Baby, Blue Eyes
Bagaikan dalamnya laut, mata biru itu menarik sang prajurit jauh, membuatnya hilang dan ketika ia temukan dirinya lagi, tiba-tiba dunianya hanya tentang dia.
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
GS. /DrunkFiction/NO BASH/ Jangan read kalau you dont like/
Read my after notes below, OK?
.
.
.
Manchester, Inggris
Wanita 23 tahun itu tengah duduk di sofa ruang tengah. Kotak yang baru diantarkan oleh seseorang yang tinggal di apartemen sebelah ada di pangkuannya. Dahinya berkerut ketika dibacanya nama pengirim kotak tersebut, karena kakaknya bisa saja menelponnya jika ingin mengirim sesuatu ke Manchester. Tugas kuliah ia tinggal berserakan di meja, laptopnya masih menyala menunjukkan laporan yang belum selesai. Ia pun membuka kotak itu perlahan dan ditemukannya sepucuk surat dan satu kotak beludru menyertai surat itu.
Buru-buru ia membuka surat yang dikirimkan oleh kakaknya, Byun Kyuhyun dari Korea.
Untuk adikku Byun Baekhyun yang sedang sibuk belajar di Manchester,
Aku dan ayah sangat merindukanmu, apa kabar kau di Manchester?
Maafkan aku kalau aku tidak menelponmu karena aku sedang dalam keadaan sibuk di Korea, kau tahu, tugas yang tiada hentinya. Baru-baru ini aku harus berangkat ke timur tengah untuk misi perdamaian. Percayalah adikku, menjadi seorang prajurit itu menyenangkan, kapan lagi kau bisa berkunjung ke timur tengah?
Baiklah, mungkin ketika kau menerima surat ini kau akan merasa aneh karena mengirim surat sudah terlalu kuno, benarkan?
Baekhyun tersenyum kemudian mengangguk, menyetujui apa yang ditulis oleh kakaknya.
Sebenarnya aku hanya ingin membuat hal ini jadi spesial, aku ingin kau berjanji padaku, ketika kau selesai membaca surat ini kau akan segera menelponku, walaupun aku tidak mengangkat, kupastikan aku akan menelponmu balik saat aku bisa.
Aku ingin memberi tahumu bahwa ada seorang prajurit datang ke rumah dengan seragamnya, menghadap ayah dengan gagah dan penuh keberanian. Kau tahu apa yang ia lakukan?
Ia memintamu untuk menjadi istrinya...
Aku yang kebetulan juga ada disaat detik-detik mengagumkan itu benar-benar terkejut, karena aku tak menyangka ada orang yang berani menemui sang Jendral Byun Jongkook dan meminta anak perempuan kesayangannya untuk dijadikan istri.
Terlebih orang itu adalah temanku, Park Chanyeol.
Aku bukannya tidak tahu kalau sebenarnya temanku itu mempunyai rasa padamu, namun aku hanya tak menyangka kalau ia serius. Ayah juga sebenarnya terkejut, namun ia tetap memasang wajah datarnya. Chanyeol pernah melihatmu 2 tahun yang lalu di saat kau melewatkan liburan musim panasmu di Korea dan kita sama-sama pergi ke Jeju.
Ya, tentu kau tak begitu mempedulikannya karena kau sibuk dengan teman-teman semasa sekolah menengahmu, sehingga Chanyeol hanya memperhatikanmu dari jauh dan menanyakanmu hanya padaku. Ia mengaku ingin mendekatimu, namun kau keburu pergi ke Manchester mengejar pendidikan yang teramat penting bagimu itu. Jadi, ia hanya bisa menunggu.
Namun sepertinya ia tak sabar, kalau boleh kubocorkan, sudah banyak lelaki yang datang kerumah mencari-cari kesempatan untuk mendekati ayah, dari mulai seorang politisi sampai dokter, semua bertujuan sama, yaitu kau. Aku sebagai teman yang baik dan diam-diam menyetujui jika kau bersama Chanyeol, tak segan-segan membocorkan tentang kedatangan lelaki mapan itu padanya. Tak lama setelah ia pulang dari tugasnya di Afrika, ia datang kerumah membawa cincin tanda keseriuasannya tanpa memberitahuku.
Baekhyun melirik kotak beludru di meja. Hatinya berdebar-debar bagaikan ia sudah lari beratus-ratus meter di siang bolong. Bagaimana tidak? Isi surat ini sungguh penting bagi hidupnya. Kemudian ia pun melanjutkan membaca surat terpanjang yang pernah ia terima.
Ayah mengatakan ia menerima lamarannya, dan aku kembali terkejut.
Politisi, arsitek, dokter, pengusaha sudah ayah tolak, namun seorang prajurit dengan pangkat perwira menengah ia terima. Namun kupikir ayah mempertimbangkan posisi Chanyeol yang merupakan putra mantan presiden Korea, entahlah, yang harus kau tahu Baekhyun, ayah tak pernah berpikir serendah itu, jadi kuharap kau tak setuju dengan pikiran burukku itu.
Meskipun ayah sudah menerima lamaran itu, ia tetap mengatakan pada Chanyeol kalau semuanya akan tergantung pada keputusanmu. Jika kau menerima Chanyeol, kau boleh memakai cincin itu jika kau tidak menerimanya, kau bisa kembalikan cincin itu.
Aku dan ayah tak akan memaksamu, kami hanya ingin yan terbaik untukmu, karena bagi kami kau adalah malaikat yang akan selalu kami jaga.
Tertanda sayang,
Kyuhyun.
