Title : She's Not Me
cast : - Do Kyung Soo, -Kim Jongin
Genre : Hurt, Drama Family
Lenght : Oneshoot
summary : "Aku tak ingin menghapus kebahagiaan itu."
Aku menatap pantulan wajahku didepan cermin. Mungkin sudah cukup. Aku tak tau lagi akan menambahkan riasan seperti apa untuk mempercantik wajahku. Yang pasti secantik apapun wajahku, aku tetap tak akan siap untuk menjadi orang lain. Menjadi dia.
"Permisi, dibawah sudah ada yang menunggu mu, nona." Kata pak Shin, asisten pribadi ayah ku. Setelah dia pergi aku kembali mematut diriku pada cermin. Aku tak siap. Sungguh tak siap.
Aku menuruni satu persatu anak tangga dengan perasaan campur aduk. Aku akan menemuinya, berbicara dengannya, menatap wajahnya setelah sekian lama tak melihatnya. Yah… Setelah kejadian 1 tahun lalu. Kejadian yang mengharuskan aku mengakhiri hubungan ku dengannya secara sepihak.
Didalam keluarga ku perjodohan adalah hal biasa yang selalu dilakukan secara turun temurun. Hal itu membuat setiap anak yang lahir di keluarga besar ku takut untuk menjalin sebuah hubungan kerena tau akhir dari semuanya adalah kesedihan. Dan mereka semua terlalu pengecut untuk mengambil konsekuensi itu. Namun aku dengan sok beraninya menjalin hubungan yang seolah haram dalam keluarga ku itu, karena tak ada alasan untuk tidak mencoba sesuatu yang sudah diketahui akhirnya, bukan? Bukan kah semua orang bisa merubah nasibnya?
Sookyung, kakak ku, lebih tepatnya adalah saudara kembar ku telah dijodohkan dengan seseorang bermarga Kim. Awalnya aku tak memikirkan perjodohan Sookyung karena hal itu sudah pasti akan terjadi. Yang aku pikirkan adalah tentang aku dan kekasih ku. Karena jika Sookyung sudah dijodohkan, maka tak akan menunggu waktu lama untuk aku menjadi target selanjutnya. Dan aku masih belum siap untuk meninggalkan kekasih ku.
.
.
.
"Soo, Kau melamun?" Aku menghentikan langkah ku saat mendengar suara itu, dan ternyata tanpa aku sadari aku sudah sampai dihadapannya. Puji Tuhan, aku beruntung tidak terjatuh saat menuruni tangga karena berjalan sambil melamun.
"Soo?" Aku mengerjapkan mata ku. Bodoh.
"Oh, Hai." Sapa ku kikuk. Dia mengerutkan kening bingung.
"Kau kelihatan pucat. Kau sakit Soo?" Tanyanya sambil mengangkat tangannya yang aku perkirakan pasti akan mendarat dikening ku. Namun sebelum itu terjadi aku langsung mundur dan itu membuat kerutan dikeningnya semakin bertambah.
"Aku baik-baik saja Kai." Aku menutup mulutku cepat. Satu kebodohan lagi. Sial bagaimana mungkin aku keceplosan memanggil nama itu.
Dia tersenyum.
Senyum yang aku rindukan.
"Kau tau Soo? Aku sangat rindu mendengar kau memanggil ku, Kai. Semenjak perjodohan ini kau selalu memanggil ku Jongin." Jelasnya. Aku tersenyum miris. Tentu saja karena itu bukan aku. Yang memanggil mu Jongin bukan Kyungsoo.
Malam ini keluarga Kim akan datang ke rumah untuk memperkenalkan anak mereka pada Sookyung. Dan kakak ku itu terlihat sangat gugup. Sementara aku hanya diam memperhatikannya. Apakah nanti aku juga akan seperti itu? Suara bel rumah membuat aku tersadar dari tatapan mata ku yang terus tertuju pada Sookyung. Eomma menyuruhku membukakan pintu.
"Annyeonghaseyo, silahkan mas…." Aku terpaku saat melihat Kai berdiri ditengah-tengan pria dan wanita paruh baya yang aku yakini adalah orang tuanya dengan senyuman mengembang dibibirnya. Senyuman yang sangat aku sukai. Senyuman kebahagiaan seorang Kim Jongin. Kim…..Kai ku. Milikku.
"Lihat sangat mirip dengan foto yang Eomma berikan bukan?" Tanya wanita itu. Kai menganggukkan kepalanya dengan pandangan yang masih menatap ku.
Ya Tuhan…
"Soo kenapa diam saja? Kenapa tamunya dibiarkan berdiri didepan pintu. Aigoo anak ini tidak sopan sekali. Ayo silahkan masuk." Kata Eomma menyadarkan aku. Aku masuk mendahului mereka, kemudian membawa Sookyung ke kamar ku sebelum Kai melihat kami berdua. Bodoh memang! Kenapa dari awal aku tak pernah menceritakan keluarga ku pada Kai.
"Ada apa dengan mu? Aku harus menemui keluarga Kim." Kata Sookyung kesal. Yah aku tau dia pasti tak ingin terlihat jelek didepan calon mertuanya.
