My Maid-san [1/3]

Ace x fem!Luffy

AU, romance

.

.

.

First ff di fandom ini dan first ff rate M, jadi mohon maklum apabila alur terlampau cepat, bahasa tidak dapat dipahami, tidak panas namun hanya terasa hangat, dan kesalahan lainnya. Comment sangat di tunggu untuk perbaikan kedepannya. Terima kasih, selamat membaca~

One piece dan seluruh cast milik Oda-sensei, tapi alur murni hasil pemikiranku

pict bukan buatanku, aku hanya merender dan menggabungkannya.

pict ku ambil dari :

Pict Luffy : /page/anime/7713117/female-luffy-and-ace (The Goddess of War)

Pict Ace : dark-king-ace./art/Dressrosa-One-Piece-Render-435284147 (Dark King)

.

.

WARNING!!!

RATED M!!

.

.

.

.

.

"Ace, kau dapat 'barang' baru?" Pria dengan rambut kuning bak kulit pisang itu menatap lawan bicaranya sambil meneguk wine dari gelasnya.

"Hm" lawan bicaranya hanya bergumam singkat. Menggoyangkan gelasnya dengan gerakan melingkar membuat wine di dalamnya ikut berputar.

"Seperti apa? Berikan salah satu 'barang'mu itu padaku, Ace. Aku butuh refreshing" Marco -pria rambut kuning- memutar posisi duduknya menghadap Ace -lawan bicaranya-.

"Ambillah. Aku juga bosan dengan mereka" Ace berhenti memutar gelasnya lalu meminum wine di dalamnya dalam perlahan-lahan dan penuh elegant.

Mata Ace menatap gelas berisi wine di tangannya. Suara dentuman keras musik seolah tak membuatnya terusik dari lamunannya. Pikirannya mulai melayang-layang ke beberapa jam yang lalu saat dia pulang ke rumah karena panggilan ayahnya.

Flashback

"Sudah ku bilang aku tidak tertarik dengan perjodohan semacam itu!" Ace duduk di sofa dengan kasar. Mengambil gelas berisi vodka di meja di hadapannya dan menghabiskannya dalam sekali teguk."Aku tidak peduli! Kau harus menikah dengan anak itu! Dia adalah pendiri kelompok mafia besar. kita bisa membuat kelompok kita semakin besar dengan menikahnya kalian! Dan kalian sudah dijodohkan sejak kalian masih kecil!" Roger -ayah Ace- duduk di sofa yang bersebrangan dengan anaknya itu."Aku baru 25 tahun, ayah! Aku tidak mau menikah!" Ace memandang kesal pada ayahnya."Memangnya kenapa kalau 25 tahun, huh?! Kau tidak percaya diri pada kemampuanmu membuat keturunan sampai berkata seperti itu?!" Roger mencela dengan nada tinggi dan meremehkan."Aku hanya BELUM mau menikah, ayah. Persetan dengan keturunan. Aku bisa membuatnya sebanyak yang kumau dengan banyak wanita!"Plak!Ace terkejut. Pipi kanannya terasa panas saat tangan ayahnya menamparnya dengan keras. Ace menatap Roger dengan kesal."Ap-""Berhentilah main-main dengan wanita sembarangan dan menikahlah! Kau sudah harus dewasa, Ace!" Roger mulai sedikit berteriak. Kesal dengan tingkah anaknya yang tidak pernah serius.Ace masih menatap kesal. Dia beranjak dari sofanya lalu bergegas meninggalkan rumah tanpa peduli omongan ayahnya yang menyuruhnya tetap disana.

end of flashback

"Oi Ace!" Ace tersentak saat tubuhnya di goyangkan beberapa kali oleh temannya, Marco.

"Kenapa tadi?" Ucap Ace saat tersadar dari lamunannya.

"Ck! Kau ini. Bagaimana tentang permintaanku tadi? Kapan akan kau berikan?" Tanya Marco masih dengan raut sedikit kesal karena di acuhkan.

"Ah, soal itu? Bagaimana kalau sekarang saja? Kau pilih saja sesukamu" Ace beranjak dari tempak duduknya. Menaruh beberapa lembar uang tip. Lalu berjalan keluar club diikuti Marco yang mengekornya.

*

"Okaerinasai (selamat datang), Ace-sama" beberapa maid berdiri di kanan dan kiri pintu masuk. Membungkukkan badan seraya menyambut kedatangan tuannya.