Wanita itu hanya bisa diam, ditaruhnya surat dari sang kakak dan ia pun mengambil kotak beludru yang ada di meja. Perlahan ia buka kotak berwarna merah marun itu dan apa yang dilihatnya hanya membuat hatinya berdesir aneh.
Sebuah cincin silver yang berhiaskan satu permata, tak berlebihan malah terkesan anggun. Diambilnya cincin itu dan Baekhyun pun menimang-nimang apakah ia akan memakai cincin pemberian sang prajurit itu atau tidak, digenggamnya cincin itu, ia tak berani memakainya, dan diraihnya handphone warna putih yang tergeletak di sofa, dengan tangan yang bergetar ia menelpon orang yang terlintas dibenaknya.
.
.
.
Ketika didengarnya suara bel tanda ada seseorang di luar Baekhyun buru-buru berlari dan membuka pintu, ia pun kemudian menjatuhkan dirinya kedalam pelukan orang itu dan mengeluarkan air mata yang sejak tadi sudah ia tahan.
"Baekhyun? Ada apa ini Baek?" tanya orang itu.
Baekhyun tak menjawab ia malah semakin mempererat pelukannya pada lelaki itu.
Lelaki itu pun membawa Baekhyun masuk dan mereka pun duduk di sofa. Baekhyun kembali menangis di pelukkan lelaki itu.
Dia adalah Oh Sehun. Ia adalah teman Kyuhyun dan juga merupakan tetangga Baekhyun di Korea. Sehun dan Baekhyun (juga Kyuhyun) sangatlah dekat, mereka sudah kenal satu sama lain semenjak Sehun dan Kyuhyun masih disekolah menengah pertama, sedangkan Baekhyun yang kala itu masih baru memasuki sekolah dasar. Sehun saat ini sedang bekerja di Manchester karena ayahnya menginginkan lelaki itu mengurusi perusahaannya yang ada disana.
Baekhyun menangis sesenggukkan, di genggamannya masih terdapat cincin pemberian Chanyeol yang wanita itu tak tahu harus memperlakukannya seperti apa. Sejujurnya Baekhynu juga tidak tahu kenapa ia begitu gelisah akan lamaran ini, padahal ia sudah janji pada dirinya sendiri jika ia akan mempercayai apa yang ayahnya pilihkan untuknya. Wanita itu menangis seperti ia baru saja dipukuli habis-habisan dan itu membuat Sehun khawatir.
"Shh, Baek, tenanglah sekarang sudah ada aku" katanya menenangkan. "Beritahu aku apa yang terjadi" pinta Sehun lembut.
Baekhyun hanya membuka genggaman tangannya dan menunjukkan cincin cantik dari Chanyeol pada lelaki yang ada di hadapannya.
Sehun mengerutkan dahi, tak mengerti apa maksud Baekhyun dan wanita itu pun kemudian menunjuk surat dari Kyuhyun dan menyuruh Sehun untuk membacanya.
Setelah Sehun selesai membaca surat dari Kyuhyun, ia pun kemudian menatap Baekhyun.
Mata biru itu menatapnya balik, "Apa yang harus kulakukan, Kak?" bisiknya.
Sehun kemudian tersenyum dan membuka genggaman tangan Baekhyun, mengambil cincin indah itu dan menatap Baekhyun.
"Paman Byun tak akan sembarangan menerima lamaran lelaki, aku yakin ia orang yang baik dan tepat untukmu, kenapa kau menangis? Bukankah seharusnya kau merasa senang menerima lamaran seorang gentleman dan memakai cincin indah darinya?" ujar Sehun. "Jangan jadikan ini beban untukmu, Baekhyun. Berbahagialah" ujar Sehun, ia pun memasangkan cincin itu di jemari indah Baekhyun.
Wanita yang sudah berhenti menangis itu pun hanya diam. Sehun tahu sebenarnya Baekhyun pada akhirnya tak akan menolak lamaran itu, terlebih jika sang ayah juga telah menyetujuinya dan juga dukungan dari Kyuhyun.
"Lihat cincinnya pas dan semakin cantik saat kau pakai" puji Sehun, ia pun menghapus air mata Baekhyun dan tersenyum, "Aku tidak suka melihat mata biru itu menangis, tidak cocok untukmu anak nakal" goda Sehun.
Baekhyun tersenyum tipis kemudian kembali memeluk Sehun dan tertidur setelahnya karena ia lelah menangis.
.
.
.
Baekhyun baru menghubungi kakaknya seminggu kemudian setelah ia benar-benar meyakinkan dirinya sendiri untuk menerima Chanyeol. Ia bahkan belum pernah bertemu lelaki itu, mungkin pernah namun Baekhyun lupa.
"Halo, Baekhyun"
Baekhyun tersenyum mendengar suara kakaknya yang mengantuk wajar saja itu karena perbedaan waktu yang cukup signifikan. Baekhyun menelpon kakaknya di siang hari, pukul 12.06 sedangkan di Seoul sudah sekitar pukul sembilan.
"Kakak sedang apa?" tanya Baekhyun sambil berjalan dan duduk di sofa, satu tangan memegang handphonenya dan tangan lain memegang cincin yang sedang ia pandangi.
Kyuhyun terkekeh, "Kau ini, tumben sekali menanyakan hal seperti itu", ujar sang prajurit. "Aku baru saja akan pergi tidur, hari ini cukup melelahkan" lanjut Kyuhyun basa-basi, ia tahu kalau sebenarnya Baekhyun menelpon untuk membicarakan perihal Chanyeol.
"Maafkan aku kalau aku mengganggumu, Kak! Kau bisa tidur lagi kalau begitu" jawab Baekhyun merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, Baek! Aku toh sudah tak mengantuk ketika melihat namamu di layar handphoneku" goda Kyuhyun.
