LOVE SICK
Ini fanfiction adaptasi dari drama Thailand dengan judul yang sama, saya bercerita dengan lattar belakang drama tersebut. Hanya setting di pindah ke Seoul, dan nama cast saya ubah. Dari keseluruhan cerita saya menambahkan beberapa plot karya imajinasi saya.
Please, if you don't like this don't read.
Plot is not mine, just part of this plot is mine.
This story maybe need more time to finish.
Cast is not mine!
" Kisruhnya kehidupan cowok bercelana biru"
"Jimin! Dana untuk klub kita kenapa berkurang?"
Pekikan Suara Taehyung menyapa , tepat disaat aku datang. Belum ada sedetik aku masuk ke ruangan klub ini, tapi kertas laporan bermasalah itu sudah menghalangi jalan dan pandanganku.
Aku mengreyit saat mulai membaca semua detail di dokumen itu (yang dimana Taehyung dengan penuh kasih sayang menyuguhkannya tepat di depan mukaku). Aku mengingat kembali dengan jelas kalau nominalnya lebih banyak dari biaya ulang tahun Park Jae Na. Jelas-jelas aku minta dana 25.000 won untuk mengganti set drum yang sudah lapuk.
Tapi kenapa berubah drastic 5.000?! Dimana sisa 20,000-nya?!
"Jimin, tagihan drum nya sore ini! Apa kita harus kabur, cari tambahan dana dengan street dance atau live music di jalanan?" Taehyung terus berteriak tidak ada habisnya. Sementara itu, anggota klub lainnya mulai kelihatan bingung dan kacau. Jadi sebagai ketua klub, aku harus bagaimana?!
"Sial! Tunggu! " Aku berlalu keluar ruangan klub dengan cepat berlari tergesa melewati beberapa anak tangga.
Suara decit sepatu kulitku menggema saat aku berlari ke Gedung Utama. Aku khawatir kantornya sudah tutup karena hari semakin sore. Saat ini otakku benar-benar tidak karuan. Aku masih tidak mengerti, bagaimana hal semacam ini bisa terjadi. Dan aku benar-benar ketakutan telah membuat kesalahan sebagai ketua klub. "Brengsek! Kenapa jadi kacau! Aku sangat yakin kalau kami pasti akan mendapat dana sesuai yang kami minta. Aku yakin sekali kalau aku pesan drum setnya, dan barangnya segera diantar. Tapi mereka memotong dana kami seenaknya?!"
Dan.. YES! Ruang kesiswaan masih terbuka. Aku berharap bisa bertemu orang yang punya wewenang untuk memperbaiki semua ini.
P
Aku membuka pintu ruang kesiswaan dengan tergesa.
"Halo, saya perwakilan dari klub musik. Saya ingin minta sesuatu, tolong periksa anggaran kami! Kami pikir, kalian melakukan kesalahan!" aku berteriak dengan nafas terengah karena berlari dari lantai atas ke gedung utama.
Nampaknya teriakanku sia-sia, ruangan kosong. Tapi sesaat kemudian, aku melihat seorang berdiri ditengah-tengah ruangan itu.
Min Yoongi. Sekretaris kesiswaan dua tahun berturut-turut. Dia lebih tua setahun dariku, karena dulu aku sempat ikut program 2 tahun belajar, jadi tingkatku sama dengan nya. Tapi aku tak pernah memanggilnya Hyung, entah.
Iya dia solusinya. Aku yakin dia bisa bantu.
"Yoongi! Kenapa anggaran klub musik turun drastis? Kau lihat kan waktu kutulis anggaran 25.000 won?" Aku memutuskan untuk memanfaatkan hubungan saling kenal kami, walaupun tidak terlalu dekat. Sesaat dia nampak terkejut pertama kali melihatku, tapi kemudian dia berjalan ke rak dan membuka tumpukan dokumen untukku.
"Tunggu sebentar, coba ku cek lagi, Jimin." Pasti. Aku bisa menunggu.
Aku berdiri disana melihat Yoongi sedang membalik-balik dokumen. Aku benar-benar berharap kalau kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah 'O iya, kami ada kesalahan,' atau 'sisa uangnya di berikan minggu depan' atau kata-kata semacam itu. Tapi sejujurnya harapanku memang tidak terlalu besar, karena jarang membuat kesalahan (khusunya kalau Yoongi yang memeriksa pekerjaan mereka). Ditambah lagi, kami tidak pernah menambah anggaran kami seperti ini.