"Hm" Ace mengangguk dengan jawaban singkat lalu masuk ke kediamannya yang terbilang megah sebelum membisikkan sesuatu pada salah satu maid yang di balas dengan anggukan dan senyum. Marco masih mengekor Ace dengan setia.

Tuan? Ya tidak salah. Ace memang BARU 25 tahun. Tapi perusahaan yang dipegang olehnya berkembang sangat pesat dan membuatnya bisa membeli rumah beserta seluruh isinya dengan uang hasil keringatnya sendiri. Kaya, tampan, berkharisma. Siapa yang bisa menolaknya?

Ace membawa Marco ke ruangannya. Duduk berhadapan di sofa berwarna cokelat yang tampak mewah. Peralatan di dalam rumah juga tidak kalah mewah dengan warna cokelat dan emas yang mendominasi rumah.

"Huh~ padahal rumahmu megah begini, maid juga banyak pilihan. Tapi masih aja 'main' diluar. Aku heran" Marco menatap Ace yang sibuk menatap hpnya. Mencari kesibukan agar tidak bosan.

"Kalau bosan mau diapakan lagi" jawab Ace sekenanya.

Pintu ruangan itu terbuka. Sepuluh maid masuk bersamaan lalu berbaris kesamping.

"Pilih saja sesukamu. Ah, tapi semuanya pernah ku pakai" Ace menatap Marco yang tengah sibuk manatap satu persatu wajah maid di hadapannya.

"Kapan aku tidak mendapat bekasanmu, Ace?" Marco melirik Ace sebentar lalu kembali fokus memilih. Ace hanya tersenyum sesaat. Sedikit bangga karena selalu lebih dulu ketimbang Marco.

"Ini pilihan yang sulit. Mereka semua nampak cantik..." Marco milirik sesaat ke arah dada para maid dengan tatapan mesumnya "dan menggoda". Para maid nampak malu-malu dengan ucapan Marco, sedangkan Ace hanya tertawa kecil menatap kelakuan temannya.

"Ambil saja semuanya" kata Ace dengan santai. Membuat Marco dengan cepat menengok ke arahnya.

"Kau serius, Ace?" Ace hanya mengangguk. Meyakinkan Marco yang nampak kaget dengan pernyataan Ace.

"Kalau begitu, aku ambil semua ya" Marco memeluk beberapa maid sekaligus, lalu mengusapkan wajahnya di dada maid dengan tampang bahagia.

Tok tok tok.

Pintu terbuka lagi. Seorang maid membawa kereta makanan dengan teh dan beberapa cemilan di atasnya.

Maid itu mendorong keretanya sampai ke dekat meja di depan Ace. Meletakkan beberapa cemilan dan cangkir kosong di atas meja. Lalu menuang teh ke cangkir dengan sedikit gemetar.

Ace menaikkan sebelah alisnya. Matanya menatap maid itu lekat. Ia tidak pernah melihat maid itu selama ini. 'Orang baru?' pikir Ace yang masih menatap maid itu.

"S-silahkan Ace... mm.. -sama" mata Ace bertemu dengan maid itu sebelum dia menunduk sambil tangan kirinya memegang lengan kanannya dengan gugup.

Ace berdiri. Berhadapan dengan maid itu. Tangan kanannya meraih dagu gadis di depannya lalu memaksanya mendongak, hingga sepasang mata itu bertemu dengan mata Ace. Ace menatap mata obsidian di depannya dengan lekat. Melihat baik-baik wajah gadis di hadapannya sampai..

"Woah! Cantik!" Ace mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Marco mendekati mereka lalu ikut menatap maid itu dari atas ke bawah sambil tersenyum puas. "Oi siapa namamu?" Marco kini menatap mata obsidian itu.

"N-namaku.. Luffy" Marco dengan cepat menggenggam kedua tangan Luffy.

"Aku Marco. Kau boleh memanggilku Marco-sama. Ah, untuk pekerjaanmu selanjutnya, bagaimana kalau kau melayani ku? Aku yakin disini ada beberapa kamar ko-"

"Oi" Marco menatap Ace yang mengintrupsinya. Ace menghembuskan nafasnya sambil menunjuk para maid yang sebelumnya masuk.

"Sepuluh kurang untukmu?" Tanyanya skeptis. Marco hanya menyengir memamerkan deretan gigi putihnya.