"Ah, hentikanlah!"
Terdengar tawa Kyuhyun diseberang telepon, "Aku bercanda, jadi, apa kau telah menerima paket yang kukirim?"
Baekhyun tersenyum tipis, "Heum, aku sudah menerimanya seminggu yang lalu" jawabnya.
"Kenapa kau tak langsung menghubungiku, aku cemas jika sampai paket itu tak sampai padamu, aku bisa diliputi rasa bersalah untuk seumur hidup!" omel Kyuhyun.
Baekhyun tertawa kecil, ia sungguh merindukan omelan kakaknya. "Maafkan aku, Kak, hanya saja setelah menerima paket darimu, aku merasa bingung dan harus berpikir untuk sementara" jelas Baekhyun.
Baekhyun bisa merasakan kalau kakaknya itu tengah tersenyum, "Jadi, maukah kau memberi tahuku apa hasil pemikiranmu selama seminggu ini?" tanya Kyuhyun lembut.
Baekhyun diam sejenak, ia pandangi lagi cincin pemberian prajurit misterius itu.
"Aku menerimanya"
.
.
.
Park Chanyeol baru saja bangun dari tidurnya, semalam ia harus ada di lapangan untuk persiapan latihan gabungan dekat-dekat ini.
Badannya remuk dan ia baru sadar kalau ternyata tubuhnya itu butuh istirahat. Lelaki 32 tahun itu benar-benar stress jika ia terus berdiam diri dirumah, namun disisi lain ia juga lelah jika harus latihan terus.
Sudah satu bulan semenjak ia datang ke rumah Jendral Byun, namun belum ada jawaban dari Baekhyun yang sekarang ada di Manchester. Lelaki itu berbaring di tempat tidur memandangi langit-langit kamar rumah dinas yang ia tempati sendiri. Sungguh ironis, ia adalah seorang komandan batalyon yang masih melajang, yang benar saja, terkadang ibu-ibu komplek batalyon yang ia pimpin selalu menanyakan perihal kapan ia akan menikah, karena "kami butuh ibu ketua".
Chanyeol sebenarnya malu, ia sadar sebenarnya ia terlalu selektif dalam mencari pasangan hidup. Ayahnya yang merupakan mantan presiden juga selalu mendesaknya untuk segera menikah, ibunya apalagi, mereka beralasan kalau putranya itu butuh seseorang untuk mengurusnya. Kakak perempuannya yang telah menikah dengan salah satu pengusaha hotel pun selalu mencoba mencarikan pasangan untuknya, dan itu membuat Chanyeol lelah. Tak jarang ia harus menghindari semua itu dengan membuat acara-acara dadakan di kesatuannya, misalnya olahraga sore atau latihan menembak yang sebenarnya juga sudah ada jadwalnya.
Mungkin Chanyeol tak akan seperti itu jika 2 tahun yang lalu ia tidak bertemu Byun Baekhyun.
Musim panas itu ia dipaksa ikut berlibur ke Jeju oleh temannya yang suka memaksa, Byun Kyuhyun. Alasannya karena temannya itu tak ingin sendirian menemani adiknya yang sedang berlibur di Korea, bukan karena ia tak suka berada bersama adiknya namun ternyata adik Kyuhyun itu membawa teman lamanya juga untuk berlibur, dan tiga orang temannya itu adalah perempuan. Akan menjadi sangat canggung bagi Kyuhyun jika ia harus kemana-mana bersama empat orang perempuan muda sekaligus bukan?
Chanyeol sampai harus bertanya kenapa ia harus ikut ke Jeju kalau adiknya bisa pergi bersama teman-temannya, dan jawabannya cukup membuat Chanyeol geli, karena Kyuhyun bilang jika Jeju adalah tempat dimana turis-turis asing berkunjung, ia tak mau adiknya diganggu oleh lelaki tak beradab.
Ya, Byun Kyuhyun itu memang overprotektif jika berhubugan dengan adiknya.
Jadi, Chanyeol tak bisa berkata tidak. Mereka bertemu di Jeju, Chanyeol datang agak malam karena ia harus mengurus pekerjaannya, dan disana ia pertama kali melihat Byun Baekhyun.
Gadis itu tampak sedang menikmati obrolan dengan teman lamanya. Rambut kecoklatan panjangnya terurai dengan sedikit gelombang di bawahnya. Chanyeol hanya bisa melihat bagian sisi wajahnya, dan ia bisa bilang Baekhyun itu menawan.
Saat Kyuhyun menyadari kedatangan Chanyeol, lelaki itu pun segera menghampirinya, memperkenalkannya pada sang adik dan sekaligus membuatnya hilang.
"Chanyeol, ini adikku, Baekhyun"
Gadis itu tersenyum, matanya pun turut tersenyum, matanya biru, sebiru laut yang Chanyeol sukai dan mata biru itu tengah menatap mata hitam miliknya.
"Aku Baekhyun", katanya riang, "Kau pasti teman kakakku ya?" tanyanya penasaran.
Chanyeol kemudian tersenyum, senang mendengar suara Baekhyun yang bagaikan angin pantai yang sejuk namun mampu membuat ombak di dalam diri Chanyeol menggulung tenang.
"Ya, aku Chanyeol" katanya kaku, lalu ia pun duduk dan bergabung untuk makan malam.
Selama makan malam itu, Chanyeol tak ada hentinya mencuri-curi pandang kearah Baekhyun yang asyik mengobrol dengan teman-temannya. Kadang ia tertawa, menunjukkan eye smilenya yang indah dan terkesan ramah.
