Bulan madu. Pulau pribadi. Pantai. Dinner romantis. Kamar menghadap laut.

Apa lagi coba yang kurang indah dari semua hal ini, terutama untuk pasangan yang memang bertujuan untuk bulan madu? Terutama lagi, pasangan ini masih terhitung baru, belum ada setengah tahun sejak pernikahan. Terutama lagi dan lagi, pasangan ini adalah pasangan yang belum sekalipun melakukan malam pertama mereka. Terutama lagi, lagi, dan lagi, pasangan ini adalah pasangan yang akhirnya bisa terbebas dari segala gangguan dan teror dari kakak-kakak mereka serta para fangirls yang berisik itu.

Ya, pasangan yang akhirnya mendapatkan privacy itu adalah pasangan Uchiha, yaitu Sasuke dan Naruto. Pasangan yang menikah kurang lebih dua bulan lalu itu akhirnya akan mendapatkan ketenangan selama kurang lebih lima hari. Naruto yang sebenarnya harus berkutat dengan segala buku teks yang diberikan oleh dosennya itu akhirnya mendapat ijin untuk tidak mengikuti kegiatan kuliah dan bimbingan di minggu ini. Sasuke pun mendapat ijin khusus dari ayahnya untuk tidak hadir di rapat bisnis yang diadakan di minggu ini.

Sasuke sungguh mengucap syukur ketika akhirnya bisa terlepas juga dari dua setan -sebenarnya biang keroknya hanya seorang, yang satu hanya karena mau tidak mau- yang selalu mengganggu hubungannya dengan Naruto yang sekarang sudah berstatus resmi sebagai 'nyonya' Uchiha.

Pernikahannya dengan Naruto merupakan sesuatu yang telah dinantinya setelah 7 tahun berpacaran. Mereka selalu menjalankan hubungan dengan tidak melanggar batas-batas norma yang berlaku-walau Sasuke pernah sedikit icip-icip pantat Naruto. Maka dari itu, begitu mereka terikat dalam hubungan pernikahan, sebenarnya Sasuke sudah ngebet ingin mendapat jatah sebagai suami di malam pertama mereka. Namun sayang, hal itu tinggal impian semata karena banyaknya gangguan yang didalangi oleh Kurama, kakak Naruto.

Bayangkan saja, di malam yang seharusnya jadi malam pertama mereka yang dilangsungkan di hotel, mereka malah diintip oleh orang-orang terdekat mereka. Tidak hanya gagal melangsungkan malam pertama, malam itu malah akhirnya menjadi sangat rusuh, karena akhirnya Sasuke dan Naruto mengamuk kepada orang-orang di balik pengintipan tersebut.

Sudah begitu, disaat Sasuke mengharap ketenangan pada saat mereka mencoba untuk melakukan hubungan badan di kantor ayahnya yang ia anggap lebih aman dari rumah mertuanya, ia malah kepergok oleh ayahnya sendiri dan kena jitak sekaligus semprotan dari ayahnya-secara harafiah, karena Fugaku benar-benar seperti mengeluarkan hujan gerimis dari mulutnya. Sungguh kurang naas apa coba?

Tapi akhirnya hari ini pun datang juga, hari dimana Sasuke dan Naruto bisa memulai kehidupan mereka benar-benar sebagai suami dan 'istri' yang sesungguhnya. Akhirnya datang juga malam dimana mereka akan bisa melakukan malam pertama mereka.

Bagaimana bisa itu terjadi, mengingat bahwa Kurama tidak kurang akal untuk bisa memantau, meneror, dan menyadap segala kegiatan Sasuke dan Naruto?

Tentu saja, itu karena Sasuke akhirnya malah mendapatkan sekutu terkuat. Sekutu terkuat yang selama ini tidak pernah ia sangka memihak padanya dan bisa menjadi tameng terkuat dalam memerangi Kurama dan menghalangi Itachi, kakaknya sekaligus kekasih Kurama, untuk membantu Kurama.

Sekutu tak tergoyahkan bernama Fugaku Uchiha.


Continuation of the Fuss

Disclaimer : Karakter adalah milik Masashi Kishimoto yang baru bikin saya nangis-nangis, lainnya adalah ide saya

Rating : M (buat chapter ke depannya)

Pairing : Sasunaru, Itakyuu

Warning : YAOI, OOC, TYPO, GARING, AU, bahasa kacau, ETC, mungkin ada M-Preg

Genre : Romance, humor

DON'T LIKE, DON'T READ
Cerita ini murni untuk kepuasan pribadi Author saja. No bashing, please. Jadi, lebih baik segera tutup saja fic ini jika Anda merasa tidak suka dengan apa yang ada di dalamnya, apalagi untuk yang anti-yaoi. Mari buat dunia fandom ini dipenuhi kedamaian X)

Ini adalah sequel dari 'The Ominous First Time', fic Sasunaru pertama yang saya publish. Tapi bisa juga dibaca sebagai cerita terpisah sih… mungkin xD


Chapter 1

Bagaimana mendadak Fugaku bisa menjadi tameng bagi Sasuke dan Naruto?

