Title: Black Angel
Summary: Sebuah dunia dimana North muda adalah pemburu, dan sang Nightmare King benar-benar hanyalah malaikat bersayap hitam yang diburu.
Pairing: Uh… hint of OC/Pitch, YoungNorth/Pitch, one-sided Sandy/Pitch, Aster/Jack, OC/OC, Sandy/Tooth.
Rate: T. Untuk sekarang. *trollface*
Disclaimer: Bukan yang saia~!
Bacotan: Cerita aneh lagi~! Terinspirasi dari kata-kata adik saia; "Kak, kayaknya kalo ada perburuan Pitch black, lu bakal ikutan, ya?"
Jreng. Jadilah fic ini.
Ahaha, putting that aside, enjoy~! :D
Kakinya sakit.
"Hh… hh… ah!" dia berlari dengan napas terengah-engah dan berteriak ketika sebuah batu menyandung kakinya dan dia terjatuh.
Darahnya terasa hangat di kulitnya.
Dia meraih punggungnya dan menarik keluar anak panah yang tertancap di punggung atasnya sambil meringis dan mencoba untuk tidak berteriak. Tulangnya ngilu tergores mata panah dan kulitnya robek.
Sayapnya tidak lagi hitam.
Merah.
Darah melapisi punggungnya yang terbuka karena bajunya yang robek. Terlihat pola rumit berbentuk sepasang sayap di punggungnya. Mungkin terbang sekarang bukanlah ide yang baik.
Dia kembali berdiri dengan kakinya yang sakit dan mulai berlari lagi.
Kemanapun…
Asal dia tidak tertangkap oleh mereka.
"Jack, tolong ambilkan air di sungai," pinta gadis berambut pirang hijau yang sedang memasak itu pada anak laki-laki berambut putih yang sedang bermain dengan sorang anak kecil berambut cokelat di halaman rumah.
"Baiklah, Toothy," jawab anak bernama Jack itu sambil membereskan kelereng-kelereng hijau dan biru yang dia pakai untuk bermain. "Emma, mau ikut denganku ke sungai?" tanyanya pada gadis kecil berambut cokelat itu.
"Aku mau! Aku mau!" jawab Emma sambil melompat-lompat kegirangan.
"Aku mau ikut, Jack!" seorang anak laki-laki lagi yang berambut cokelat keluar dari rumah bersama dengan seorang gadis kecil pirang yang baru berumur kira-kira tiga tahun.
"Aku juga! Aku juga!" seorang gadis kecil lainnya yang berambut hitam juga ikut sambil menarik tangan saudara laki-lakinya yang berambut hitam.
"Baiklah, baiklah… euh… aku tidak bisa menjaga kalian semua…" keluhnya setelah menyadari bahwa bukan hanya dia akan mengambil setempayan besar air, tapi juga dia harus menjaga satu, dua… lima anak kecil hanya karena dia mengajak adiknya. "Uhm… bagaimana, ya?"
Ketiga anak itu memandangnya dengan mata mereka yang lebar dan jernih. "Ugh… oh ya!" serunya senang ketika melihat seorang anak seumurannya lewat. "Aster! Aster! Kau mau ikut mengambil air ke sungai?" tanyanya dengan sebuah senyum lebar pada anak berambut abu-abu itu. Aster memandangnya dengan wajah masam.
"Tidak."
"Oh, ayolah? Kumohoooon?" pinta Jack dan anak-anak kecil yang lain ikut-ikutan memandangnya.
"Tidak."
"Tapi, tapi kita bisa bersenang-senang di sungai!" hasutnya.
"JACK! CEPAT AMBIL AIRNYA KARENA SAYUR-SAYUR INI TIDAK AKAN MENCUCI DIRINYA SENDIRI!" teriak Tooth dari dapur.
"Dan mereka ingin ikut," tambah Jack sambil nyengir pada Aster.
Aster menggeram kesal. "Baiklah, terserah," jawabnya sambil berjalan menuju ke gerbang desa.
"Makasih Aster," ujar Jack sambil mencium pipi si anak ketus sambil tertawa. Anak-anak kecil di belakangnya menarik napas terkejut dengan mata lebar sambil menbutup mulut mereka.
"Argh! Jangan sentuh aku!"
Langkahnya terseok dan dia terjatuh dengan kesal begitu melihat di depannya adalah sungai. Tidak mungkin dia bisa menyebrangi sungai itu dengan keadaannya sekarang. Walaupun sungai itu tidak terlalu dalam dan ada batu pijakan untuk menyebrang, dia tetap tidak akan bisa. Kakinya terpanah tadi. Para pemburu itu datang menemukannya lebih cepat dari yang dia kira.
