"Princess, wake up."

Sasuke mengerjapkan matanya dan menutup mulutnya dengan telapak tangan saat menguap, sejenak ia merasa ingin kembali tidur sebelum merasakan kecupan di hidungnya. Ia menggerundel pelan namun akhirnya membuka matanya perlahan, hal pertama yang ia lihat adalah Naruto yang menatapnya dan tersenyum melihatnya membuka mata.

"Hmm."

"Heyyy jangan tidur lagi, kita sudah sampai," ia menghela napasnya dan menjambak rambut Naruto saat Naruto mengguncang tubuhnya keras.

"Aku sudah bangun, idiot."

"Kalau begitu buka matamu dan bantu aku membawa barangnya," Naruto merengek menatap Sasuke yang masih bergumul di jaketnya sambil menutup mata sementara penumpang lain sudah hampir semua turun dari pesawat, tinggal beberapa orang di dalam termasuk mereka berdua.

"Sasuke-honey~"

"Tch," Sasuke akhirnya berdiri setelah menyampirkan jaketnya di bahu dan menatap Naruto tajam.

"Apa? Kenapa kau marah padaku? Kau pilih tidak kubangunkan dan kutinggal di sini?" Naruto memasang wajah tidak bersalah sementara Sasuke mengambil tasnya dari bagasi kabin dan berjalan meninggalkannya, bagaimana Sasuke bisa semenyebalkan ini saat bangun tidur ia tidak pernah tahu penyebabnya, walaupun sebenarnya Sasuke lebih sering menyebalkan daripada tidaknya.

"Terima kasih telah terbang bersama kami," saat dua pramugari membungkuk dan tersenyum padanya Naruto melambaikan tangannya dan tersenyum manis.

"Apa?" Ia menaikkan alisnya saat Sasuke berbalik dan menatapnya dengan kejam.

"Berhenti menebar aura happy-go-lucky yang menyebalkan itu."

"Uh, okay," lebih baik selamat daripada ia harus tidur di lantai saat di hotel nanti menghadapi Sasuke yang masih moody seperti sekarang.

"Apalagi, sayang?"

"Tidak biasanya kau menurut, dan rasanya justru semakin menyebalkan."

"Gosh, Sasuke, what the hell do you want me to say?!"


Love Me, Love You © Kei

continuation of Shut Up and Kiss Me

plotless, cheesy, yaoi (of course duh), porn (with a little plot), dirty language

[love me as much as I do, then I'll give everything to you]


"Fuh, akhirnya bisa istirahat..." Naruto menghempaskan tubuhnya ke ranjang hotel dan memejamkan matanya.

"Naruto, bantu mengeluarkan barang-barang ini."

"Lakukan nanti saja, kita tidur dulu."

"Naruto."

"Hmm..."

Sasuke mendecak kesal dan berdiri, ia menatap Naruto yang telentang hampir memenuhi ranjang dan ia putuskan untuk membongkar tasnya nanti. Sasuke menaikkan kakinya dan menjatuhkan tubuhnya di atas Naruto, dan menahan tawanya saat Naruto membuat suara aneh karena kaget dan langsung membuka matanya.

"Sasuke, kau berat."

"Kau bahkan kuat mengangkatku, seharusnya aku tidak seberat itu 'kan?"

"Aku mengerahkan seluruh tenaga saat melakukannya, bagaimana kalau aku menderita sakit punggung saat usiaku 30 tahun?"

Sasuke merengut dan mencubit kedua pipi Naruto kuat.

"Aww bercanda, Sasu~" Naruto tertawa dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Sasuke sebelum ia mengecup bibir Sasuke yang masih saja merengut kesal.

"Sana mandi, kau bau."

"Denganmu?" Naruto duduk perlahan dengan susah payah karena Sasuke masih di atasnya, membuat Sasuke kini duduk di pangkuannya menghadapnya. "Kita bisa melakukan shower se—"

"Lanjutkan kata-katamu dan akan kuinjak alat reproduksimu supaya kau berhenti memikirkan seks sepanjang waktu."

"Oh? Aku tidak tahu kau begitu kinky dan menyukai permainan seperti itu?"

"Go die."