Yang Chanyeol tangkap, gadis itu bisa menjadi pendengar yang baik. Ia akan memperhatikan setiap perkataan temannya, dan meresponnya ketika mereka telah selesai bicara. Baekhyun juga menunjukkan ekspresi wajah dengan jujur, semua tentang gadis itu, Chanyeol bisa bilang terbuat dari kejujuran.
Setelah selesai makan, Kyuhyun mengajaknya pergi, tentu saja setelah selesai mengantarkan Baekhyun ke kamarnya.
Baekhyun memiliki tubuh yang kecil, tingginya saja mungkin hanya sampai ketiak Chanyeol. Gaun putih dibawah lutut yang saat itu dikenakan Baekhyun, tampak serasi dengan kulitnya yang putih. Chanyeol percaya jika Baekhyun mandi menggunakan susu karena ketika ia berjabat tangan dengan gadis itu tadi, kulitnya benar-benar lembut.
Chanyeol berpikir kalau ia adalah seorang aneh.
Keesokkan harinya ia hanya bisa memperhatikan Baekhyun dari jauh. Long dress tak berlengan bermotif bunga-bunga berwarna orange sangat pas ketika gadis itu sedang berjalan-jalan di sekitaran pantai, mengambil potret dirinya bersama teman-temannya ditemani matahari sore yang menenangkan. Chanyeol dibalik kacamata hitam yang ia pakai kala itu memperhatikan Baekhyun yang sibuk membenarkan rambutnya yang tertiup angin, kemudian menyampirkan helaian keemasan itu ke telinganya. Ia tersenyum, karena Baekhyun terlihat kesal karena rambutnya akan kembali berantakan tertiup angin, dan pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk mengikat rambutnya, dan ketika itu terjadi sang prajurit pun memutuskan untuk mengalihkan pandangannya kearah anak-anak kecil yang sedang bermain pasir.
Seminggu itu, Chanyeol dibuat tak berdaya oleh segala pesona adik temannya.
Ketika Chanyeol kembali ke Seoul, ia masih tak bisa berhenti memikirkan Baekhyun. Ia piker itu hanya karena ia menikmati waktu liburannya di Jeju, namun setelah dua bulan nampaknya Baekhyun tak mau pergi dari pikirannya.
Baekhyun, baekhyun, baekhyun.
Mata biru, bibir merah tipis dan aura penuh kehangatan milik gadis itu hampir membuat Chanyeol gila.
Puncaknya adalah ketika ia hilang fokus saat ada pertemuan dengan salah seorang komandan dari batalyon lain. Ia tak bisa mengikuti pertemuan itu karena malamnya ia bernimpi akan Baekhyun yang sedang ada di pantai, menonton sunset dan tersenyum padanya.
Karena itu hampir membuatnya gila, ia pun memutuskan untuk menghubungi temannya, kali ini ia yang memaksa Kyuhyun untuk bertemu dengannya.
Anak gadis keluarga Byun itu telah merebut hati dan pikirannya.
Pada awalnya, ia pikir apa yang ia rasakan itu hanya sebatas seorang kakak yang peduli terhadap adik perempuannya, namun tidak ada seorang kakak yang memikirkan mata biru, bibir tipis dan rambut adiknya seperti Chanyeol memikirkan Baekhyun, bukan? Jadi, ia sedikit yakin kalau perasaan yang ia rasa itu lebih dari apa yang ia pikirkan.
Kyuhyun setuju untuk menemuinya di lapangan tenis tempat biasa mereka berolah raga dulu. Awalnya Chanyeol mengajak Kyuhyun untuk bermain tenis, namun ketika mereka memutuskan untuk beristirahat dan duduk di pinggir lapangan.
"Sudah lama sekali aku tak bermain tenis, tanganku lebih terbiasa memegang senjata", komentar Kyuhyun sambil tertawa.
Chanyeol mengangguk setuju, tentu saja begitu. "Aku juga jadi kaku saat memegang raket, permainan kita sangat jelek hari ini, seperti amatiran" cibirnya.
Kyuhyun mendecih, "Ck, itu sih kau, permainanku masih bagus!", katanya membela diri, "Okay sekarang berhenti berbasa-basi dan menghina permainanku, sebenarnya ada apa kau tiba-tiba mengajakku bermain tenis?" tanya Kyuhyun penasaran.
"Apa salah jika aku mengajak temanku bermain tenis?" , ujar Chanyeol seakan ia tersinggung namun ekspresinya berubah tenang kembali dengan cepat, "Aku hanya ingin mengobrol" katanya pelan.
Kyuhyun mengerutkan dahi, temannya ini memang aneh, namun hari ini ia lebih aneh dari sebelumnya, "Apa? Okay, baiklah, jadi, apa kabarmu Chanyeol, sudah dua bulan kita tak bertemu" ujar Kyuhyun canggung namun ada nada candaan di suaranya.
"Aku baik-baik saja, bagaimana kabarmu? Ah! Aku benci ini, langsung saja, aku sebenarnya ingin bertanya tentang adikmu"
Raut wajah Kyuhyun berubah waspada, dan Chanyeol menyadari itu, "Tenang, tenang! Aku tak bermaksud macam-macam, hanya saja ada hal yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini, dan itu semua tentang adikmu" jelas Chanyeol.
"Ada apa dengan adikku? Apa ia melakukan sesuatu?"
Tidak, tentu saja dia tak melakukan apapun padaku, hanya saja aku terus memikirkan mata birunya dan juga bibir merah itu, batin Chanyeol.