"Kyung bolehkah malam ini aku menggantikan mu? Aku mohon. Setelah malam ini berakhir aku janji akan menceritakan semuanya padamu." Kata ku tak mempedulikan tatapan kebingungan Sookyung.
"Tapi bagaimana dengan appa dan eomma?" Tanyanya. Aku menarik nafas ku.
"Aku akan berusaha bersikap sepertimu. Aku mohon Kyung." Kata ku mencoba meyakinkannya.
"Tapi kenapa?" Aku menghela nafas. Kenapa?
"Karena calon tunangan ah ani, calon suami mu adalah kekasih ku. Jadi agar perjodohan mu berjalan lancar aku harus menjadi kau untuk malam ini." Jelas ku. Sookyung terdiam.
"Aku mohon. Tak ada waktu lagi Kyung." Ucap ku lirih. Setelah itu Sookyung menyetujuinya.
"Diam dikamar ku, jangan kemana-mana, arraso?"
.
.
.
"Rasanya sudah lama sekali sejak pertama kali aku bertemu dengan mu Soo. Bertemu, berpacaran dan berkat Tuhan ternyata yang dijodohkan dengan ku adalah kau." Kai terus saja bercerita tentang masa lalu yang membuat hatiku berdenyut sakit. Dia menceritakannya seolah-olah dia adalah laki-laki yang memiliki nasib paling beruntung didunia ini.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan Kai. Sebelum pernikahan mu besok." Kata ku.
"Pernikahan kita sayang, bukan hanya aku." Ralatnya. Aku tersenyum. Bahagia jika memang kenyataannya seperti itu. Tapi itu adalah semu, bangun dari sebuah kenyataan lagi, kenyataan yang sebenarnya adalah besok pernikahan mu –Kim Jongin, dengan Do Sookyung bukan dengan Do Kyungsoo.
"Kyung kau lama sekali, mana adik mu?" tanya eomma saat aku baru memasuki ruang makan. Aku menatap Kai. Dia mengerutkan keningnya bingung. Tentu saja dia tak tahu apa-apa tentang keluarga ku.
"Dia sakit perut. Katanya ingin tidur." Jawab ku. Eomma menatap ku curiga. Aku lupa bahwa Sookyung selalu berkata dengan penuh kelembutan. Sial!
"Katanya tak perlu khawatir eomma, dia baik-baik saja." Tambah ku. Eomma menganggukan kepalanya kemudian menyuruh ku duduk didepan Kai.
"Sepertinya uri Jonginnie sangat menyukai perjodohan ini." Kata eomma Kai. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Kau bahagia Kai? Lantas kenapa aku malah bersedih? Bukankah seharusnya aku bahagia saat melihat orang yang aku cintai bahagia?
"Jadi bagaimana jika acara pertunangannya kita laksanakan secepatnya?" Kata ayah Kai yang disambut tawa dan persetujuan dari eomma dan appa. Sementara aku dengan sekuat tenaga menahan tangis ku.
"Bisakah kita bicara Kai?" tanya ku setelah acara makan malam selesai. Appa dan ayah Kai sedang berbincang-bincang diruang tamu. Sedangkan para eomma membersihkan meja makan yang aku yakini hanya sekedar basa-basi karena biasanya eomma akan menyuruh Kang ajjuma, orang yang bekerja dirumah, untuk membereskannya.
"Tentu saja Soo. Kau mau membicarakan apa?" Tanya Kai. Aku hanya diam. Tapi menyuruhnya untuk mengikutiku dengan isyarat tangan.
"Soo hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan untuk ku. Tau bahwa gadis yang dijodohkan dengan ku adalah kekasihku sendiri." Kata Kai saat kami sampai dihalaman belakang rumah. Aku menarik nafasku berat. Bahagia katanya?
"Kai, apapun yang terjadi nanti, sifat dan sikap ku yang berubah kau harus tau bahwa aku selalu mencintaimu. Selamanya akan begitu." Kata ku pahit. Aku memutuskan untuk tak memberitahu kenyataannya pada Kai. Biarkan seperti ini. Biarkan dia bahagia seperti apa yang dikatakannya tadi. Maaf aku terlalu egois jika menyangkut masalah Kai.
"Tentu saja Soo. Aku juga akan selalu mencintaimu, apapun yang terjadi." Balasnya. Aku memeluknya, kemudian menangis dengan alasan aku bahagia…. Kebohongan.
"Gomawo." Dan itu adalah terakhir kalinya aku bertemu dengan Kai. Aku sudah menjelaskan semuanya pada Sookyung dan dengan egois aku menyuruhnya untuk tetap menjadi diriku, dan menutupi siapa dia sebernarnya dari Kai. Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah ku di Amerika… Satu-satunya cara agar aku bisa merelakan Kai dengan kakak ku.
.
.
.
"Kai maaf aku baru bisa jujur sekarang. Maafkan aku." Kata ku. Kai menatap ku bingung.