"Yang satu ini untuk pemanasan. Lagian kau bilang aku boleh memilih sesukaku"

"Aku tau" Ace membuka mulutnya hendak berbicara namun dia mengurungkan niatnya. "Dia masih baru. Dan belum pernah ku pakai. Jadi aku harus memakainya dulu, baru ku berikan padamu" Luffy dengan cepat menatap Ace dengan mata terbuka lebar. Kaget dengan pernyataan Ace barusan.

"Kau terlalu kaku padaku. Kita pakai berdua saja" Marco menyenggol lengan Ace berusaha membujuk Ace mengabulkan permohonannya.

"Tidak" ucap Ace tegas. Menarik lengan Luffy ke arahnya, menjauhkannya dari Marco.

"Kau pelit sekali, Ace. Hei nona, ku beri tau ya. Ace itu kalau main kasar. Kau pasti di ikat di ranjang jadi dia bisa bebas memainkan tubuhmu. Belum lagi sex toy yang dia simpan di laci kamarnya. Hah, dia itu tipe yang suka menyiksa lawan mainnya. Apalagi kenyataan bahwa sampai akhir hanya kau yang dibuat berantakan, sedangkan Ace menyelesaikan permainannya dengan pakaian yang masih menempel di badannya. Menyebalkan bukan?" Ucap Marco panjang lebar dan pada maid yang sudah pernah melakukannya dengan Ace mengangguk-angguk meng'iya'kan pernyataan Marco.

"Urusai! (Diam!). Memangnya apa yang salah? Kalau aku tidak terangsang buat apa susah-susah melepaskan pakaian?" Ace mendengus kesal pada Marco yang hanya menggeleng-gelengkan kepala. Di tatapnya Luffy yang mukanya kini entah mengapa memerah.

"Kau kenapa? Membayangkan yang di katakan Marco?" Luffy memandang Ace, wajahnya masih terasa panas terlebih saat melihat tokoh utama yang dibicarakan Marco. Luffy buru-buru menggelengkan kepalanya cepat. Ace menyeringai menatap mainan barunya yang nampak gelagapan, dan malah membuat Ace ingin mengikat dan buru-buru bermain dengannya.

Ace mendekati Luffy perlahan menyejajarkan tingginya dengan Luffy yang lebih pendek darinya lalu berbisik pelan "Kau tak usah membayangkannya, karena kau akan merasakannya sebentar lagi. Fuu~" Ace meniup telinga Luffy setelah berbisik membuat Luffy merinding serta geli.

"Marco" Marco menatap Ace yang memanggilnya dengan menaikkan sebelah alisnya tanda dia sudah menyimak Ace. "Kau boleh lakukan semaumu pada mereka. Tapi jangan membuat berantakan. Kau juga boleh main di salah satu kamar di sini. Tapi jangan ganggu aku, aku akan sangat sibuk" Ace menempuk pundak Marco dan Marco hanya mengangguk sambil tersenyum lalu menaikkan kedua jempolnya tanda dia setuju dan paham.

Ace menarik tangan Luffy agar lebih dekat padanya lalu menggendongnya bak karung beras di pundak kanannya. Luffy membelalakkan matanya.

"A-ace apa yang kau lakukan? Turunkan aku" Luffy meronta di gendongan Ace, namun Ace tidak meresponnya. Dia melepaskan sepatu yang dipakai Luffy, lalu berjalan santai ke arah kamarnya dengan Luffy dalam gendongannya yang tidak berhenti meronta-ronta.

"Ku rasa sebentar lagi aku akan mendengar teriakkan dan desahan bersamaan" ucap Marco lalu merapatkan kedua bibirnya sambil menatap Ace yang membawa Luffy di pundaknya. Lalu Marco kembali melihat pada maid yang tersisa.

"Kita juga tidak boleh kalah. Ayo antar aku ke kamar kosong" Marco menggandeng beberapa maid sekaligus dan akan membawa mereka menuju surga dunia, menurut Marco.

*

Ace menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Lalu melemparkan Luffy ke kasur king size miliknya.

"Ukh-" Luffy memegang kepalanya yang sedikit pusing akibat goncangan saat terlempar.

Ace menatap Luffy dengan seringai singkat lalu membuka jam tangannya dan memasukkan ke laci di samping kasur. Membuka satu kancing atas kemejanya hingga dua kancing teratas terbuka (karena yang paling atas dari awal emang ga di kancingin).