"Tidak, namun aku penasaran tentang adikmu", Chanyeol mengakui, "Aku bersumpah, sebelum aku memutuskan untuk bertemu denganmu, aku telah meluruskan pikiranku sendiri, namun sepertinya aku tak menemukan jalanku, aku tak tahu, aku merasa kalau aku hilang"
Kyuhyun tak menjawab, ia hanya terus memperhatikan Chanyeol, dan lelaki itu pun melanjutkan, "Adikmu itu telah memenuhi pikiranku sejak awal aku melihatnya di Jeju, aku bahkan sempat terkena teguran karena aku tidak fokus di acara pertemuan dengan komandan antar batalyon karena aku terus saja memikirkan adikmu", tentu saja Chanyeol tak menjelaskan detail pemikirannya tentang Baekhyun pada temannya, ia sadar betul kalau ia sedang bicara dengan kakak ter-overprotektif sedunia.
"Jadi? Maksudmu?" tanya Kyuhyun.
"Sepertinya aku menyukai adikmu"
Seketika Kyuhyun tertawa, "Yang benar saja!" katanya sambil memegangi perutnya. Ia tertawa keras sekali membuat Chanyeol ingin mematahkan kepalanya kalau saja ia bukan kakak dari gadis yang membuatnya gila.
Ketika menyadari kalau Chanyeol tak ikut tertawa dengannya, Kyuhyun pun sadar kalau temannya itu sedang serius. Ia pun buru-buru menghentikan tawanya dan meminum air dari botol untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Jadi, kau pikir kau menyukai adikku? Kau yakin itu bukan perasaan sesaat atau hanya ketertarikan lain?" selidik Kyuhyun.
"Aku tak tahu, namun yang pasti sekarang aku tak bisa mengeluarkan adikmu dari otakku, sungguh ini membuatku gila! Seminggu memperhatikannya sudah bisa membuatku seperti orang tua bodoh yang berakting seperti anak usia remaja yang baru jatuh cinta! Ini sungguh menggangguku dan lagi aku tak bisa melihatnya itu semakin membuatku tak berdaya", ujar Chanyeol sembari mengacak-acak rambutnya yang dipotong pendek dan rapi, "Aku merindukan adikmu, Kyuhyun" bisik Chanyeol.
Byun Kyuhyun nampaknya sedikit menunjukkan rasa simpatinya pada lelaki yang tengah di mabuk asmara itu, ia pun menepuk-nepuk punggungnya pelan, "Kalau pun aku mau mengajakmu untuk bertemu adikku, aku tak bisa", ujar Kyuhyun.
"Kenapa?"
"Baekhyun melanjutkan kuliahnya di Manchester, tiga hari setelah dari Jeju, ia berangkat ke Manchester dan mendalami psikologi disana"
.
.
.
Semenjak pertemuannya dengan Kyuhyun saat itu, Park Chanyeol jadi sering menanyakan hal-hal tentang Baekhyun pada temannya. Jika ia tak bisa mendekati Baekhyun secara langsung, setidaknya ia bisa mengenal gadis itu lewat kakaknya.
Ternyata Baekhyun memperoleh mata biru sebiru laut itu dari ibunya yang keturunan Jerman-Korea. Kyuhyun merupakan kakak beda ibu, namun ia sangat menyayangi Baekhyun.
Pernah Chanyeol sedikit risau karena jarak umur mereka yang berbeda 9 tahun, terlalu lebar mungkin saja Baekhyun tak suka lelaki yang umurnya jauh lebih tua, ia sedikit cemas akan itu, namun Kyuhyun selalu bilang kalau usia itu bukanlah masalah dan dari situ juga Chanyeol mulai sadar kalau temannya itu diam-diam mendukungnya.
Perasaan ingin menemui Baekhyun selalu menghampirinya, namun ia tak memiliki waktu untuk terbang ke Inggris dan menemui gadis itu, kepentingan pribadinya itu seakan tak penting jika tugas negara telah datang padanya. Ia adalah lajang sibuk tanpa kehidupan percintaan, namun setidaknya Chanyeol merasa lega akan satu hal.
Ia sudah memiliki tambatan hati.
Walaupun ia tak bisa bertemu dengannya, namun ia sudah memiliki satu yang ia inginkan, dan Chanyeol bukan tipe lelaki yang ingin mengumbar cintanya seperti orang kebanyakan, ketika ia mencinta, maka ia akan mencintai sepenuh hati.
Park Yoora, sang kakak adalah keluarga yang pertama kali ia beri tahu tentang Baekhyun. Pada awalnya kakaknya itu kaget karena perbedaan umur dan keberadaan sang gadis yang ada di Inggris juga mengganggu Yoora karena wanita itu tak bisa mencari-cari tahu tentang Baekhyun.
Memang dasar, Park Yoora tak bisa menjaga mulutnya, sehingga sang ayah dan ibu mengetahui kalau akhirnya Chanyeol menemukan seorang wanita yang ia ingin serius dengannya. Walaupun mereka sedikit kecewa dengan kenyataan bahwa Chanyeol belum melakukan apapun selain mendekati kakak Baekhyun, mereka sudah cukup lega mengetahui kalau putranya ternyata normal –Nyonya Park sedikit curiga karena Chanyeol tak pernah membawa wanita kerumah-
"Kalau begitu, biar ayah yang bicara pada Jendral Byun" ujar ayahnya di salah satu acara kumpul keluarga.
Chanyeol buru-buru menolak karena itu bukan perilaku seorang gentleman. "Biar aku saja" katanya yakin.
Tuhan sepertinya menginginkan Chanyeol untuk bersabar karena ia harus bertugas di Oman untuk satu setengah tahun. Rencana untuk menemui Jendral Byun jadi tertunda, ia pun berangkat ke negara itu, namun tak sehari pun ia lupa akan Baekhyun, karena dunianya telah dipenuhi oleh mata biru itu.