Sekitar enam minggu lalu, Fugaku memergoki Sasuke dan Naruto bernista-nista di ruang rapatnya yang suci. Fugaku yang bingung antara harus marah, syok, malu, atau sok dingin, akhirnya melampiaskan segala emosinya ke satu jitakan di kepala anak bungsunya. Kenapa hanya Sasuke? Salahkan saja Naruto yang mendapat warisan berupa tampang innocent dari Minato. Dari dulu, Fugaku tidak bisa berbuat keras terhadap Minato walau sebagaimanapun ia emosi terhadap sobatnya satu itu. satu-satunya yang bisa kebal terhadap tampang dan mata Minato mungkin hanyalah kedua orang tua Minato sendiri, Kushina, dan juga Kurama yang kurang ajar pada ayahnya sendiri.

Kembali pada cerita, jadi, begitulah ceritanya kenapa hanya Sasuke yang harus kena jitakan tenaga super ayahnya.

Naruto yang ikut merasa bersalah akhirnya mencoba untuk melindungi Sasuke disaat Fugaku akan menghukum Sasuke lagi dengan hukuman yang biasa ia berikan pada anak-anaknya waktu kecil, tabokan super keras di pantat. Perlu diingat, di fic ini tidak ada hubungan incest diantara para Uchiha ini.

Ujung-ujungnya dari kejadian ini, pantat Naruto―lah yang akhirnya terkena tabokan dari Fugaku. Tidak jelas apakah ia mempertahankan perannya sebagai suami dari 'istri' yang sedang disiksa sebagai ganti dirinya, atau perannya sebagai suami yang belum mendapat jatah dari pantat 'istri'nya dan malah mendapat tontonan live dimana pantat kenyal 'istri'nya ditabok ayahnya, Sasuke akhirnya mengamuk.

Belum lagi, teriakan Naruto saat telapak Fugaku mampir ke pantatnya itu entah kenapa bisa berubah menjadi desahan di telinga Sasuke. Alhasil, Sasuke tambah emosi karena ingin Naruto mendesah hanya karena dirinya. Inikah yang namanya ditulikan oleh cinta?

Yang jelas, lagi-lagi kesempatan Sasuke untuk menikmati malam pertamanya berubah menjadi kerusuhan.

Namun akhirnya kerusuhan itu bisa berubah menjadi hal yang tidak disangka oleh Sasuke. Setelah mendengar alasan Sasuke dan Naruto tentang kenapa mereka nekat mencoba berhubungan di kantor Fugaku, Fugaku menjadi lunak dan bersimpati kepada mereka. Ia bahkan memberikan surprise kepada anak dan menantunya itu dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk bulan madu mereka.

Jadi inilah Sasuke dan Naruto sekarang, berbulan madu di pulau pribadi yang dimiliki oleh rekan kerja Fugaku.

"Aku harus benar-benar bersujud di depan ayahmu, teme." Naruto meminum air kelapanya sampai habis dan meletakkannya lagi di meja samping kursi pantainya. "Siapa sangka aku bisa bersantai di pulau pribadi sambil menikmati pantai dengan tenangnya seperti ini."

"Ayahku sudah jadi ayahmu juga, dobe," ralat Sasuke. "Dan siang ini kubiarkan kau tenang karena kita baru saja sampai disini. Lihat saja apa nanti malam dan besok kau juga akan bisa bersantai seperti ini."

Naruto merinding mendadak melihat seringai yang perlahan muncul di wajah suaminya itu. Tentu saja ia paham betul apa yang ada di pikiran Sasuke sekarang. Bagaimana mungkin ia tidak paham kalau sejak menikah entah kenapa Sasuke menjadi lebih pervert dari sebelumnya dan selalu mencoba mencari kesempatan untuk dapat menjamahnya kapanpun dan dimanapun mereka berada.

"Ha…hahahahaha." Naruto tertawa grogi sambil memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan arah Sasuke. "Benar ya, kita masih harus mencoba banana boat, olahraga air, dan masih banyak lagi mumpung pantai ini pantai pribadi." Ia masih saja mencoba mengalihkan pikiran Sasuke dengan hal-hal lain, walau Naruto sudah tahu itu tidak akan mempan ke Sasuke. Setidaknya ia sudah berusaha.

Sasuke mengangguk-angguk saja mendengar usulan Naruto. "Benar, dobe."

Dengan secepat kilat Naruto langsung menoleh ke arah Sasuke. Tumben sekali ia bisa berubah pikiran seperti itu. Walau membingungkan, tapi pokoknya ia berhasil mengubah tema. "Iya kan, teme? Masih banyak hal yang bisa kita nikmati di pantai i-"

"Tak kusangka kau punya fetish seperti itu, dobe. Aku sih oke-oke saja kalau kau mau coba pakai buah dan watersport di malam pertama kita." Sasuke memutus ucapan Naruto sambil berpikir dengan cukup serius.