Naruto hanya tertawa dan menarik wajah Sasuke untuk menciumnya, saat orang lain mungkin akan mengatakan Sasuke adalah orang paling susah ditoleransi dengan kata-kata sarkastiknya, keegoisan dan sikap moody-nya, anehnya Naruto menyukai semua itu dan menganggap bahwa Sasuke itu adorable dengan caranya sendiri, tergantung bagaimana setiap orang memandangnya (meski mungkin hanya Naruto yang masih bisa hidup tenang setelah memanggil Sasuke kyut, dan pasti Sasuke akan memukulnya jika tahu apa yang ia pikirkan sekarang).

Mungkin benar kata Gaara kalau aku masokis. Haha.

Naruto memasukkan satu tangannya ke dalam kaos Sasuke dan mengelus punggungnya sambil tetap mencium bibir Sasuke yang kini perlahan meresponnya, ia tahu Sasuke menyukainya saat ia melakukan ini, mengelus punggung atau rambutnya saat mereka berbaring dan bersantai atau pun saat make out seperti ini.

Dia seperti kucing.

Sasuke menarik bibirnya dan menghela napas panjang, ia menggerakkan jari-jarinya di wajah pria di depannya dan mengecup dahi Naruto sayang.

"Apa aku terlihat sangat tampan saat ini?"

"Ha ha. Funny," Sasuke memutar bola matanya.

"Kau terlihat seperti ingin melakukan pengakuan cinta barusan, ayo katakan 'Naruto, I love you'," Naruto tertawa pelan dan mengecupi leher Sasuke, sementara Sasuke hanya mendongak dan menahan napasnya merasakan bibir hangat Naruto menelusuri kulitnya.

"100 tahun terlalu cepat untuk mengatakannya."

"Jadi, kau tidak akan pernah mengatakannya?"

"Mmh... mungkin kapan-kapan, akan kupertimbangkan," Sasuke menggeliat dan menarik napas dalam saat bibir Naruto turun ke tulang selangkanya dan tangannya mulai berpindah menggerayangi bagian depan tubuhnya, seks terdengar menyenangkan saat ini, namun ada hal yang lebih penting untuk dilakukan—

"Naruto."

"Hmm?"

"Aku lapar."

Sulit untuk berkonsentrasi saat lapar, jadi makan lebih penting untuk saat ini. Iya 'kan?

Naruto speechless dan menghentikan semua pergerakannya, ia mendongak menatap Sasuke dan mengusap wajahnya sambil tertawa.

"Timing-mu selalu tepat untuk merusak suasana."

"Well, sorry?"

"Tidak apa-apa, aku juga lapar. Mau makan di luar atau pesan?"

"Di luar, apa gunanya kita jauh-jauh ke Okinawa hanya untuk makan di kamar hotel?"

"Kalau begitu aku akan mandi dulu," Naruto menepuk pantat Sasuke pelan dan Sasuke segera turun dari pangkuannya, sementara Naruto melepas kancing kemejanya. "Barang bawaan kita akan kubereskan saat kau mandi nanti."

"Tapi aku juga mau mandi sekarang."

Naruto mengerutkan dahinya menatap Sasuke. "Okay, kalau begitu kau bisa mandi duluan."

"Maksudku, mandi denganmu sekarang," Sasuke menekuk wajahnya saat Naruto tiba-tiba menjadi tidak peka seperti ini.

"..." Naruto memiringkan kepalanya mendengar kalimat Sasuke. Uhm, mungkin aku salah dengar?

"Ya sudah, aku mandi duluan."

Saat Sasuke berjalan menuju ke kamar mandi, tiba-tiba saja Naruto memeluknya dari belakang dan mencium pipinya sambil tertawa.

"Lepas, kau berat, idiot," Sasuke menyikutnya sambil menyeret Naruto yang tidak mau melepaskannya menuju kamar mandi.

"Sasuke Sasuke I love you~"

"Ish, berisik."

"Sasuke~"

Saat Sasuke menjambak rambutnya, bukannya kesakitan Naruto justru tertawa meskipun sambil mengaduh.

Ah, my Sasuke really is adorable.


Setelah jadwal yang begitu padat selama hampir tiga bulan, jarang bertemu dan bahkan jarang berkomunikasi karena Naruto tidak bisa mendapatkan sinyal di ponselnya ketika ia melakukan pemotretan di wilayah-wilayah terpencil, bisa menghabiskan waktu berdua terasa seperti mimpi. Sasuke mungkin tidak banyak bepergian dan lebih sering berada di kantor, namun saat ia harus melakukan perjalanan bisnis, waktunya selalu bertepatan saat Naruto baru saja pulang dari perjalanannya sebagai fotografer, sehingga mereka melewatkan waktu untuk bertemu, karena saat Sasuke kembali biasanya Naruto sudah pergi lagi.