Pernah sekali ia bertemu Kyuhyun ketika ia sudah pulang dari tugasnya di Oman, temannya itu banyak bercerita tentang Baekhyun dan hal yang membuat ombak di dada Chanyeol menggila adalah ketika Kyuhyun bercerita soal lelaki-lelaki yang datang kerumahnya dan mencari-cari perhatian pada sang ayah, Byun Jongkook agar mereka bisa bersama dengan Baekhyun.
Oh, dan Kyuhyun juga dengan nada memanas-manasi menjelaskan siapa-siapa saja mereka.
"Kau tahu dokter yang saat ini bekerja di salah satu rumah sakit besar di Incheon sengaja datang kerumahku dan menanyakan Baekhyun. Kudengar sih ia adalah ahli spesialis bedah syaraf..."
"Pernah juga pemegang saham terbesar SM Group mendekati ayahku, dan ujung-ujungnya juga menanyakan adikku..."
Dan terus saja sampai telinga Chanyeol memerah.
"Segitu banyaknya kah lelaki yang datang kerumahmu itu, Kyuhyun?" tanya Chanyeol wajahnya amat suram sampai Kyuhyun sendiri takut.
"Ya, aku serius" jawab Kyuhyun.
Chanyeol kemudian hanya mengangguk, dalam hati ia sendiri takut kalau sampai Jendral Byun menerima salah satu dari mereka untuk Baekhyun. Bayangan akan hal itu saja bisa membuatnya sakit, apalagi jika benar-benar terjadi.
Ayolah, siapa Chanyeol jika dibandingkan dengan lelaki-lelaki yang Kyuhyun ceritakan.
Maka atas ketakutannya itu ia pun meyakinkan diri untuk menemui Jendral Byun, dan jawaban dari sang Jendral membuat dadanya serasa ingin meledak.
"Mau kau beri apa Baekhyun sampai kau berani memintanya untuk jadi istrimu?" tanya Byun Jongkook.
Chanyeol dengan tenang menjawab, "Segala yang saya punya"
Byun Jongkook dan Kyuhyun diam, suasana diruangan itu sangat tegang, Chanyeol sendiri bisa merasakan dirinya berkeringat. Sang Jendral menilai Chanyeol, menimbang-nimbang apakah lelaki satu ini pas untuk anak gadisnya.
"Jangan karena kau adalah putra mantan presiden maka kau bisa mempermainkan anak gadisku", tuduh Byun Jongkook.
Chanyeol buru-buru menggelengkan kepalanya, "Soal itu, ayahku tak campur tangan sama sekali, ini semua adalah urusan saya sendiri dan juga mana mungkin saya ingin mempermainkan adik dari teman saya sendiri"
Byun Jongkook mengangkat alisnya, sedikit terkesan dengan jawaban Chanyeol.
"Baik, aku memberimu restuku, namun semua tergantung keputusan Baekhyun"
.
.
.
Pagi menjelang siang itu Baekhyun baru saja selesai merapikan apartemennya. Ia baru menaruh bunga-bunga segar di ruang tengah. Baekhyun sangat menyukai bunga, karena baginya bunga itu memberikan kesejukan mata dan pikiran. Tak khayal kalau sekarang ia berteman dengan Diana sang pemilik toko bunga dekat apartemennya.
Gadis itu baru saja akan pergi untuk mengambil laundry ketika handphonenya menyala menandakan ada pesan masuk. Buru-buru ia ambil karena ia takut itu dari Kyuhyun dan penting.
Namun yang ia dapati adalah nomer tak dikenal dengan kode negara Korea. Sedikit dalam diri Baekhyun ada rasa cemas, karena terakhir kali ada nomor tak dikenal menghubunginya, itu adalah Kyuhyun yang mengerjainya. Lalu ia membuka pesan itu dan sudah bersiap untuk menghabisi kakaknya.
Selamat siang, Baekhyun.
Baekhyun kemudian mengerutkan dahinya, sekarang jantungnya berdegup kencang, perasaannya bilang kalau itu bukan dari kakaknya. Buru-buru ia taruh keranjang laundry yang ada ditangannya dan membalas pesan tersebut,
Selamat siang, boleh aku tahu anda siapa?
Tak lama setelah itu, orang tersebut menelponnya, Baekhyun kaget sekali dan tak mengangkat telepon itu karena ia takut. Namun ternyata orang itu menelpon lagi, dan pada percobaan ketiga Baekhyun baru berani mengangkat telepon tersebut.
"Selamat siang, Baekhyun" sapa seseorang dengan suara berat diujung telepon. Hal tersebut membuat Baekhyun jadi semakin ngeri, siapa tahu itu adalah penculik atau sebagainya bukan?
"Selamat siang, umm, ini siapa ya?"
"Perkenalkan, aku Park Chanyeol"
Baekhyun kemudian menarik nafasnya, orang yang menelponnya adalah calon suaminya, atau saat ini adalah kekasih? Tunangan? Baekhyun tidak tahu mereka itu apa, tapi yang pasti ini adalah lelaki yang saat ini sedang menjalin hubungan serius dengannya.
"Ah, ya, Chanyeol-ssi" ujar Baekhyun tak tahu harus bilang apa.
Diseberang sana Chanyeol tertawa pelan, "Ah, sepertinya aku terlalu cepat akrab denganmu ya, seharusnya aku memanggilmu Baekhyun-ssi tadi, maafkan aku" katanya sedikit malu karena sebelumnya ia memanggil Baekhyun dengan namanya saja.
"Tidak apa-apa sungguh tidak apa-apa" jawab Baekhyun kemudian ia tertawa pelan, jenis tawa yang canggung. "Apa kakakku memberikan nomor handphoneku padamu, Chanyeol-ssi?", tanya Baekhyun penasaran.