Luffy menatap Ace saat pusing di kepalanya sudah hilang. Ace kini duduk di pinggir kasur sambil menatap Luffy dengan pandangan mmm... pervert?

Di raihnya tengkuk Luffy dan menautkan bibirnya dengan bibir gadis itu. Luffy kaget dengan perlakuan Ace, dia mendorong dada Ace dengan sekuat tenaga, berusaha melepaskan tautan bibir mereka. Namun tenaganya tidak sebanding dengan Ace yang justru semakin menarik tengkuk Luffy, memperdalam ciuman mereka.

Ace menjilat, mengemut, dan sesekali menggigit bibir Luffy yang dirasa sangat manis. Entah kenapa rasanya berbeda dengan gadis lain yang dicium Ace. Bibirnya lebih manis dan... memabukkan.

Ace mulai memainkan lidahnya. Mencari akses masuk ke mulut Luffy yang tertutup rapat. Tidak mengizinkan Ace untuk lebih menjamah mulutnya.

Tangan kanan Ace yang bebas memeluk pinggang ramping Luffy. Mengelusnya perlahan membuat sensasi aneh di kulitnya. Tangannya mulai naik dan meremas salah satu gundukan di dada Luffy yang masih terbalut pakaian maid.

"Akh-" Luffy terperanjat saat dadanya di remas kuat oleh Ace. Mulutnya terbuka dan Ace tidak menyianyiakan kesempatan itu, lalu memasuki lidahnya ke mulut Luffy. Menjelajah tiap inchi mulutnya dan mengajak lidah Luffy untuk bertautan.

Luffy kacau. Dia tidak bisa berpikir apapun saat ini. Tangan kanan Ace kini sudah menyelinap ke dalam baju maid yang di kenakan Luffy, mengusap-ngusap kulit putih dan lembut itu. Membuat sang empunya kulit menggelinjang geli dan mendesah di sela ciuman panas mereka.

"Mmhh..." sungguh pikiran Luffy sangat kacau. Ini pertama kalinya dia melakukan hal ini. Dan ini adalah ciuman pertama Luffy. Dia bahkan tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Tangannya yang semula mendorong dada Ace kini menggenggam kemeja Ace sampai membuatnya kusut. Luffy tidak peduli. Dia butuh bernafas, tapi Ace sama sekali tidak memberikannya ruang untuk bernafas sekalipun.

Saliva mereka bertukar saat kedua lidah itu mulai bergulat dan menyalurkan rasa hangat. Pasokan udara Luffy semakin habis dan dadanya semakin sesak. Dia memukul-mukul dada bidang Ace untuk memberi tanda kalau dia sudah tidak kuat.

Ace tidak memperdulikannya, dan terus melanjutkan aktivitasnya, ada yang berbeda dari gadis yang kini sedang memukulnya. Rasanya berbeda saat dia melakukan hal yang sama pada perempuan lain. Kenapa?

Ace melepaskan tautan bibir mereka saat pasokan udaranya juga sudah hampir habis. Sisa saliva mengalir turun ke dagu mereka. Ace dapat melihat wajah lawan mainnya yang sudah sangat merah dan terengah-engah karena kehabisan nafas.

Tubuh Luffy melemas. Otaknya masih belum bisa berfikir jernih. Terlebih saat tangan Ace yang berada di balik bajunya mulai menemukan pengait bra yang Luffy kenakan. Dengan panik Luffy menahan tangan Ace dari luar bajunya.

"J-jangan lakukan itu, Ace" Luffy menatap Ace sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ace menarik sebelah sudut bibirnya naik. Tangan kirinya memegang dagu Luffy. Lalu dia mendekatkan wajahnya pada Luffy yang menatapnya dengan takut.

"-sama" ucap Ace dingin sambil menatap mata Luffy dengan tajam. Luffy menelan ludahnya dengan susah karena tatapan Ace terasa sangat mengerikan.

"A-Ace-sama" Luffy meralat ucapannya barusan. Ace menjauhkan wajahnya dari wajah Luffy lalu mengeluarkan tangannya dari baju maid yang di gunakan Luffy yang membuatnya sedikit bernafas lega. Ace membuka laci kamarnya dan mengeluarkan tali lalu kembali menutup laci itu.

Wajah Luffy kembali menegang saat melihat tali yang di pegang Ace. Kata-kata Marco kembali masuk ke kepalanya dan membuatnya semakin takut.

