"Kami ... tidak ingat wajah kakak."

Osomatsu tidak mengerti mengapa hatinya terasa sakit.


plain

Osomatsu-san © Akatsuka Fujio

Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.

spoiler untuk episode 2


Mungkin di antara mereka berenam, yang tidak berubah banyak hanya Osomatsu.

Dia yang masih sama seperti dulu—sifatnya, kebiasaannya, tingkah lakunya—semua masih sama seperti saat mereka sama sekali tidak bisa dibedakan. Saat mereka terlalu kompak dan sama sehingga muncul perkataan, "Aku adalah mereka, mereka adalah aku."

Mungkin karena Osomatsu yang tidak mau berubah, maka dia menjaga agar semuanya tetap sama. Menurutnya, masa-masa menyenangkan itu adalah saat mereka bisa tertawa lepas dan tidak perlu memikirkan beban dunia seperti pekerjaan atau status sosial.

Dia orang yang sederhana. Hanya ingin menikmati hidup dengan kelima saudaranya—karena tanpa mereka, rasanya dia bukan siapa-siapa. Dia tidak pernah menyatakannya dengan lantang, karena walau dia berkata apa adanya, selalu ada rahasia yang dipendam.

"Uh, bagaimana ya ..."

Osomatsu menatap kelima adiknya, jantungnya yang terlihat kini berdetak agak cepat. Entah mengapa ia mendapat perasaan buruk ketika mendengar nada suara adiknya itu.

"Ada apa? Cepat, cat diriku!" serunya, tak sabar ingin melihat bagaimana adik-adiknya itu menggambarkan sosok "Osomatsu".

Namun adik-adiknya itu tidak meraih kuas, hanya menatapnya dengan kerutan di dahi. Ada apa dengan mereka?

"Kami—" Mereka menatap satu sama lain. "—kami lupa dengan wajah kak Osomatsu."

Ingin rasanya dia tersenyum, untuk menyembunyikan bagaimana hatinya terasa hancur, namun rasanya itu tidak perlu karena mulutnya kini tidak terlihat. Jantungnya berdetak semakin cepat, dan dia yakin, jika dia berada dalam tubuh normalnya, mungkin bulir-bulir keringat sudah bercucuran dengan deras.

"Apa ya, soalnya kakak tidak punya ciri khas."

Ciri khas? Dia pikir, warna merah merupakan ciri khasnya.

"Atau memiliki fitur yang menonjol."

Senyumnya? Tawa khasnya? Dia memang tidak seperti yang lain, yang memiliki alis tebal atau pupil terlalu kecil, tapi pasti setidaknya ada satu fitur yang khasnya, kan?

Osomatsu menatap kelima adiknya putus asa.

(Padahal wajah mereka sama, tak jauh beda, namun bagaimana kelima adiknya itu bisa lupa?)

.

.

.

Tamat.

a/n: iya ini padahal mereka ngelucu, tapi saya lihatnya jadi angst uwu