"Y-ya, ya Kyuhyun yang memberiku nomor handphonemu, setelah..." Chanyeol berhenti sejenak, bingung mencari kalimat yang tepat untuk mengganti 'setelah kau menerimaku', ia pun kemudian untuk memakai kalimat, "Ya, kau tahu, setelah aku menunggumu"
Pipi Baekhyun memerah, diliriknya cincin yang melingkar di jemarinya, ia jadi merasa bersalah karena telah membuat Chanyeol menunggu, namun apa boleh buat, ia terlalu bingung.
"Ah, ya, apa kau tidak tidur Chanyeol-ssi? Bukankah sudah malam di Korea?"
"Ya, aku baru saja pulang kerumah setelah latihan, lalu Kyuhyun mengabariku soal kau dan sekarang aku malah tidak bisa tidur jika tak menghubungimu dulu", ujar Chanyeol canggung. "Apa aku mengganggumu?"
Baekhyun tersenyum, ia bisa menerka bahwa lelaki ini sebenarnya sama gugupnya dengan dirinya, entah kenapa namun gadis itu malah senang.
"Tidak, kebetulan aku sedang tidak sibuk, aku baru saja selesai merapikan apartemenku" ujar Baekhyun senang, ia pun kemudian berjalan menuju sofa dan duduk disana dengan nyaman karena ia yakin perbincangan ini akan berlangsung panjang.
Chanyeol membawa pembicaraan mereka dengan santai dan mereka hanya membahas hal-hal ringan. Kebanyakan Chanyeol menanyakan perihal kehidupan sehari-hari Baekhyun di Manchester dan ia pun berbagi ceritanya ketika ia bertugas ke luar negeri untuk misi perdamaian. Chanyeol juga mengatakan kalau ia suka tim sepakbola Manchester City dan kemudian Baekhyun tertawa karena selama ini ia hanya pernah menonton pertandingan sepakbola dimana Manchester United bermain.
Semakin gadis itu mendengar suara Chanyeol semakin ia penasaran dengan lelaki yang sudah meyakinkan ayahnya itu, sedangkan bagi Chanyeol semakin ia mendengar suara Baekhyun, semakin ia ingin segera bertemu dengannya, semakin hilang sudah ia dalam jemari Baekhyun.
"Baekhyun-ssi?"
"Ya?"
"Bolehkah aku menemuimu?", ujar Chanyeol.
"Maksudmu?" tanya Baekhyun bingung.
"Aku akan ke Manchester, bolehkah aku merayakan natal bersamamu?"
"Aku akan sangat senang jika Chanyeol-ssi datang ke Manchester dan merayakan natal bersamaku" jawab Baekhyun.
.
.
.
Hari itu adalah hari minggu ketika Chanyeol berkunjung kerumah orang tuanya yang kebetulan sedang ada Yoora dan keponakan kecilnya, Yeri.
Gadis kecil kesayangan paman Chanyeol itu berlari-lari di ruang keluarga Park Jaesuk yang luas, sukses membuat sang nenek dan kakek tertawa melihat tingkah lucu Yeri yang tak mau diam.
"Paman Chanyeol! Aku ingin naik kuda lagi, kapan kau ajak aku lagi?" ujar gadis 5 tahun itu.
Chanyeol tertawa kemudian merapikan rambut Yeri, "Nanti ya, sekarang paman sedang sibuk"
Yeri memajukan bibirnya lucu, "Kau sibuk terus, jadi tidak bisa main dengan Yeri"
"Maafkan paman ya Yeri, tapi aku akan mengajakmu naik kuda jika aku bisa"
Yeri kemudian mengangguk dan berlari kearah ibunya yang sedang memotong buah-buahan. Chanyeol tersenyum, ia tak mengira kalau sekarang Yeri sudah besar, padahal dulu gadis itu tak bisa berlari dan masih merangkak.
Mungkin Chanyeol terlalu sibuk sampai tak bisa mengikuti perkembangan keponakkannya.
"Chanyeol, bagaimana perkembanganmu dengan Nona Baekhyun?" tanya Park Jaesuk.
Chanyeol sebenarnya datang kerumah untuk menyampaikan berita bahagia bahwa Baekhyun menerimanya. "Baekhyun sudah menerimaku", katanya senang. Lelaki itu pun kemudian melihat kearah kedua orang tuanya yang ikut tersenyum kemudian Yoora yang nyengir nakal.
"Apa kau telah menghubunginya? Kudengar nomor handphonenya pun kau tak punya, Chanyeol", ejek Yoora.
"Kemarin aku baru saja menghubunginya untuk pertama kali, makanya aku baru tidur jam satu pagi"
"Begitulah jika kau menjalani hubungan jarak jauh", ujar sang ibu. "Namun kau akan merasakan hal yang lebih jika kau bersabar"
Chanyeol mengangguk, "...dan natal ini aku akan ke Manchester"
Yoora tertawa, "Ya ampun, kau akan menemuinya? Kenapa tak sekarang saja?"
"Jika aku bisa juga aku akan menemuinya sekarang, tapi aku masih banyak pekerjaan"
"Chanyeol itu milik negara, mana bisa ia meninggalkan pekerjaannya untuk pergi ke Manchester, aku bangga padamu nak, bersabarlah, hanya tinggal 3 bulan lagi sampai liburan natal tiba"
Selama tiga bulan itu, Chanyeol hanya bisa menghubungi Baekhyun ketika ia selesai bertugas, bahkan tak jarang ia tak bisa mengubungi Baekhyun sama sekali. Gadis itu juga pernah sekali dua kali menghubunginya duluan, mengiriminya pesan agar menjaga kesehatan adalah inti isi pesan dari Baekhyun.