Kedutan langsung saja muncul di dahi Naruto begitu mendengar sahutan Sasuke itu. Bisa-bisanya dia berpikiran langsung ke arah itu? Atau jangan-jangan otak Sasuke masih bergoncang, efek dari goncangan kapal yang tadi mereka naiki? Atau mungkinkah, isi otak Sasuke sudah 95 persen terisi tentang gambar-gambar persiapan malam pertama bersama Naruto dan 5 persen sisanya terisi potret dirinya sendiri?

"Berhentilah bicara soal itu, teme. Aku tidak ada mood buat itu." Naruto menggerutu. "Lagipula bagaimana bisa kau jadi OOC seperti ini? Kalau Sasuke si ninja klan Uchiha itu melihatmu, dia bisa bunuh diri atau memohon pada Masashi-san biar mengubah namanya menjadi Sasuka, Sasuki, Sasuku, atau Sasuko agar karakternya tidak tersabotase olehmu," keluh Naruto-entah kenapa tidak baca kalau fic ini AU dan penuh dengan karakter yang OOC.

Mendadak, Sasuke yang tadinya bersandar pada kursi pantai dengan enaknya itu langsung menegakkan punggungnya dan melepas kacamata hitamnya. Ia menatap Naruto dengan tajam. "Siapa itu Sasuke si ninja?" tanyanya tajam. "Apa dia pria yang mengejar-ngejarmu? Apa dia fans fanatikmu? Apa dia pria yang ngebet menjadikanmu ukenya? Apa dia pria yang selalu mengintipmu di kamar mandi? Apa dia pria yang melakukan pelecehan seksual padamu? Apa dia yang berani-beraninya mencuri celana dalammu untuk masturbasi?" serang Sasuke lagi. "Seenaknya saja meniru-niru namaku. Dasar tidak punya kreativitas nama, menghancurkan nama baikku pula."

Melihat Sasuke tambah tidak waras, Naruto langsung sweatdrop. Salah makan apa sebenarnya Sasuke ini? Dan kenapa yang disebutkan adalah perbuatannya sendiri, perbuatan Sasuke si suami Naruto? Dan apa-apaan itu mengambil celana dalam Naruto untuk masturbasi? Apakah itu jawaban atas teka-teki hilangnya celana dalam Naruto secara berturut-turut?

"Dan lagi, dobe…," tambah Sasuke. "…mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan oleh tou-san ini? Kapan lagi kita bisa terbebas dari duo rusuh itu?"

Untuk yang kali ini, Naruto memang setuju. Ini adalah kesempatan mereka terlepas dari Kurama dan Itachi. Ayah mertuanya yang bertampang ganas tapi hati selembut kapas kalau berhadapan dengan menantunya itu sudah dengan berbaik hati menjauhkan Kurama dan Itachi dari mereka. Fugaku menyuruh Itachi dan Kurama untuk bekerja di kantornya selama seminggu penuh. Disebut kantor pun, sebenarnya itu adalah gedung kantor perusahaan ekspor impor obat dan alat medis milik Fugaku. Itachi memang sebenarnya sejak lulus kuliah sudah bekerja di perusahaan itu, bahkan sekarang ialah yang menjadi wakil pimpinan. Fugaku yang sudah menjabat selama kurang lebih hampir 20 tahun lalu sejak ayahnya meninggal itu memutuskan untuk menyerahkan kursi wakil pada Itachi yang ia anggap sudah matang. Sasuke yang masih dalam proses pengerjaan skripsi juga sudah sedikit banyak mengambil peran dalam perusahaan. Sedangkan Kurama dipekerjakan Fugaku secara khusus untuk mengurus uji coba seluruh mesin-mesin baru yang akan ditaruhnya di gedung kantor baru yang akan diresmikan di kota sebelah beberapa bulan lagi. Mereka berdua kali ini akan diawasi secara khusus oleh Fugaku.

Intinya, selama otak dari kerusuhan selama ini berada dalam pengawasan Fugaku, tidak mungkin antek-anteknya yang lain bisa bergerak dengan bebas.

Bagaimana dengan rumah Naruto dan Sasuke yang harusnya sudah selesai bulan lalu? Memang sebenarnya rumah itu sudah selesai. Namun sayang sekali, sampai kantor cabang Fugaku selesai dibangun dan ditata interiornya, rumah yang cukup besar itu harus pasrah dijadikan gudang sementara barang-barang yang akan ditaruh di kantor baru. Barang-barang yang dipesan Fugaku yang seharusnya datang bulan depan itu entah kenapa mendadak datang bulan kemarin. Karena sudah terlanjur dikirim, barang-barang itu akhirnya mau tidak mau diletakkan di rumah baru Naruto dan Sasuke. Karena itulah sampai sekarang Naruto dan Sasuke tidak bisa menikmati saat-saat berduaan untuk sementara ini.

"Jadi pokoknya malam ini aku harus dapat jatah." Sasuke menetapkan tekadnya dengan kuat.

"Aku belum setuju, teme!" protes Naruto langsung. "Tidak bisakah otakmu itu diisi dengan hal-hal lain yang lebih berguna untuk masa depan misalnya?"

