Polaris
Cast: BTS Suga, J-Hope, Rap Monster, Jin
Rate: T
Warn: OOC
Note: A/B/O tapi bukan Wolf!AU, Omega!Yoongi, Beta!Hoseok, Beta!Namjoon, Alpha!Jin, tidak terlalu membahas A/B/O-nya sebenarnya.
Note(2): Beta itu bisa dibilang sama dengan manusia biasa, Alpha itu matanya berwarna merah dan Omega itu biru.
XXX
"Parah." Kata Hoseok.
Yoongi tidak bertanya ada apa dengan Hoseok, dia cuma melirik dan Hoseok pasti cerita sendiri.
"Kita tetangga, tapi kita cuma bisa bertemu di sekolah." Kata Hoseok.
Yoongi terkekeh.
Hoseok lalu duduk di bangkunya, di sebelah Yoongi, "Namjoon juga sama parahnya."
"Hm?"
"Dia licik, Yoongi, di dalam surat yang dia kirim untukku ada surat untukmu." Kata Hoseok, dia melempar amplop surat ke meja Yoongi.
"Itu namanya cerdas, dia hemat prangko."
"Aih." Hoseok menggerutu, "Kau selalu saja membela dia."
Yoongi cuma terkekeh. Dia memasukan surat dari Namjoon ke dalam tasnya, dia akan membacanya sembunyi sembunyi nanti.
"Aku bukan membelanya, aku cuma berpikir lebih baik dia kirim semua suratnya ke alamatmu." Kata Yoongi.
"Ya, kau benar. Maaf, Yoongi."
Mereka diam, dua duanya tahu kalau Namjoon mengirim suratnya langsung ke alamat Yoongi, bisa bisa Yoongi tidak pernah menerima surat itu sampai mati.
"Kau mau coba kabur, Yoongi?" tanya Hoseok.
"Wah, sekarang kau yang parah, ya." Goda Yoongi.
"Hei, aku cuma bertanya, yang parah itu sebenarnya-"
"Aku tahu." Sela Yoongi.
Mereka diam.
Yang parah sebenarnya adalah Yoongi sendiri, dia sumber segala yang parah parah di dunia ini.
Tapi Hoseok tidak berpikir begitu.
"Aku cuma ingin menyelesaikan SMA-ku yang tinggal hitungan minggu lagi ini dengan tenang dan menemukan polaris-ku, lebih bagus lagi kalau aku juga bisa bertemu muse-ku."
Polaris itu bintang yang bisa menunjukan arah, dan Hoseok seperti bintang.
"Duh, jangan pakai bahasa yang aku tidak tahu, Yoongi."
Apa Hoseok itu polaris?
Yoongi tertawa meledek, "Maaf, maaf, aku lupa aku ini kelewat jenius."
Kalau Hoseok itu polaris, apa Yoongi harus mengikutinya?
XXX
Tiap pulang sekolah sebenarnya Yoongi bisa kabur, bisa tidak usah pulang lagi ke rumahnya sama sekali, tapi Yoongi selalu pulang ke rumah yang sama, pas jam lima sore.
Mungkin karena sebelumnya tidak ada yang mengajaknya kabur.
Mungkin juga karena Yoongi tahu dia adalah omega dan omega tidak bisa apa apa, tidak berharga sama sekali.
Sore ini Yoongi memarkir sepedanya di depan toko kelontong langganan. dia beli permen supaya dia tidak diusir saat membaca surat Namjoon.
Sebagian besar surat itu berisi pengalaman Namjoon tinggal di luar negeri, sebagian lagi membahas kehidupan Yoongi yang monoton dan jauh lebih suram dari Namjoon.
Dalam surat itu ada pertanyaan yang membuat Yoongi ingin menendang Namjoon kalau saja Namjoon ada di sini;
Aku tahu ini pertanyaan bocah, tapi aku penasaran kau naksir Hoseok ya?
Yoongi hampir saja melempar surat itu kalau dia tidak membaca kalimat di bawahnya;
Bercanda. Jangan marah, Yoongi.
Aku bakal langsung pulang habis ujian, kalau ada hal hal yang sulit ditulis, kita bisa ngobrol langsung nanti. Aku selalu siap membantumu apapun yang terjadi, Yoongi.
Yoongi memasukan lagi surat yang sudah dia baca habis itu.
Polaris itu bintang yang bisa membantu menunjukan arah dan Namjoon bisa menunjukan arah.
Namjoon itu cerdas, dia punya pemikiran mendalam yang sepertinya tidak semua orang pikirkan.
Apa Namjoon itu polaris?
Yoongi percaya orang jenius dan cerdas itu cocok kalau bergabung.