"Kai perkenalkan aku Do Kyungsoo adik dari calon istri mu, Do Sookyung." Ku lihat Kai bertambah bingung. Aku menarik nafasku berat. Sungguh paru-paru ku terasa terhimpit. Jujur saja aku tak sanggup mengatakan kebenarannya, namun aku sadar Sookyung pantas untuk dicintai Kai, dan Kai harus bisa mencintai Sookyung. Dan aku harus menebus keegoisan ku.
"Orang yang akan menikah dengan mu adalah Do Sookyung, bukan aku. Orang yang dijodohkan dengan mu adalah dia, kakak kandung ku, kembaran ku. Maaf." Kata ku sambil menunjukan selembar foto aku dan Sookyung. Kai menggelengkan kepalanya tak percaya. Dia menatap ku tajam. Tatapan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya.
"Jadi ini adalah alasan kenapa sifat itu berubah. Karena dia bukan Kyungsoo?!" teriak Kai. Aku menitikan air mataku.
"Saat itu aku melihatmu begitu bahagia Kai. Aku tak ingin menghapus kebahagiaan itu. aku meminta Sookyung tetap menjadi diriku. Aku begitu egois tak pernah memikirkan kesedihan Sookyung." Jelas ku.
"Jadi untuk apa sekarang kau datang dan mengacaukan semuanya?!" Aku tertohok oleh pertanyaan Kai itu. Hatiku sakit namun aku tak menyangkalnya. Karena benar aku adalah pengacau.
"Kai, aku hanya ingin merelakan mu dengan Sookyung. Aku ingin kau belajar mencintainya."
"Bagaimana bisa? Aku sudah mencintaimu lebih dari 3 tahun, dan 1 tahunnya aku habiskan untuk mencintaimu dalam sosok yang sama namun bukan kau. Bisa gila jika aku menikahi Sookyung karena yang aku lihat hanya bayangan mu!" Teriak Kai frustasi. Aku diam.
"Soo menikahlah dengan ku. Biarkan Sookyung mendapatkan orang lain yang bisa mencintanya sebagai dirinya Soo. Aku mohon." Suara Kai melembut dan itu semakin membuat ku merasa bersalah. Namun jika aku tetap mempertahan kan semua ini bukan hanya Sookyung yang hancur tapi kedua orang tua ku dan orang tua Kai juga akan kecewa.
"Besok aku akan kembali ke Amerika. Maaf, aku tidak bisa datang ke pernikahan mu. Maafkan aku Kai. Semoga kau bahagia bersama Sookyung." Setelah mengucapkan kalimat itu aku pergi meninggalkannya dengan hati yang amat sangat hancur serta perasaan bersalah yang tak akan pernah hilang seumur hidup ku.
Tuhan….
Aku tak yakin bisa membuat hatiku untuh kembali setelah hancur berkeping-keping seperti ini.
"Aku tak bisa Soo. Aku harus menjelaskan semuanya pada Jongin. Aku tak mungkin menikah dengan kebohongan seperti ini. Aku tak akan pernah bisa bahagia jika dicintai sebagai orang lain." Sookyung menatap ku marah. Aku menarik nafasku. Sesak, seakan aku berada disekeliling asap rokok.
"Kyung, Kai pasti tak akan bisa menerimanya. Biarkan kalian menikah dulu setelah itu aku akan menjelaskannya." Kata ku. Sookyung menggeleng.
"Aku mencintainya. Dan jika kami menikah Jongin akan mengucapkan janji untuk Do Kyungsoo buka aku. Bukan Do Sookyung. Aku ingin Jongin mencintaiku sebagai diriku walaupun sulit tapi dia harus menerimanya. Dan mau tak mau dia memang harus belajar mencintaiku." Aku terteguh mendengar pengakuan Sookyung. Namun sesaat kemudian aku tersenyum. Semua wanita memang tak akan sulit untuk mencintai seorang Kim Jongin,-Kai ku-.
"Jangan egois Soo. Aku juga ingin dicintai. Dan aku tak ingin Jongin mencintaimu lagi."
"Maafkan aku jika selama ini aku terlalu egois terus membiarkan Kai mencintaiku. Malam ini aku akan menjelaskan semuanya pada kai." Setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkan Sookyung dengan rasa sakit yang tak tergambarkan. Rasa sakit yang aku ciptakan sendiri.
Sesak. Aku merasa Tuhan akan mencabut nyawaku sekarang juga.
.
.
.
Aku meninggalkan rumah pagi-pagi sekali agar eomma tidak mengetahuinya. Aku sudah menulis surat bahwa aku tak akan kembali kerumah, bahkan ke Negara ini lagi. Aku ingin melupakan Kai. Membiarkannya hidup bahagia disini bersama Sookyung. Aku akan memulai kehidupan ku dari awal dan menyimpan rasa cintaku pada Kai. Yah… Seperti itu. Biarkan segalanya berjalan tanpa perlu aku rencanakan lagi….
-THE END-
ff ini udah pernah di post disini
untuk yang baca tolong review yaaaa. makasihhh hehehe.
I LOVE KAISOO-
Ps : *Italic : Flashback.