"Sepertinya kau masih baru. Jadi aku kan 'mengajari'mu" Ace mengulur tali yang tadi terikat dan membuatnya siap pakai.

"Kumohon jangan" Luffy menggelengkan kepalanya dan tubuhnya perlahan mundur, menjauhi Ace yang sedang menyeringai.

Tangan kanan Ace menarik lengan Luffy dengan kasar dan kuat, hingga tubuh gadis itu maju dan masuk ke dekapan Ace. Luffy bisa mencium bau citrus yang keluar dari tubuh Ace. Dan Ace dapat mencium bau strawberry yang menyeruak dari rambut hitam Luffy. Ace membuka sepatunya. Menggendong Luffy dalam pelukannya ke tengah kasur lalu memangkunya.

Ace mengatur kaki Luffy agar mengapit tubuhnya. Menarik tubuh gadis itu lagi ke dalam pelukannya. Tidak seperti gadis lain yang menggunakan parfum berbau aneh. Tubuh Luffy berbau seperti buah-buahan yang membuat Ace betah berlama-lama memeluknya. Luffy hanya diam dalam pelukan Ace yang hangat. Dia merasa tubuhnya yang kecil jadi terlindungi oleh tubuh Ace yang besar. Luffy tersenyum namun tak terlihat karena wajahnya menghadap dada bidang Ace. Dentum jantung Luffy mendadak cepat, membuat Luffy semakin gugup dan wajahnya memanas.

Mereka hanya dalam posisi itu selama beberapa saat. Saling diam tanpa melakukan apapun. Tapi juga saling menikmati tiap momennya. Tangan kanan Ace masih menggenggam tali untuk mengikat Luffy. Dan Luffy tau itu.

"Luffy" panggil Ace. Membuat yang punya nama mendongak ke atas menatapnya. Ace perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah gadis di depannya. Bermaksud kembali menautkan bibir mereka dalam ciuman panas dan membuat jantung Ace berpacu itu.

Namun sebelum bibir mereka bertemu. Luffy kembali menyembunyikan wajahnya di dada Ace. Membuat Ace kembali menarik wajahnya menjauh. Ace sudah siap mengikat Luffy kalau dia tidak mau diatur.

"A-Ace..sama" gadis itu masih menyembunyikan wajahnya. Dan suaranya terdengar gemetar.

"Hm?"

"J.. mm.. jangan pakai tali, Ace.. sama" Luffy menampakkan wajahnya yang memerah entah karena malu atau apa. Matanya bergerak-gerak memandang Ace. Bibirnya terpout secara menggemaskan. Dan nadanya terdengar seperti gadis yang merajuk.

Ace menahan nafasnya untuk sesaat. Jantungnya berdetak-detak dengan tempo yang sangat cepat. Salivanya mendadak sulit untuk tertelan. 'Damn!' pikir Ace yang merasa bahwa libidonya naik secara drastis. Entah kenapa di mata Ace, Luffy seperti menawarkan diri untuk 'dimakan' olehnya, dan itu sangat menggoda.

"Hanya saat kita sedang bercinta. Kau ku izinkan.. tidak, aku memerintahkanmu untuk memanggil hanya dengan namaku" Luffy mengangguk setuju.

Ace menggulung lagi tali yang hendak dia pakai, lalu di lempar ke sembarang tempat. Diraihnya tengkuk Luffy dan mendekatkannya. Menautkan kembali bibir mereka. Tapi kali ini Luffy tidak meronta. Tidak juga memukulinya. Malah dia melingkarkan tangannya pada leher Ace walau dengan sedikit ragu.

Kini, Ace mencumbu gadis itu dengan panas. Bergulat dengan lidah Luffy yang kini mulai memberikan respon positif dengan membalas ciuman Ace. Membuat pria itu semakin tidak bisa menahan diri untuk 'memakan' gadis di depannya.

Tangan kanan Ace kembali masuk ke baju Luffy mengelus punggung putih gadis itu. Membuatnya menggeliat kegelian. Ace membuka kaitan bra Luffy, kali ini tidak ada protes dari pemiliknya. Hanya menggeliat saat tangan Ace kini meraba disekitar tulang belikatnya.

Ace menarik Luffy lebih mendekat kepadanya. Membuat jarak antara mereka terkikis habis. Tautan bibir mereka terlepas sesaat untuk mengambil nafas. Tapi tidak untuk Luffy.

