AKU BILANG KAU MENYEBALKAN,
TAPI BUKAN BERARTI AKU MEMINTAMU UNTUK MENJAUH!
.
GINTAMA ©SORACHI HIDEAKI
Fic is mine
Rated-T/Family/Romance
.
.
.
Cuaca di Edo begitu cerah.
Matahari pagi bersinar terang.
Burung-burung berkicau bersahutan.
Anak-anak berlarian di jalan dengan riang.
Ibu-ibu tetangga yang sedang asik bergosip sepanjang jalan.
Sepasang kakek nenek bergandengan tangan.
Sungguh pemandangan yang damai dan tenang.
Benar-benar sangat tentram. Bahkan tidak ada lagi copet, perambok, ataupun begal.
Begitulah keadaan Edo saat ini setelah melalui masa-masa sulit pada saat kepemimpinan Shogun Nobunobu yang kejam tak berperi kemanusiaan dan peri keadilan. Sampai hari ini sang mantan shogun masih berada di penjara. Dia mengalami gangguan kejiwaan tepat sehari setelah ia dijebloskan ke dalam penjara. Setiap harinya ia selalu berteriak "Senpai, yamette!"
"Notice me, senpai! Aaah..." yang entah apa maksudnya. Hanya Nobunobu yang tau.
Meskipun Nobunobu diputuskan dijatuhi hukuman penggal, tapi tak ada satupun eksekutor yang mau memenggal kepalanya.
"Memenggal kepala orang gila hanya akan membuat malu nama keluarga Ikeda" Itulah alasan dari pemimpin klan Ikeda, Ikeda Yaemon ke-19.
Bermacam-macam alasan juga dilontarkan oleh eksekutor lainnya, seperti..
"Anakku akan malu jika tau ayahnya memenggal kepala orang gila"
"Istriku sedang hamil tua, dan ia takut jika anak kami setelah lahir wajahnya mirip Nobunobu"
"Memenggal kepala orang gila sangat tidak barokah"
"yang bisa memenggal kepalaku hanya aku sendiri!"
Oke, yang terakhir itu sangat tidak nyambung.
Dan itulah sebabnya Nobunobu masih hidup hingga sekarang.
Lalu, siapakah yang menjabat sebagai Shogun saat ini?
Siapa lagi kalau bukan sang putri yang cantik adik Tokugawa Shigeshige, Tokugawa Soyo, yang kini telah beranjak dewasa. Jika dilihat-lihat dari atas sampai bawah, Soyo yang sekarang mirip sekali dengan Boa Hancock, itu lho artis terkenal yang membintangi sinetron One Piss.
Terdengar tidak mungkin bukan? Soyo-Hime menjadi satu-satunya shogun perempuan dalam sejarah. Ia memenangkan pemilihan shogun yang diadakan dua minggu setelah lengsernya Nobunobu dan antek-anteknya. Kandidatnya hanya ia dan sepupunya, Soyo Hime menang dengan 57% suara. Segera setelah pelantikan, ia dengan teliti menyeleksi nama-nama orang yang akan mengisi kabinet pemerintahannya.
Kematian sang kakak benar-benar menjadi pukulan yang menyakitkan untuk Soyo Hime. Daripada dilanda kepedihan terus-menerus, ia lebih memilih untuk belajar dan belajar. Sampai ia memutuskan bercita-cita menjadi Shogun dan semua rakyat akan mengakui dirinya.
Rakyat Edo memang tidaklah salah memilih pemimpin. Soyo Hime—Shogun Soyo bahkan turun lapangan mengawasi pembangun ulang bangunan dan lokasi-lokasi di Edo yang sempat rusak pada saat pemberontakan melawan bakufu. Kemiskinan berkurang, sarana pendidikan semakin maju, dan lapangan pekerjaan bertambah. Ya, bertambah. Shinsengumi dan Mimawarigumi yang telah kehilangan banyak anggota pastinya membutuhkan banyak personil baru.
Di masa pemerintahannya sama sekali tidak ada isu korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sungguh pemimpin yang diidam-idamkan rakyat Indonesia—ehm maksudnya rakyat Edo.