Lama-lama ia terbiasa, namun tetap saja rasanya menyebalkan. Mereka tinggal di apartemen yang sama tapi jarang sekali mendapatkan waktu hanya untuk mereka berdua.

Naruto sering sekali bepergian, terkadang hanya dua hari, dua minggu atau bisa lebih dari satu bulan. Jika ia pergi lama, maka ia akan mengirimkan kartu pos lokal untuk Sasuke disertai dengan foto-foto yang ia ambil beserta gambar atau sketsa, yang sudah menjadi semacam tradisi sejak Naruto mengirimkan kartu pos pertama kali dan Sasuke terlihat bahagia mendapatkannya.

Liburan mereka kali ini bahkan tidak akan lama, hanya empat hari dikurangi dengan enam jam perjalanan dari Tokyo ke Okinawa, namun sudah terencana dari berbulan-bulan yang lalu. Selama mereka bisa menghabiskan waktu berdua tanpa gangguan orang lain dan pekerjaan, bahkan satu jam pun terasa sangat berharga.

Being adult is hard.


"Hey, bisakah kau berhenti memfotoku dan lebih fokus terhadap hal-hal lain di sekitar?"

Naruto mengabaikannya dan tetap memfoto Sasuke meski kini Sasuke sedang menatapnya dengan kesal.

Malam ini mereka habiskan dengan berjalan-jalan mengelilingi Kokusai Street setelah mereka selesai makan, namun bukannya melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang lain, melihat-lihat souvenir atau memfoto pemandangan sekitar, kamera Naruto hanya terfokus padanya selama beberapa jam ini.

Sasuke berhenti di tepi jembatan yang mereka lalui dan Naruto hanya mengikutinya.

"Naruto. Jangan menghabis-habiskan film."

"Aku membawa banyak, tenang saja."

Sasuke menghela napasnya.

"Hey, kebahagiaan akan menjauhimu kalau kau menghela napas sepanjang itu," Naruto menurunkan kameranya dan menatap Sasuke.

"Kalau kau hanya ingin memfotoku sepanjang waktu, kita tidak perlu jauh-jauh ke sini."

"Okay, okay. Akan kulakukan lagi nanti," Naruto mematikan kameranya dan Sasuke segera mengambilnya.

"Kalau begitu sekarang biarkan aku yang memfotomu," tanpa menunggu jawaban Naruto, Sasuke segera mengarahkan lensa ke Naruto dan menjepretnya beberapa kali.

"Tunggu, tunggu. Berhenti memfotoku, Sasuke," Naruto menghalangi kamera dengan dua tangannya namun Sasuke terus saja menghindar dan tetap melakukannya.

"Okay, maaf maaf. Aku tidak akan memfotomu sepanjang waktu," Naruto menghalangi kamera di depan wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sasukeee."

Sasuke akhirnya berhenti sambil tertawa pelan dan menurunkan kamera Naruto, selalu saja menggelikan melihat seorang fotografer profesional justru merasa sangat malu berada di depan kamera. Mungkin satu-satunya hal yang tidak dapat dilakukan Naruto dan membuatnya sangat malu adalah saat seseorang memintanya berpose di depan kamera atau menjadi model dalam lukisan.

"Selalu saja lucu melihatmu malu seperti itu," Sasuke mengembalikan kameranya kepada Naruto dan Naruto hanya merengut kesal. "Karena biasanya kau tidak pernah punya rasa malu."

"Heyy, perkataanmu menyakitkan. Aku tidak malu, hanya merasa aneh menjadi fokus pandangan seseorang meskipun melalui kamera."

"Mungkin karena kau terlalu terbiasa menjadi seseorang yang memfokuskan pandanganmu pada orang lain saat memfoto atau menggambar."

Naruto mengangguk-angguk menyetujui sambil mengecek foto-foto Sasuke yang baru saja ia ambil sejak di hotel. "Apa kau mau membeli sesuatu untuk dibawa pulang?"

"Mungkin itu bisa kita lakukan di hari terakhir?"

"Okay~ Mau ke mana lagi sekarang?"

"Berkeliling?"

"Apa kau lelah? Mau istirahat sebentar?"