Chanyeol-ssi, kau tahu kan kalau sarapan adalah makanan paling penting dalam sehari? Kuharap kau tak lupa sarapan sebelum bertugas
Pesan pendek itu saja sudah membuat harinya berbeda, ia jadi lebih bersemangat dan makin tak sabar untuk menemui Baekhyun.
Selama ia berhubungan jarak jauh dengan Baekhyun, Chanyeol juga mempelajari kalau ternyata gadis itu suka bercanda. Baekhyun itu jahil, terkadang ia suka memberi link dimana terdapat jokes-jokes lucu yang membuatnya tertawa, ia juga suka mengiriminya foto bunga-bunga yang baru ia taruh di apartemennya, dan tak segan menjelaskan makna-makna dari bunga tersebut.
.
.
.
Baekhyun tengah serius membaca buku di perpustakaan ketika ada seseorang menepuk bahunya. Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya dari buku beranjak pada Oh Sehun yang tersenyum padanya.
"Kak!"
"Mau menemaniku minum kopi?"
Akhirnya Baekhyun menuruti Sehun, mereka berdua berjalan di trotoar menembus udara dingin di bulan November akhir sambil mengobrol dan bercanda.
Sesampainya di cafe Sehun memesan kopi hangat dan teh untuk Baekhyun yang tak suka kopi, mereka pun duduk berhadapan di ujung ruangan.
"Kau kemana saja? Aku sulit sekali menghubungimu akhir-akhir ini", omel Baekhyun sambil memakan kue yang ia pesan.
Sehun terkekeh, "Aku sedang sibuk akhir-akhir ini karena aku harus mengurus sesuatu di Dubai", jelas Sehun.
"Dubai? Apa yang kau lakukan di Dubai?", tanya Baekhyun penasaran.
Sehun menghela nafas, "Kau ini memang selalu ingin tahu, aku ke Dubai karena kakakku ingin aku mengurus pernikahannya yang akan dilaksanakan disana, sungguh merepotkan", gerutu Sehun.
Baekhyun tertawa kecil, "Apa salahnya membantu kakakmu sendiri? Jika kak Kyuhyun memintaku mengurus pernikahannya, aku akan dengan senang hati mengatur semuanya dari mulai tempat sampai hal-hal kecil pun. Bukankah itu menyenangkan?"
Lelaki yang duduk didepan Baekhyun hanya tertawa menyindir, "Kau coba saja sendiri, mengurus persiapan pernikahan itu melelahkan. Kau harus mencari tempat yang pas sesuai dengan tanggal yang direncanakan, lalu makanan dan transport jika kau mengadakannya di luar negeri. Kakakku itu memang banyak maunya, hari ini ia bilang ia ingin acara outdoor namun kemudian ia berubah pikiran dan terus begitu sampai aku kesal"
Baekhyun tertawa, ia ikut perihatin akan kemalangan Sehun, "Namun kau akan puas dengan hasilnya ketika melihat kakakmu akhirnya menikah bukan? Jadi bersabarlah" ujar Baekhyun penuh dukungan.
Sehun mengangguk kemudian meminum kopinya, "Oh ya, bagaimana dengan lelaki yang melamarmu? Apa ia sudah menghubungimu?", tanya Sehun penasaran.
Seketika wajah Baekhyun memerah, "Ya, sudah dua bulan ini kami saling berhubungan", jawab Baekhyun.
"Lalu bagaimana?", tanya Sehun lagi.
"Bagaimana apanya?"
"Dia orang yang seperti apa?" ujar Sehun gemas.
"Ah, dia baik dan juga sopan, ia juga seorang yang bertanggung jawab kupikir, karena ia tak lalai dari tugasnya sebagai seorang prajurit, namun terkadang ia jadi tak bisa menghubungiku, dan aku terlalu malu untuk selalu menghubunginya duluan", jelas Baekhyun malu-malu.
Sehun tersenyum tipis, "Begitulah jika kau menjalin hubungan jarak jauh, ditambah lagi ketika kau baru mengenalnya. Namun, menghubungi dia duluan itu tak masalah, Baek. Aku pikir dia akan merasa senang jika kau menghubunginya duluan. Setidaknya jika aku jadi dia aku akan lebih bersemangat jika orang yang aku sukai menghubungiku duluan"
Baekhyun tak menjawab perkataan Sehun, ia hanya tersenyum malu kemudian memegangi pipinya. Lelaki yang sudah kenal Baekhyun dari kecil itu pun ikut tersenyum, jika melihat Baekhyun bahagia seperti ini ia juga ikut bahagia.
HELLO SEMUA
Selamat datang to my drunk fiction, aku lagi tergila-gila sama Descendant of The Sun dan terbitlah ini FF, huuu kebayang gimana Chanyeol pake seragam tentara plusplus kalian tahu kan kalau Baekhyun pakai softlens BIRU DUH AMPUN DEH! SUKA!
Jadi, FF ini terinspirasi dari buanyak lagu dan drama dan juga RUNNING MAN!
Oh ya, makasih yang udah doain aku bisa masuk PTN karena akhirnya masuk PTN juga yihiii
AND COLLEGE LIFE IS SUCK
Tapi gapapa, yang pasti ini hadiah buat readers Beautiful, B. Kalau di Beautiful, B kita punya Chanbaek masa SMA sekarang Chanbaeknya beda 9 tahun dan udah dewasa, ketawa ketawa ketawa.
NO BASH OKAY. Review dengan kata-kata sopan karena warga Indonesia itu ramah! :D
Melafyu