Sasuke tertegun dengan ucapan Naruto. Tumben sekali Naruto menyarankan hal yang bijak seperti itu! Tapi bukankah ia memang sedang merencanakan sesuatu untuk masa depan?

"Ini untuk masa depan kita, dobe." Sasuke menghela napas pelan sambil mengambil pose termenung. "Mana mungkin aku tidak memikirkan masa depan kita berdua? Sudah susah payah kita akhirnya bisa menjadi keluarga, masa akan kubiarkan begitu saja?"

Seketika Naruto menatap Sasuke. Ia agak merasa bersalah karena telah melontarkan kata-kata yang mungkin kurang mengenakkan bagi Sasuke. Ia harusnya sudah paham kalau Sasuke adalah orang intelek yang berpikiran jauh ke depan juga dan tidak hanya memikirkan hal-hal mesum. 'Istri' macam apa dia, bahkan kepada suami yang baru saja dinikahinya pun ia tidak menaruh kepercayaan?

"Sasuke…," lirih Naruto, masih agak merasa bersalah.

"Masa depan kita berdua ditentukan masa sekarang ini, dobe," ucap Sasuke, masih dengan seriusnya. "Jika malam ini kita berhasil membuat anak, setidaknya kita masih akan bisa melihat anak dari cucu kita kelak. Aku menyarankan agar kita jangan menunda-nunda lagi malam pertama kita dan…"

Ucapan Sasuke terhenti ketika ia merasakan sebuah pukulan mampir ke kepalanya.

"Dasar teme memang baka! Hentai! Ayam! Gagak! Maniak ular!" Naruto sudah bangkit dari tempat duduknya di kursi pantai sebelah Sasuke dan berjalan menjauhi Sasuke sambil menggerutu. Terbuang sudah tenaga dan pikirannya untuk merefleksi diri. Harusnya si Sasuke itulah yang mengoreksi ulang otaknya!

Sasuke yang masih mengelus kepalanya segera menyusul Naruto yang merajuk itu sambil mengenakan kacamata hitamnya kembali. "Sejak kapan aku jadi maniak ular, huh?" protes Sasuke. Ia segera berjalan di samping Naruto dan menggenggam erat tangan Naruto, membuat mereka berdua berjalan sambil bergandengan.

Naruto sendiri tidak menolak. Tangan Sasuke lebih besar dari tangannya dan entah kenapa terasa nyaman. Walau ia sedang merajuk, itu tidak ada hubungannya. Bukannya ia tidak gengsi, tapi yang merajuk kan hati dan pikirannya, bukan tangannya. Tidak baik kalau mencampurkan masalah ini dan itu secara bersamaan, pikir Naruto-tidak jelas.

"Eh teme, coba ada pedagang es, kedai pinggir pantai, atau orang-orang yang main voli disini. Pasti terlihat lebih asik." Naruto akhirnya membuka suara setelah beberapa waktu terdiam sambil berjalan dan menikmati genggaman Sasuke.

Akhirnya gantian Sasuke yang sweatdrop. Bukankah sudah jelas mereka tidak ada? Secara, ini pulau pribadi, pantai pribadi. Mana ada penjual yang mau repot-repot naik kapal sampai ke pulau ini untuk menjajakan dagangannya? Siapa yang akan melarisi? Putri duyung?

"Kalau hanya es, di vila ada," jawab Sasuke, sudah kembali ke mode normal. "Lagipula kau tidak bisa mengharap macam-macam, dobe. Ingat, ini pulau pribadi, bukan pantai umum. Memang sih, ada vila lain, hanya saja itu juga milik pribadi teman tou-san, bukan penginapan umum," tambahnya.

Naruto menggaruk kepalanya dengan tangan yang tidak digenggam Sasuke. "Yah… sayang juga sih. Berarti kita juga tidak bisa lihat orang-orang berjemur yah?"

"Tidak."

"Kalau pertunjukan lumba-lumba?"

"Bisa jadi."

"Hmm… Festival?"

"Tidak."

"Pemotretan?"

"Bisa jadi."

"Pemotretan dengan model topless?"

"Tidak."

"Pemotretan dengan model topless bergaya di karang?"

"Tidak…"

"Pemotretan dengan model topless bergaya di karang sambil diarahkan lelaki putih berambut hitam panjang?"

"Tidak…"

"Pemotretan dengan model topless bergaya di karang sambil diarahkan lelaki putih berambut hitam panjang yang kelihatannya melambai dan mirip tokoh yang dulu bikin Sasuke si ninja pergi dari desa?"

"Apaan sih, dobe? Dan kenapa bawa-bawa Sasuke si ninja lagi hah? Kau berniat selingkuh?" Sasuke mengernyit sambil memandang Naruto dengan heran. Pertanyaan Naruto lama-lama tidak hanya tambah aneh, tapi juga seolah-olah ia benar-benar melihatnya.

Naruto memutar bola matanya, memilih tidak menanggapi pertanyaan Sasuke tentang Sasuke si ninja. Ia malas berdebat lebih jauh. "Tuh, lihat saja." Naruto berhenti berjalan dan menunjuk salah satu spot yang agak jauh dari tempat mereka berdiri.