"Nngghhh~ A-Ace" desahan lolos saat tangan Ace menyelinap ke dalam bra Luffy yang longgar dan meremas salah satu gundukan itu perlahan, mengocoknya dan membuat si empunya hilang kendali.

Dada Luffy tidak besar, tapi juga tidak kecil. Cukup pas di tangan Ace dan memudahkannya memainkannya sesuka hati. Melihat ekspresi kacau Luffy merupakan kesenangan tersendiri untuk Ace. Karna dia lah yang membuat gadis itu mendesah, meracau dan bergerak tak karuan. Dan itu justru membuatnya semakin bersemangat meremas dan mengocoknya semakin kuat

"A-Ace.. sshhh-" Luffy menggigit bibir bawahnya agar desahan itu tidak keluar lagi dari mulutnya. Sungguh Luffy tidak kuat lagi. Sensasi yang diberikan Ace sungguh membuatnya mabuk. Ini sakit saat Ace melakukannya dengan keras tapi di sisi lain dia juga menyukainya.

Siksaan Ace tidak berhenti sampai di situ saat tangan kirinya menyusup ke dalam bagian bawah dress gadis itu. Membelai, mencubit pantat Luffy semakin membuat Luffy mabuk kepayang dan menggeliat. Dia menggerakkan pinggulnya ke kanan kiri.

"A.. ce.. Nnngghhh~ tangan.. mmhh~ mu.." Ace terperanjat sesaat, saat dia tau kalau Luffy tanpa sengaja ikut menggesek 'adik'nya di bawah sana karena bergerak tidak karuan.

"Lu.. Luffy berhenti bergerak seperti itu" libidonya semakin naik dan Ace tau hanya menghitung waktu sampai 'adik'nya bangun dengan sempurna.

Luffy tidak memperdulikan Ace. Sibuk meracau karena sentuhan Ace sungguh memabukkan. Desahan, gesekkan, semua itu membuat 'adik'nya terbangun. Ace, mengurung mulut Luffy dengan menciumnya intens, agar tidak ada desahan keluar lagi dari mulutnya.

Bibir, lidah, dada dan pantat Luffy dijamah oleh Ace. Luffy merasa kali ini tubuhnya bukan milik dia sendiri, tapi milik Ace.

Ace menghentikan seluruh sentuhannya saat melihat Luffy sudah diambang batas. Dia tidak ingin menyiksa gadis itu lebih dari itu, setidaknya untuk saat ini. Nafas mereka sama-sama tersenggal akibat ciuman, benang-benang saliva terbentuk dari mulut keduanya. Ace menunjukkan tangan kirinya yang basah pada Luffy sambil menyeringai.

"Luffy, kau sudah basah" lawan bicaranya tidak membalas, terlalu malu hingga dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Ace. Beberapa menit terlewati hanya untuk menetralkan nafas mereka. Membiarkan tubuh Luffy beristirahat sebelum Ace melanjutkan aksinya lebih dari yang tadi.

"Ace.." Luffy mendongak, menatap lawan mainnya.

"Hm?"

"Aku merasa sesuatu yang keras menusuk.. mm.. kau tau? Daerah sensitifku" Luffy menggerakkan sedikit pinggulnya agar benda itu tidak terlalu menusuknya.

Wajah Ace memanas mendengar pengakuan jujur gadis itu. Diciumnya cepat pipi Luffy yang memerah.

"Ya, aku tau. Dan kau tau apa artinya?" Luffy menggeleng. "Itu artinya kau tidak akan bisa berhenti sampai aku merasa puas" bisik Ace di telinga Luffy dan membuat wajahnya semakin memerah. Kali ini Luffy mengangguk, entah apa tandanya. Seperti izin kalau Ace boleh melakukan lebih, mungkin?

Ace menidurkan gadis dalam pangkuannya ke kasur. Menatapnya lembut, lalu mengusap pipi merah gadis itu.

"Kita lanjutkan?" Dan lagi, Luffy mengangguk

TBC

huhuhuhu.. maafkan aku kalau kalian sebal karna aku memotongnya di bagian ini.. tapi aku tuh... merasa ini udah panjaaaaaannngg banget T_T

aku takut kalian terlalu lelah membacanya, jadi ku sudahi dulu sampai disini..

chapter selanjutnya segera menyusul.. mohon kritik dan saran di kolom komentar