirkan Kris. Tak lama kemudian, ayahnya menikah lagi dengan seorang perempuan Inggris yang memberinya satu lagi keturunan laki-laki. Chanyeol.
Terlahir dari ibu yang berbeda, secara kasat mata sosok kedua pria Park ini tampak berbeda. Kris yang lebih tua tiga tahun dari Chanyeol memiliki kulit lebih coklat. Sedangkan yang lebih muda, Chanyeol memiliki kulit yang cenderung terang. Namun, tak sepucat orang Britania Raya pada umumnya. Ciri lain yang membedakan keduanta adalah warna mata mereka. Mata Kris berwarna coklat, sedangkan Chanyeol memiliki mata berwarna hijau. Banyak wanita yang sepakat jika keduanya sama-sama tampan dan seksi, suatu ciri yang dimiliki keluarga Park.
~@~@~@~@~
Flashback...
Dalam proses pengasuhannya, Audrey yang keras dan ambisius memperlakukan Kris dan Chanyeol sama, tidak dibedakan. Keduanya diasuh dengan keras oleh tangan besi Audrey.
Kris yang memiliki sifat baik turunan dari ibu kandungnya, tak pernah mendendam atas perlakuan keras ibu tirinya. Ia selalu optimis dan berpikir positif. Karena itu, Kris malah sangat berterima kasih pada ibu tirinya yang mau merawat dan mendidiknya. Kini, dapat ia rasakan sendiri hasil dari didikan keras ibu tirinya yang mampu menjadikan dia sosok tangguh seperti saat ini.
Berbanding terbalik dengan Chanyeol. Lelaki itu sejak kecil suka memberontak dan akan melakukan berbagai cara untuk menentang ibunya. Dia dianugrahi otak yang jenius. Berkat kejeniusannya, pada usia enam belas tahun ia telah mampu meraih gelar sarjana IT di Inggris. Ia pun meminta sang ayah untuk mengirimkannya ke Sillicon Valley agar bisa mempelajari IT langsung dari sumbernya, sekaligus melanjutkan pendidikannya di University of Barkley, San Francisco. Sang ayah pun mengijinkannya pergi dengan syarat. Chanyeol harus serius dalam belajarnya, dan jangan bermain-main. Chanyeol senang bukan kepalang, karena pada akhirnya ia bisa berjauhan dengan ibunya. Chanyeol pun membuktikan keseriusannya dengan meraih gelar PhD saat usianya baru genap dua puluh satu tahun. Ia lalu mulai merintis perusahaan IT-nya sendiri. Ia mengira akan selamanya tinggal di Amerika dan berjauhan dengan ibunya. Namun sayang, takdir sepertinya tak memiha kepadanya. Di saat Chanyeol sedang bersemangat untuk mengembangkan perusahaan IT-nya di Sillicon Valley, dia dipaksa pulang ke Inggris oleh ibunya untuk meneruskan kerajaan bisnis keluarganya bersama Kris, kakaknya.
Untuk urusan pekerjaan, Chanyeol membiarkan ibunya turut campur dalam pengelolahannya. Namun, untuk urusan percintaan, dia melarang keras ibunya untuk ikut campur. Chanyeol selalu menolak dengan tegas segala bentuk perjodohan yang telah diatur oleh ibunya. Audrey sebenarnya sangat prihatin melihat kebiasaan putranya yang sering terlihat menggandeng perempuan berbeda setiap harinya.
Kris dan istrinya, Luhan juga merasakan hal yang sama. Terlebih Kris, dia merasakan perubahan Chanyeol semenjak adiknya itu ditunjuk untuk menjadi CEO Park Industries. Kris tahu Chanyeol memang tak pernah serius dengan perempuan. Namun, sejak dipaksa pulang ke Inggris oleh ibunya, Chanyeol menunjukkan perilaku yang lebih liar dalam menjalin hubungan dengan para wanita. Kris berkesimpulan bahwa perilaku Chanyeol yang seperti ini semata-mata hanya untuk mewujudkan sifat pembangkangnya terhadap Audrey, ibunya. Bahwa nyatanya jiwa pemberontak dalam diri Chanyeol tak pernah padam.
End of Flashback...
To be Continue...