Dengan cepat, Sasuke melepas kacamata hitamnya dengan sebelah tangan, dan memandang ke arah yang ditunjuk oleh Naruto. Dan apa yang dikatakan Naruto tadi memang bukan pertanyaan iseng belaka karena ia benar-benar melihat apa yang sudah dideskripsikan oleh Naruto.

Seorang pemuda berambut oranye kemerahan yang tidak mengenakan atasan sedang berpose di atas sebuah karang sambil sesekali diarahkan oleh seorang lelaki berkulit putih pucat dan berambut hitam panjang. Di depannya sudah ada peralatan untuk pemotretan lengkap dengan fotografer serta staf-staf yang mengatur pencahayaan serta lainnya.

"Jadi pulau ini juga disewakan untuk pemotretan ya?" Naruto bertanya pada Sasuke sambil terus memandang ke tempat pemotretan.

"Entahlah, dobe. Tou-san sama sekali tidak bicara apa-apa lagi," jawab Sasuke sambil agak mengernyit dan memasukkan kacamatanya ke dalam kantong celananya. Entah kenapa ia merasakan firasat tidak enak. "Kita kembali saja ke vila dan jangan mengganggu pemo-"

"Kita kesana saja, teme! Siapa tahu kita juga dimasukkan ke pemotretan!" Naruto mendadak sudah menyeret Sasuke dengan antusias, terlihat dari senyum lebar yang sekarang menghiasi wajahnya.

"Enggak, dobe. Kita balik ke vila." Sasuke mengeraskan genggamannya pada tangan Naruto, membuatnya berhenti berjalan.

"Please, teme! Aku kan hanya ingin lihat jalannya pemotretan. Oke ya?" Naruto memohon pada Sasuke dengan muka yang dibuat semelas mungkin. "Seumur-umur aku belum pernah lihat pemotretan profesional. Terakhir kali lihat saja itu waktu Ita-nii dan Kyuu-nii yang dipotret buat majalah remaja lokal. Kau masih ingat kan, teme?"

Tentu saja Sasuke ingat. Itu adalah hari dimana ia mengetahui bakat besar pasangan Itachi dan Kurama, sekaligus hari dimana ia mendapatkan tanda pubernya.

Itachi dan Kurama yang saat itu masih SMA mendapat tawaran untuk menjadi model di majalah remaja lokal, kolom khusus untuk menampilkan remaja berpenampilan menarik yang bukan benar-benar model, namun amatiran. Tentu saja Naruto dan Sasuke terpaksa ikut diajak masuk ke studio tempat pemotretan karena mereka berempat sedang double date saat itu. Lebih tepatnya sih itu sebenarnya kencan Naruto dan Sasuke, tapi lagi-lagi Itachi dan Kurama memaksa ikut.

Naruto dan Sasuke sebenarnya juga berpotensial untuk dipotret, tapi karena model yang diperbolehkan adalah yang sudah menduduki bangku SMA, maka hanya Itachi dan Kurama yang mendapat kesempatan dipotret. Diluar dugaan pasangan Sasunaru, Itachi dan Kurama bisa berpose serius dan seperti profesional saat dipotret. Bahkan salah seorang staf menawarkan untuk mengenalkan mereka pada temannya yang bekerja di agensi modeling agar mereka bisa merambah ke dunia permodelan yang serius. Tentu saja Itachi dan Kurama langsung menolaknya dengan santai. Mereka masih ingin bersenang-senang tanpa ingin terikat dengan kontrak dan semacamnya. Saat itu, Naruto dan Sasuke dibuat kagum dengan keteguhan hati kakak-kakaknya tersebut. Meski banyak remaja yang begitu ditawari untuk jadi model langsung mengiyakan, namun ternyata kakak-kakaknya ini berbeda dan berprinsip.

Tidak hanya itu, mereka ternyata punya bakat lain yang tidak kalah mencengangkan. Sewaktu mereka sudah selesai pemotretan dan diijinkan pulang, Kurama malah menyuruh Sasuke dan Naruto untuk berpose. Sasuke dan Naruto pun oke-oke saja karena mereka masih merasa terinspirasi oleh Itachi dan Kurama tadi. Itachi yang entah bagaimana caranya bisa meminjam kamera, berlagak ala fotografer profesional dengan Kurama sebagai pengarah gaya dan pasangan Sasunaru sebagai modelnya.

Awalnya sih, Kurama hanya membuat mereka berpose ala model-model biasa dan mengarahkan gerakan mereka sementara Itachi mengambil gambar. Setelah beberapa gambar terambil dan diperlihatkan kepada beberapa staf, mereka terpukau dan memuji bahwa Itachi dan Kurama juga punya bakat tidak hanya sebagai model, namun sebagai fotografer dan pengarah gaya.