"Kurasa tak ada yang salah, di catatan ini Anggaran untuk klub musik tertulis disini hanya 5000 won. Coba liat." Yoongi mengatakan hal yang paling tidak ingin kudengar. Dia memberikan berkas itu kepadaku agar aku bisa melihatnya. Walaupun ukuran hurufnya sangat kecil, tapi angka 5.000 yang tertulis disitu benar-benar membuatku terperanjat dan hampir jatuh.
"Kenapa bisa 5.000 won? Demi Tuhan, aku masih ingat kalau klub musik meminta 25.000 won!"
"Waktu rapat anggaran, kau tidak datang kan? Siapa yang mewakili klub mu?" Kata-kata Yoongi membuatku berpikir sejenak ke masa lalu. Aku ingat. Rapat anggaran untuk klub dan aktifitas sekolah lainnya selalu diadakan tiap tahun. Tapi waktu rapat itu diadakan, aku sedang tidak ke Seoul. Seluruh keluargaku pergi menengok nenek yang sedang sakit di Busan.
Dan yang mewakili rapat anggaran waktu itu… chanwoo!
"Dasar woonguk"
Nama aslinya Jung Chanwoo , namun jika moodku sedang tidak baik, aku memanggilnya Woonguk, mau di ganti apapun namanya tetap sama aja tak ada bagusnya untuk nya, Dia anggota klubku. Kami membuat undian dan dia adalah yang terpilih karena kami semua tidak ada yang mau datang. Belum lagi, rapat anggaran biasanya berlangsung selama 12 jam. Belum lagi biasanya mereka suka memojokkan klub kami. Tapi kenapa Woonguk bisa melakukan ini?!
"Waktu rapat kemarin aku datang. Hakyeon hyung dari klub seni terus-terusan memotong anggaran untuk klubmu. Karena kalau bukan anggaran klub musik yang dipotong, klub seni yang harus dikurangi. Chanwoo terlalu takut untuk menghadapi Hakyeon hyung, dia cuma duduk diam ditempatnya. Dan hanya 5000 yang tersisa buat klubmu. Sebenarnya, aku sendiri juga berpikir apakah kau keberatan?."
"Ya jelas keberatan! Lalu nasib drum yang klub musik pesan bagaimana?!" Aku mulai meneriaki diriku sendiri karena aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan selain berteriak. Sementara itu, ruang kesiswaan sunyi senyap. Hanya ada aku dan Yoongi .
Berkas itu dilempar kemeja saat Yoongi mulai mengatakan sesuatu.
"Jimin, mungkin aku ada jalan keluarnya…." Yoongi belum menatapku, dia menatap nanar berkas yang ia lempar tadi.
"Kau tau jalan keluarnya? Jangan bercandan Yoongi-aa. Aku benar benar mempertaruhkan harga diriku sebagai ketua klub ku sekarang. Aku rela melakukan apapun itu, asalkan anggaran klub kami bisa kembali 25.000 won, ini area yang sangat bahaya jika keputusan yang ku ambil salah"
"Sebenarnya, mungkin kau tak setuju jimin-aa, tapi tak ada salahnya mencoba" Yoongi mulai menatapku, memberi jeda di antara kalimatnya, aku bisa membaca keraguan dimatanya.
Kesempatanku ada disini, mana mungkin aku membuangnya begitu saja?! Aku menatap wajah Yoongi, teman-yang-tidak-terlalu-akrab menunggu jawaban. Aku tidak sadar kalau dia melihatku dengan tatapan yang aneh.
Kalau saja aku tahu apa yang akan terjadi, apa yang akan Yoongi katakan sekarang, aku tidak mungkin mau mengucapkan tambahan kata "apapun" ke dirinya.
"Jimin,kau mau jadi pacarku?" sekarang Yoongi menatapku dengan mantap.
To Be Continued
So, how is it going?
bagaimana reaksi jimin? does he eccept Yoongi? Try to guess!
Jadi, apa saya harus melanjutkan fanfiction ini?
please, if dont like this ff dont bush me. and please i'm really appreciate if you leave some review and try to guess guys.
thankyou.