Matanya agak panas. Dia ingin menangis sekarang.
Dia sendirian disini dan dia adalah yang terakhir dari jenisnya. Malaikat bersayap hitam. Tidak pernah dalam hidupnya dia menyangka dia akan menjadi yang terakhir.
Sepuluh tahun lalu, dia masih bercanda dan berkumpul dengan saudara-saudaranya.
Sembilan tahun yang lalu, dia masih bisa berdoa untuk mereka yang telah mati diburu oleh manusia bersama dengan teman-temannya ketika manusia mulai memburu mereka.
Delapan tahun lalu dia masih berusaha kabur dari jeratan para pemburu dengan setidaknya tiga puluh malaikat bersayap hitam yang lain.
Tujuh tahun lalu, dia masih bersama dengan tunangannya yang dia yakin tidak akan menikahinya dalam waktu dekat.
Dan enam tahun lalu, orang yang paling dia sayangi mati dalam dekapannya. Sejak saat itu dia tahu, waktunya juga tidak akan lama lagi.
Dan mungkin hari ini adalah hari terakhirnya. Pandangannya kabur, tulangnya ngilu, dan kulitnya serasa terbakar. Dia terjatuh terbaring di atas tanah berselimut daun-daun gugur dengan bunyi air mengalir yang menenangkan.
"Jack, kau akan mengajari aku cara membuat batu melanting di atas air kan?" pinta si anak berambut cokelat yang bernama Jamie.
"Hmm… tidak bisa di sungai, Jamie. Airnya harus tenang," jawab Jack sambil terus melangkah dan menyeret tongkat berbentuk unik yang dia temukan di tengah hutan dan membuat alur tidak jelas di atas tanah yang ditutupi oleh dau-daun musim gugur yang berwarna kuning cerah dan kemerahan.
Sophie, si kecil pirang adiknya Jamie, dengan senangnya bertingkah seolah dia sedang menunggangi kuda perang di gendongan Aster (yang tampaknya bisa menoleransi keberadaan Sophie lebih dari anak-anak yang lain).
"Oh, ada kupu-kupu!" seru Jack sambil bersiap berlari mengejar binatang cantik itu.
"Jack! Kalau kau terus melakukan itu tiap ada kupu-kupu yang lewat, kita tidak akan pernah sampai ke sungai!" bentak Aster kesal karena dari tadi Jack terus-menerus teergoda untuk melakukan hal lain yang bukan berjalan mendekati sungai.
Jack merengut tetapi akhirnya menurut juga.
Tiga pertengkaran berikutnya dan mereka sampai ke sungai hanya untuk disuguhi pemandangan mengerikan.
Sesosok tubuh berbalut baju hitam yang tergeletak berdarah di sebrang sungai.
"TOOTH!"
Dengan kesal gadis itu meninggalkan masakannya di dapur. Akhirnya, anak-anak tengil itu pulang dan membawa air juga!
"Sudah waktunyakau data—astaga! APA ITU, JACK?!" teriaknya ngeri melihat Jack dan Aster dengan susah payah menurunkah sesosok tubuh brbalut baju hitam dari tubuh kecil mereka.
"Aku menemukannya di sungai. Kukira dia mati, tapi tidak, jadi kubawa," ucap Jack dengan cepat sambil mnyeka darah yang mengotori wajahnya yang masih pucat karena ngeri.
"Cepat bawa dia masuk!" perintah Tooth panik. "Jamie, kau jaga Sophie, Sera dan Nighty, kalian jaga Baby. Jangan ribut, dia sedang tidur. Emma, tolong minta obat pada Nona Spring atau Nyonya Lovette, Jack dan Aster, kalian carikan—"
"Daun untuk obat, kami tahu!" sahut keduanya ketika keluar dari rumah sambil langsung bergegas pergi ke hutan atau ke ladang untuk mencari tumbuhan-tumbuhan yang diperlukan.
"Dan mana airnya?!" tanya Tooth lagi.
"Euh… kami tidak bawa," jawab keduanya sambil berlari menjauh.
Tooth menggerutu kesal. Air panas yang tadi dia masak untuk minum harus dipakai untuk hal lain, sepertinya.
End of Chapter 1
That's all for chappie satu, folks~!
Mind to leave me some review? :D
Love and angels
Shirasaka Konoe