Sasuke dan Naruto pun menurut saja dengan arahan Kurama karena mereka pikir kali ini Kurama berubah menjadi seseorang yang serius. Namun lama kelamaan, Kurama sampai menyuruh mereka membuka baju. Pertama-tama sih masih wajar karena kata Kurama, ia ingin menampilkan keseksian yang dimiliki Naruto dan Sasuke, tidak peduli bahwa mereka masih di bawah umur. Staf-staf pun masih saja setuju.

Tapi lama-lama Kurama menyuruh mereka membuka resleting celana dan berpose dengan pose yang sebenarnya belum pantas untuk anak SMP. Naruto dan Sasuke yang saat itu pengalamannya hanya sebatas ciuman dan pemberian tanda di leher lagi-lagi seperti kerbau yang dicocok hidungnya, hanya bisa menurut walaupun merasakan firasat tidak enak. Lama kelamaan, Itachi dan Kurama malah mengambil alih studio tempat pemotretan dan membuat studio itu dipenuhi jeritan para staf wanita yang mendadak menjadi fangirls.

Firasat tidak enak Sasuke dan Naruto terbukti benar karena beberapa hari kemudian entah kenapa tatapan para gadis teman sekolah mereka menjadi terlihat lebih ganas dari biasanya. Beberapa dari mereka malah menjerit dan mimisan begitu melihat Sasuke dan Naruto. Tidak hanya itu, bahkan di jalan pun beberapa gadis yang kelihatannya masih SMA mendadak histeris dan melihat mereka dengan tatapan lapar. Yang heboh, mendadak entah bagaimana caranya beberapa produser film BL (Boys Love) mendatangi mereka dan merencanakan kontrak jangka panjang yang bisa dimulai setelah mereka berumur 18 tahun.

Apa-apaan kehebohan itu coba?

Dapat ditebak, itu adalah ulah Itachi dan Kurama, dimana Kurama menjual foto-foto yang dipotret oleh Itachi di studio kepada para fangirls di sekolah adiknya, juga di sekolahnya. Walaupun di antara foto-foto itu pose yang paling ekstrim adalah pose Sasuke yang sedang menandai leher Naruto yang sudah mempunyai beberapa bercak, namun itu sudah cukup untuk membuat para fangirls di SMP mereka mendadak dewasa sebelum waktunya. Dan entah siapa juga yang punya ide gila untuk memperlihatkan foto mereka pada produser BL itu. Tapi mengingat Kurama mendadak berpesan kepada Naruto bahwa kalau datang hari dimana Naruto mendadak jadi artis, Kurama ingin menjadi manajernya, saat itulah Sasuke dan Naruto paham siapa yang merencanakan hal nista itu pada mereka.

Satu hal lain lagi, di malam setelah pemotretan itulah Sasuke mengalami wet dream untuk yang pertama kalinya karena sebelum tidur ia teringat dan membayangkan kembali Naruto yang tadi topless dengan resleting celana terbuka. Sejak saat itulah kemesumannya mulai muncul, dengan Itachi dan Kurama sebagai tersangka tidak langsung.

Kembali ke jalan cerita, yang jelas, sekarang Sasuke sebenarnya ogah buat mendekati tempat pemotretan itu. Takut akan disuruh main film BL? Tentu saja bukan. Ia sih senang-senang saja kalau disuruh melakukan seks dengan Naruto. Tapi apa etis kalau ia melakukan seks dengan Naruto yang notabene akan menjadi malam pertamanya juga di depan banyak orang? Ia mau-mau saja kok direkam waktu berhubungan dengan Naruto, tapi dengan syarat, tidak ada orang lain yang boleh melihatnya selain dirinya dan Naruto. Alasannya hanya satu, ia adalah orang yang posesif, dan karena itu ia tidak ingin ada orang lain yang melihat tubuh telanjang Naruto-nya yang menurutnya seksi dan mengundang hasrat itu.

Jadi, keputusannya tetaplah tidak.

"Memangnya kau mau jika mendadak kesana, kau langsung disuruh untuk main film BL?" Sasuke mencoba menakuti Naruto. "Aku sih tidak masalah kalau harus memperjakaimu(?!) saat ini juga," ucapnya sambil melirik Naruto, mencoba melihat ekspresi yang tergambar di wajahnya.

Naruto tampak agak terkejut. Tampaknya ucapan Sasuke agak berpengaruh. Tapi kemudian ia menggelengkan kepala kuat-kuat dan memegang lengan Sasuke dengan kedua tangannya. "Aku nggak mau kalau disuruh main film begituan sih. Tapi itu kan hanya pemotretan, teme! Bukan syuting film! Ayolah…"

"Aku tidak mau tanggung jawab kalau mendadak kau disuruh ikut pemotretan sambil telanjang," ancam Sasuke. "Setelah itu, mungkin kau akan disuruh berpose sambil memasukkan *piip*mu dalam *piip*mu sampai akhirnya *piip*mu menjadi *piip* dan kau tidak boleh mengeluarkan *piip* sebab *piip*mu akan disumbat sampai kau kesakitan karena ingin *piip* tetapi tidak bisa, sedangkan kau tetap harus menggerakkan *piip*mu di dalam *piip*mu dan…"

"Sudah temeeee!" Naruto memejamkan matanya erat-erat sambil menutup telinganya dengan kedua tangan, merinding dangdut karena ucapan Sasuke yang ngawur itu. Ia sebenarnya heran kenapa Sasuke yang seharusnya jadi karakter irit bicara mendadak bisa banyak bicara mesum sampai penuh badai sensoran, dalam satu tarikan napas.