Sasuke mengedarkan pandangannya dan mengangguk, sebelum ia menarik tangan Naruto ke bangku panjang kosong tak jauh dari tempat mereka berdiri. Jalanan di Okinawa selalu ramai sepanjang hari, terutama di daerah ini yang paling ramai dikunjungi turis, namun cuaca yang hangat dan atmosfer yang menyenangkan sama sekali tak mengurangi keindahannya.

"Hey, love?"

"Hm?" Sasuke menggeser duduknya untuk ikut melihat foto-foto yang dilihat Naruto, yang hanya penuh dengan dirinya dan ia memutar bola matanya.

"Boleh aku minta sesuatu?"

"Apa?"

Naruto mendongak menatapnya dan tersenyum. "Kalau tidak mau bilang tidak, tapi jangan marah, ya?"

Sasuke mengangguk.

"Janji?"

"Apa aku sejahat itu?"

"Kau memang sejahat itu," Naruto menggumam pelan dan Sasuke menyikutnya.

"Jadi nude model untukku? Sekaliii saja. Hanya untuk foto," Naruto menatapnya dengan penuh harap, sementara Sasuke speechless.

"Uhwhat?"

"Mau 'kaaan? Satu atau dua foto saja?"

"…"

"Uh kalau kau tidak mau katakan saja tapi jangan mendiamkanku begini," Naruto menggaruk kepalanya saat Sasuke hanya menatapnya dalam diam.

"Uh, Sasuke?"

"… Kapan?"

Naruto kemudian menatapnya dengan mulut terbuka dan mata yang berbinar-binar.

"Hentikan ekspresi menjijikkanmu atau kutarik lagi ucapanku."

"Hari terakhir? Atau mau di apartemen saat kita kembali?"

"Di sini saja, kalau sudah kembali mungkin aku sudah berubah pikiran."

Naruto mengangguk-angguk menurut.

"Thank you, baby. Rasanya kita seperti sedang honeymoon," Naruto tersenyum lebar dan Sasuke menyentil dahinya.


Naruto duduk di tepi ranjang sambil memegang kameranya dan entah melakukan apa saat Sasuke keluar dari kamar mandi. Sasuke menghela napasnya pelan dan duduk di samping Naruto yang tidak memakai atasan, hanya memakai celana jins hitam dengan rambut basah dan sedikit air mengalir di punggungnya serta rokok yang menyala di sela bibirnya.

"Hey, merokok tidak baik untuk kesehatan," Sasuke mengambil rokok yang terselip di bibir Naruto dan meletakkannya di asbak sambil ia menggosok rambut basah Naruto dengan handuk.

"Kalau begitu ambilkan aku permen di tas? Mulutku pahit," Naruto menatapnya dan tersenyum sambil mencium lehernya sejenak.

"Apa masih akan pahit kalau permennya kuganti dengan bibirku?"

"Itu bahkan 100% lebih baik dari rokok dan—" belum selesai Naruto mengatakan kalimatnya saat tiba-tiba Sasuke mencium bibirnya dan menggerakkan telapak tangannya yang dingin di dada Naruto.

"Mhm…" Naruto masih membuka matanya dan menatap Sasuke yang tengah menggigit dan menghisap bibirnya sambil memejamkan mata, satu tangan Sasuke yang bebas mengambil kamera Naruto perlahan dan meletakkannya di ranjang.

Tak perlu waktu lama bagi Naruto untuk membalas ciuman Sasuke, satu tangannya berpindah ke paha Sasuke dan bergerak ke atas ke dalam jubah mandi Sasuke, perlahan mengelus dan menggerayangi tubuh di sampingnya yang masih telanjang di balik jubah mandi tersebut.

"Nnh Naru…" Sasuke menggeliat dan membuka kedua kakinya lebih lebar merasakan tangan Naruto di bawah sana, seketika tubuhnya terasa panas dan ia terengah menarik bibirnya yang basah dari mulut Naruto.

"Hey, kupikir kau tidak mau melakukan seks karena tidak ingin lelah saat ke pantai besok?" Naruto mengelus bibirnya yang basah dengan ibu jarinya dan menatapnya meski tangannya tak berhenti menyentuh dan meraba tubuh Sasuke.

"Ini bukan seks 'kan?" Sasuke menjulurkan lidahnya perlahan dan menghisap jari Naruto ke dalam mulutnya sementara dua tangannya membuka kancing celana Naruto, membiarkan jubah mandinya berantakan dan terbuka hampir menampakkan seluruh tubuhnya yang telanjang.

