Disclaimer : Masami Kurumada-sensei
.
Haunted House
Prolog
.
Pagi itu hujan sangat deras, membuat semua orang merasa kedinginan dan memutuskan untuk bersembunyi di balik selimutnya yang hangat. Di Sanctuary, ada beberapa orang yang tidak menyianyiakan hal ini untuk kembali tidur walaupun ada beberapa orang yang menikmati hujan ini. Aphrodite contohnya, dia berdiri di dekat kebun mawarnya di kuil, memperhatikan tetesan air yang membasahi mawar-mawar cantiknya.
"Minum yang banyak ya, mawar-mawarku," ucapnya lalu kembali masuk ke dalam kuilnya. Dia memasuki kamarnya lalu duduk di depan meja riasnya. Mengambil kutek biru senada dengan warana rambut begelombang indahnya lalu memulai mengoleskan kutek itu di kuku jarinya yang lentik. "Benar-benar pagi yang indah, tidak ada yang menggangguku pagi ini."
Setelah berhasil memoles semua kukunya, dia pun menatapnya dengan tatapan senang. Tidak lama kemudian datanglah arus telepati dari atas, kuil Pope. Pemuda cantik itu mengela napas, panggilan dari Pope tidak bernah merupakan kabar baik, apa lagi di pagi hari yang dingin ini.
"Gold Saints, datanglah ke Pope Hall. Sekarang!"
Aphrodite membereskan peralatan make up-nya lalu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu depan kuilnya, memperhatikan dengan seksama kuil-kuil yang ada di bawah kuilnya. Dia tidak ingin menjadi orang pertama yang datang menemui Pope. Setengah jam kemudian hampir seluruh gold saints ada di kuil kedua belas itu.
"Kanon, DM, Aiolia, Aiolos, Shaka, Milo, Camus, Roshi, Shura, dan Aphrodite," Saga yang merupakan senior disana mulai mengitung siapa saja yang sudah ada disana. "Hanya tinggal Mu dan Aldebaran ya?"
"Kenapa Mu tidak teleport saja kesini atau langsung ke kuil Pope?" tanya Milo malas, dia duduk di sebelah Aphrodite yang terlihat bosan. Pemuda berambut biru langit itu memang cepat bosan kalau tidak berhubungan dengan mawar atau alat make up-nya.
"Mungkin Mu ingin menemani Aldebaran berjalan santai kesini? Lagi pula teleport itu dilarangkan kalau kita berada di Sanctuary," ucap Dohko tersenyum pada Milo. "Sebentar lagi mereka juga akan sampai."
Aphrodite meraih vas bunga yang ada di dekat sofanya lalu mengambil setangkai bunga mawar merah dan memutar-mutarkannya. Tidak lama setelah itu orang yang ditunggu datang lalu mereka pun segera naik ke kuil Pope.
Shion nampak duduk lalu berdiri saat para Gold Saint datang, dari wajahnya sekarang semuanya tahu kalau alasan mereka di panggil bukanlah alasan yang menyenangkan. Saga membuka mulutnya untuk bertanya. "Kenapa anda memanggil kami kesini, Pope?"
"Biar kutebak, pasti ada perintah dari Athena-sama kan?" tebak Aphrodite sambil menatap kuku tangan kanannya itu.
"Benar sekali, kalian bisa membaca surat dari Athena-sama sendiri." Shion memberikan selembar kertas putih pada Aiolos. Saga pun mendekat pada sahabatnya itu dan ikut membacarnya.
"Bagaimana kabar kalian di Sanctuary? Pasti kalian bosan kan disana? Bagaimana kalau hari ini kalian semua ke Jepang karena aku dan para Bronze mempunyai kejutan untuk kalian semua. Aku tunggu ya, kalian harus sampai dalam waktu satu hari!"
"APA?" semuanya kecuali Shion dan Dohko berteriak histeris setelah Aiolos selesai membacakan surat tersebut. Dalam sekejap ruang besar itu penuh dengan suara tidak senang dan protes dari para saints yang hadir.
"Kenapa tiba-tiba kita harus ke Jepang?"
"Siapa yang bilang kita bosan disini?"
"Kita malah lebih tenang tanpa Athena-sama dan para budaknya!"
"Kejutan apa yang mereka maksudkan dan satu hari? Yang benar saja!"
"Hentikan kalian semua! Kenapa ekspresi kaget kalian tidak seperti Shaka dan Camus saja?" semuanya mengalihkan pandangan setelah mendengar teriakan Shion. Mereka melihat Shaka sedang bermeditasi dan Camus membaca sebuah buku yang entah datang dari mana.
"Karena mereka berdua orang dari Planet lain? Haah..aku tidak mau ke sana karena 'kejutan' yang Athena bilang. Kejutan itu pasti bukan hal yang mengenakan apa lagi kalau kita harus membayar tiket pesawat ke Jepang sendiri," ucap Aphrodite malas.
Semua mengangguk setuju, tapi sesaat kemudian Dohko mengeluarkan sebuah amplop putih bersih, membuat semua orang yang berada disana menatapnya bingung dan berharap itu bukan 'kejutan pembuka' untuk mereka.
Dohko mengeluarkan beberapa lembar kertas yang kira-kira berukuran satu jengkal, "Sayangnya kita tidak perlu membeli tiket itu sendiri Aphrodite, karena Athena sudah membelikannya untuk kita."
"APA?!"
.
.
End of Prolog