"Makanya…" Sasuke menghela napas. "…kita balik saja ke vila."

Dengan cepat Naruto langsung memegang tangan Sasuke lagi. "Tapi aku masih ingin lihat, teme. Lagipula, kalau mereka bisa sampai menyewa pulau pribadi ini, mereka bukan orang sembarangan. Siapa tahu artis terkenal," ucap Naruto-memohon.

"Tapi kalau kau-"

Ucapan Sasuke terpotong karena mendadak Naruto menaruh jari telunjuknya tepat di bibir Sasuke. Setelah itu, sebelah tangannya bergerak untuk meraih belakang kepala Sasuke, membawanya mendekat ke wajahnya sendiri. Wajah mereka sudah hampir menempel, hanya berjarak satu jari Naruto yang menjadi pemisah antara bibir mereka berdua.

Masih sambil belum melepaskan jarinya dari antara bibirnya dan bibir Sasuke, Naruto tersenyum. Matanya melembut dan menatap onyx kelam di depannya. "Hanya melihat, teme. Lagipula aku tidak sebodoh itu sampai lupa seberapa posesifnya dirimu. Mana mungkin kau akan diam saja membiarkan orang-orang melihat tubuh telanjangku yang sebenarnya kusimpan hanya untukmu?"

Selesai mengucapkan kalimat itu, Naruto melepas pemisah yang berada di bibir mereka berdua, membawa semenya itu ke dalam satu ciuman yang lembut. Bibir Sasuke diraupnya terus menerus, seakan ia tidak ingin bibir itu terlepas darinya. Sasuke sendiri sudah memejamkan matanya disaat merasakan bibir Naruto menyapu bibirnya. Ia membiarkan Naruto yang mendominasinya kali ini.

Sasuke selalu menikmati saat-saat dimana bibir Naruto-lah yang terlebih dulu menyentuh bibirnya. Memang terasa bukan pemikirannya sebagai seorang Uchiha, tapi ia merasa ia bisa merasakan cinta Naruto mengalir melalui sapuan di bibirnya. Ia juga menikmati saat-saat dimana Naruto-lah yang berinisiatif memasukkan lidahnya ke mulutnya. Lidah itu pulalah yang membuatnya mulai menyukai rasa ramen, walau ia tidak suka harus makan ramen yang sebenarnya. Ia menikmati saat-saat dimana lidah Naruto bergulat dengan lidahnya. Untuk kali itulah Sasuke tidak mengenal batasan antara menang dan kalah, karena yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana ia bisa mengambil semua rasa ramen yang menurutnya ada dalam lidah Naruto, agar ia bisa seperti merasakan lidah Naruto dalam mulutnya walaupun mereka tidak sedang bersama. Ia juga menikmati saat-saat dimana Naruto-lah yang menjilat gigi-gigi putihnya. Mengingatkannya pada masa kecilnya dimana Mikoto membantunya menyikat gigi dengan pasta gigi kesukaannya. Sekarang lidah Naruto telah menggeser posisi pasta gigi kesukaannya itu dari peringkat pertama.

Perlahan, Naruto menarik lidahnya dari dalam mulut Sasuke dan melepas ciumannya. Tangannya bergerak menuju ke bibir Sasuke dan mengusap saliva yang tertinggal disana.

"…Ya?" tanya Naruto singkat.

Secara reflek, Sasuke langsung mengangguk. Tanpa Naruto harus mengucapkan, Sasuke tahu kalau ciuman tadi adalah sogokan dari Naruto yang sudah berkeinginan. Tahu saja dia kalau dirinyalah yang menjadi kelemahan Sasuke. Tapi Sasuke pun menyukai sogokan semacam ini.

Dengan senyum yang lebar, Naruto segera menggamit tangan Sasuke dan berjalan mendekati lokasi pemotretan. Sebenarnya kenapa ia sebegitu ngototnya ingin melihat pemotretan itu?

Rambut oranye kemerahan yang dimiliki model itu, Naruto merasa pernah melihatnya entah dimana. Tapi mana mungkin ia mengatakan ingin pergi melihat pemotretan dengan alasan itu ke Sasuke? Bisa-bisa dia malah cemburu, mengira Naruto tertarik pada si model, dan berujung dengan mengurungnya dalam vila terus-terusan.

Mereka sudah semakin dekat dengan lokasi pemotretan. Model itu masih berpose dengan agak membelakangi Naruto dan Sasuke, sehingga mereka tidak bisa melihat wajahnya. Namun pada jarak tertentu, Naruto berhenti melangkah. Ia tidak ingin mengganggu pemotretan itu hanya karena penasaran.