"Uh, ya, tapi kau tidak akan tega membangunkanku dan meninggalkanku begitu saja 'kan?" Naruto menatap Sasuke yang menjilati dan menghisap jari tangannya dan rasanya dalam sepersekian detik ia bisa merasakan seluruh darahnya terkumpul di bagian bawah tubuhnya.

"Aku tidak sejahat itu," Sasuke mengeluarkan jari Naruto dari mulutnya dan bergerak perlahan untuk berlutut di depan Naruto sambil ia menarik turun sedikit celana Naruto.

"Hey, di ranjang saja. Nanti lututmu sakit," Naruto menatap Sasuke di bawahnya dan mengelus rambutnya perlahan.

"Ini lantai karpet," Sasuke menjawab singkat sambil tangannya menarik keluar penis Naruto yang sudah ereksi dari celananya. "Oh? Energik sekali."

"Jangan menggodaku kalau kau tersangka yang menyebabkan hal itu," Naruto menggerakkan tangannya perlahan sambil tetap menatap Sasuke yang mulai mencium dan menjilati penisnya untuk mengambil ponselnya.

"Ah, Sasuke…" Naruto mendesis pelan dan menahan napasnya merasakan lidah Sasuke yang hangat menyapu basah dirinya.

"Tidak sabar?" Sasuke hanya menyeringai sekilas sebelum ia membuka mulutnya lebar dan memasukkan penis Naruto sebanyak yang ia bisa tepat saat Naruto mengarahkan kamera ponsel kepadanya dan mengambil fotonya beberapa kali.

"Singkirkan ponselmu atau kugigit penismu, idiot."

Naruto setengah tertawa sambil mendesah pelan. "Sangat tidak meyakinkan saat kau mengatakannya dengan separuh penisku di dalam mulutmu."

"Jerk," Sasuke hanya bergumam pelan, bukan pertama kali Naruto mengambil foto aneh seperti ini dan ia sebenarnya tak keberatan, selama untuk konsumsi pribadi.

Tidak ada banyak kata lagi yang terucap saat Sasuke melakukannya semakin intens, rasanya napasnya tercekat dan ia tak dapat berpikir dengan benar selain menikmati apa yang diberikan Sasuke padanya saat ini.

"Sasuke, baby, ah lepaskan mulutmu…" Naruto mendesis dan bergumam pelan merasakan dirinya tak tertahankan lagi, dan bukannya melakukan apa yang ia katakan Sasuke justru mendongak menatapnya dan bergerak semakin cepat, dan Naruto tahu apa artinya itu sampai tak lama kemudian ia menumpahkan spermanya di mulut Sasuke yang kini berhenti bergerak untuk membiarkannya selesai.

Sasuke menarik diri dan terbatuk beberapa kali sambil ia berdiri dan mengambil air putih di meja untuk diminumnya. Tak peduli berapa kali pun merasakannya tetap saja rasanya aneh.

"Maaf, kau baik-baik saja?" Naruto memeluk pinggang Sasuke yang berdiri di depannya.

Sasuke mengangguk dan menjulurkan lidahnya sementara Naruto hanya tertawa menatapnya.

"Sepertinya kau butuh bantuan, apa menghisapku semenggairahkan itu sampai kau tak bisa menahan diri?" Naruto menarik Sasuke untuk berbaring di ranjang dan ia mencium bibir Sasuke sambil tersenyum.

"Kalau kujawab iya kau akan senang 'kan?"

"Tidak kau jawab pun aku sudah tahu jawabannya," Naruto tersenyum dan mulai menciumi tubuh Sasuke yang terbuka sementara tangannya bergerak ke bawah.

"You know me better than myself."

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

[TBC]


Please don't throw me out! (/_\;)

Iya tahu kok yang I See You belum apdet (baru 1k kata-katanya dan macet lagi OTL), tapi ya mau gimana lagi tiba-tiba ide ini datang dan harus diketik secepatnya sebelum kabur orz;;

Semoga saya lancar segala urusan jadi banyak waktu luang buat nulis terus, ya. Janji kok ga akan lama kayak kemarin, yang jelas kurang dari setahun deh huehuehue. Dan makasih reviewnya yang di fic sebelumnya, saya jadi semangat nulis lagi. Ntar saya bales.

Anyway, kalau mau yang full smut tunggu chapter dua ya hehe

Review? Kasih pendapat tapi, jangan cuma satu atau dua kata kan saya ngetiknya banyak kata :| *banyak minta* *dibuang*