Kalau Namjoon itu polaris, apa dia bisa membantu Yoongi?
XXX
Kadang dari jendela kamarnya Yoongi bisa melihat Hoseok memandangi rumahnya. Seperti pencuri. Padahal di rumahnya tidak ada banyak barang yang bisa dicuri, tidak ada perabot bagus dan perhiasan atau pajangan emas, semua sudah habis dijual. Benda terakhir yang bisa dijual adalah Yoongi.
Yoongi mendengarnya beberapa kali, dia akan dijual cepat atau lambat. Itulah kenapa Yoongi beberapa kali berpikir untuk kabur, tapi akhirnya dia malah kembali lagi ke rumah yang sama setiap harinya.
Yoongi akui ada sesuatu yang mengikatnya.
Walaupun sebenarnya Yoongi tidak punya barang apapun yang penting untuknya, dia cuma punya uang jajan yang hampir tidak berarti apa apa. Bahkan mungkin dirinya sendiri juga tidak penting sama sekali.
Hari itu hari yang sama dengan hari dimana ijazah SMA Yoongi bisa diambil, Hoseok mencegat sepeda Yoongi di jalan menuju pulang.
"Yoongi! Ada banyak orang di depan rumahmu!" dan dia mengaku bergitu saja kalau dia baru saja memandangi rumah Yoongi lagi, "Ayahmu menjualmu Yoongi, kau harus kabur sekarang!"
Yoongi berpikir, mungkin nilai omega itu sama dengan barang. Yang menjadi penting karena barang itu punya nilai historis, dan kalau barang itu meninggalkan kenangan buruk sudah pasti ingin dibuang jauh jauh, kan?
"Aku tidak bisa pergi, Hoseok."
"Kenapa, Yoongi? Kau mau mereka menangkapmu!?"
"Aku tidak bisa meninggalkan piano ibuku."
Mereka diam. Yoongi masih menuntun sepedanya dengan tas sekolahnya masih di punggung.
"Itu cuma piano, Yoongi."
"Apa maksudmu itu cuma piano!?"
"Keselamatanmu lebih penting Yoongi."
"Kalau aku penting kenapa orang yang katanya ayahku itu menjualku!?"
Mereka diam.
"Omega itu tidak penting, Hoseok, aku tidak pernah penting."
"Parah." Kata Hoseok, dia mengusap mukanya.
"Iya, aku parah." Gumam Yoongi.
"Ayahmu yang parah, Yoongi! Harusnya aku tidak perlu menjelaskan sama sekali karena kau yang paling tahu, dia tidak waras setelah ibumu meninggal. Dia menjualmu, ayah macam apa itu!?"
Ayah yang tidak benar, ayah yang tidak bisa menerima kalau anaknya adalah omega. Yoongi sendiri tahu.
"Ayo kita pergi sebelum mereka mencarimu, Yoongi!"
TIN TIN!
Yoongi tidak terlalu familiar dengan klakson mobil, dia sendiri jarang melihat mobil milik pribadi. Jadi dia merasa aneh melihat mobil yang datang dari arah belakang Hoseok, pengemudinya menurunkan kaca jendelanya, matanya berwarna merah, bajunya warna pink –itu tidak penting, yang lebih penting adalah si pengemudi itu adalah alpha, itu terlihat dari matanya yang berwarna merah, dan begitu dia bilang, "Ayo naik!" Yoongi langsung ingin menurutinya.
Yoongi langsung meninggalkan sepedanya, masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah pengemudi. Hoseok duduk di belakang.
"Halo, aku Seokjin, sepupunya Namjoon." Kata si pengemudi, sambil menyetir, di dalam matanya yang berbinar Yoongi seperti melihat bintang bintang.
Apa Seokjin itu polaris?
"Siapa namamu? Kau manis seperti gula. Sugar~" lalu Seokjin tertawa.
Apa Seokjin bisa membantu menunjukan pada Yoongi mana arah yang benar seperti polaris?
"Sugar? Tidak buruk untuk nama panggilan."
Apa Seokjin itu polaris untuk Yoongi?
"Omong omong, Jin Hyung, Sugar-mu ini namanya Min Yoongi." Celetuk Namjoon.
Yoongi menoleh ke belakang, di kursi belakang ada Namjoon di sebelah Hoseok, pakai mantel abu abu yang warnanya mirip dengan warna kursi.
"Halo, Yoongi." Namjoon mengatakannya dengan cepat dan tersenyum lebar, dia masih Namjoon yang sama dengan yang Yoongi terakhir lihat tiga tahun lalu, dia berubah tapi dia masih Namjoon, teman pertamanya.
"Hai."
XXX