Selama beberapa waktu Sasuke dan Naruto hanya terdiam dan mengamati bagaimana pria berambut hitam panjang itu mengarahkan sang model untuk berpose. Tampaknya pemotretan itu memang benar-benar pemotretan untuk komersial suatu produk. Pria rambut hitam itu menyuruh si model untuk mengubah pose duduknya di karang sehingga celana panjang yang dipakainya terlihat dari berbagai macam sisi. Dengan tanggapnya, model itu berhasil memenuhi keinginan pengarah gayanya sehingga pemotretan berlangsung dengan lancar.

Sasuke dan Naruto masih terus saja mengamati jalannya pemotretan, sampai akhirnya mereka menyadari keberadaan figur lain di dekat mereka. Dengan serentak, mereka menolehkan kepala, dan melihat bahwa ada bocah yang berumur sekitar 6 tahun sedang memandang Naruto dengan tidak berkedip. Bocah itu kelihatannya adalah bocah berjenis kelamin lelaki, berambut merah dan lurus, dibiarkan agak panjang sehingga sedikit menutupi sebagian wajahnya.

Sasuke mengernyit melihat bocah yang sedang memandangi 'istri'nya itu dengan intens. Ia tahu kalau Naruto memang punya feromon berlebihan, tapi ia tidak menyangka kalau feromonnya itu akan sampai memikat anak kecil seumuran anak di dekatnya itu. Apa kata kalau Sasuke harus mendapat rival baru yang masih bocah, secara harafiah?

Naruto yang dipandangi hanya bisa tersenyum dengan sedikit grogi. Apa ada yang aneh di wajahnya? Atau jangan-jangan anak itu memergoki ciuman mesranya dengan Sasuke tadi gara-gara masih ada saliva tertinggal di sudut bibirnya? Atau jangan-jangan anak tadi mendadak mempunyai pikiran nista dan juga berniat mengontraknya sebagai pemeran di film BL? Jangan-jangan malah anak ini adalah produser film BL yang berpura-pura jadi anak kecil? Rasanya kepintaran Naruto telah tersedot di scene sebelumnya dimana ia bisa mengatakan kata-kata yang membuat pertahanan Sasuke runtuh tadi.

Mendadak, anak itu menangkupkan kedua tangannya ke tangan Naruto. Masih dengan menatap Naruto, ia tersenyum lebar. "Ketemu juga…"

Sasuke dan Naruto menaikkan alis secara bersamaan, tidak paham dengan maksud bocah ini. Memangnya tadi mereka main petak umpet bersama-sama?

Bocah yang membuat bingung itu menggenggam tangan Naruto lebih erat. Senyum yang seperti senyum kemenangan itu masih saja terlukis di wajahnya. "Akhirnya ketemu juga, pasangan takdir papa."

Kali ini Sasuke dan Naruto secara bersamaan melebarkan bola matanya, menatap bocah itu dengan pandangan kaget.

Tanpa mempedulikan kekagetan Sasuke dan Naruto, bocah itu langsung memeluk lengan Naruto. "Karena kau pasangan takdir papa, kau akan jadi 'mama'ku!" ucapnya bahagia sambil mengusapkan wajahnya sendiri ke lengan Naruto.

Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa bocah itu? Siapa papa yang dimaksud olehnya? Kenapa mendadak Naruto harus jadi 'mama' tanpa persiapan? Apa maksud dari pertanyaan-pertanyaan aneh ini?

Nantikan kelanjutannya di chapter 2…


Cuapan author yang random:

Hohohohoho ini nih buat yang minta sequel. Ohohohoho

Buat yang ngga login tapi review di part 2 di prequelnya, maaf ngga bisa bales, tapi makasih buanyaaak uda baca n uda review. Review kalian berharga buat author. :')

Btw, akhirnya jadi juga chap 1nya sequel ini. Setelah berpetualang di avatar world, akhirnya saya mendapat inspirasi buat ngetik. #ngeles Sebenernya sih ini gara-gara abis selesai minggu ujian. xD jadi bisa ngetik deh. Dan diharapin sih karena abis ini ada libur musim semi mayan panjang, ini fic bisa diketik kelanjutannya. Tapi itu kalo ada yang pengen ini fic lanjut sih. Kalo ngga ada, ya sudah, saya nikmatin saja sendiri sambil ngegaje di kamar. xD *dibejek*

Tapi perlu diperhatikan, mungkin di fic ini ngga akan ada humor sebanyak prequelnya. Ada sih ada, cuman mungkin ngga akan sebego di prequel. x)

Oiya, buat temen2, bisa panggil saya dengan nama sesuai yang tertera di username, ato bisa panggil eeve, plesetan nama asli saya yang dikasi dari temen. Ato terserah panggil apa, asal enak didenger xD *ditabok*

Sekian dulu cuap sekaligus curcol saya. Maap kalo note-nya panjang, maklum baru lumayan galau. Maap kalo ada keanehan dalem fic maupun typo dkk, maklum ngetik sambil galau ababil #ngeleslagi

Mind to RnR?