Di pagi yang cerah itu juga, Sang Shogun tampak bersantai dengan senyum lembut tersungging di bibirnya.
"Kak, apa kau melihatku dari atas sana? Apa kau bangga kepadaku?" ucap Soyo di kediamannya, tepatnya di balkon istana sambil menatap langit.
"Kini teh buatanku rasanya lebih enak.." Lanjut Soyo lirih.
Ooo.. ternyata yang ia maksud bukan mengenai prestasi kepemimpinannya, melainkan teh buatannya.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari belakang Shogun.
"Permisi Shogun-sama, ada surat untuk anda dari Kagura-sama."
Mendengar nama Kagura disebut, dengan antusias Soyo menerima undangan itu dan membacanya.
Soyo-chan, besok sore sempatkanlah datang ke pesta ulang tahun putri kami meski kau sangat sibuk. Sou-chan sangat merindukanmu, lhoo..
Kagura
Soyo tersenyum setelah membaca surat singkat itu.
"Hnn.. sudah lama aku tidak bertemu Sou-chan. Tahun lalu aku membelikannya kacatama sebagai kado. " Kemudian Soyo berpikir keras kira-kira apa kado yang akan ia berikan besok.
"Aha.. Aku tau! Aku akan membelikannya kado penutup mata bajak laut! Ia bisa bermain permainan bajak laut dengan papi maminya!" Soyo sangat bersemangat. Ia meminta pelayannya untuk menyiapkan baju 'orang biasa' agar ia bisa membeli sendiri kado untuk Sou-chan di toko mainan tanpa di kenali orang lain. Tapi tentu saja ia tidak benar-benar sendiri. Tetap ada minimal lima puluh orang polisi shinsengumi yang mengawalnya, dengan setelan santai mereka tentunya.
Tapi.. apakah penutup mata bajak laut adalah kado yang tepat untuk anak perempuan yang baru akan genap berusia empat tahun? Tidakkah Soyo memikirkan apalagi dampak dari kado yang dia belikan? Bahkan hadiah kacamata berbingkai merah darinya setahun lalu berdampak sangat fatal untuk keluarga kecil Kagura!
Mari kita menuju flashback setahun lalu sehari setelah pesta ulang tahun Sou-chan dan mengenal lebih dalam siapa Sou-chan.
Okita Souko. Orang-orang memanggilnya dengan nama Sou-chan. Gadis cilik bercepol dua yang sangat cantik dengan kulit seputih salju mirip ibunya, rambut sewarna coklat dan warna mata seperti ayahnya. Pipi bulatnya yang selalu merona membuat orang-orang disekitarnya gemas. Kini ia sedang asyik membuka kado-kadonya di ruang tamu kediaman Okita yang tidak bisa dibilang sederhana, namun juga tidak mewah. Rumah tradional Jepang yang luas dengan halaman yang dipenuhi bunga dan beberapa pohon tumbuh di sana.
Di benak Souko kecil, ada yang tidak beres dengan keluarganya. Okita Sougo, sang ayah, tidak pernah ada di rumah. Jika Souko bertanya pada sang ibu tentang keberadaan ayahnya, Kagura selalu bilang "Ayahmu sedang bertugas..".
Dan ibunya pun terlihat biasa-biasa saja dengan keadaan itu seperti itu. Ditambah lagi saat Souko melihat-lihat album foto lama, ia menyadari bahwa satu-satunya yang memakai kacamata hanya dirinya... dan juga seorang wanita berambut ungu itu.
Dari sekian banyak kado yang diterimanya, ia sangat menyukai kacamata, hadiah dari Soyo tersebut. Tanpa sadar ia memakainya setiap hari. Ia hanya melepas kacamata itu saat mandi dan mau tidur. Tapi ini bukan masalahnya!
Tepat dua bulan setelah ulang tahun Souko, Gintoki berkunjung ke kediaman Okita, membawa hadiah untuk Souko. Karena urusan penting , kata Gin, ia tidak bisa datang ke ulang tahun Souko pada hari itu.
Souko menerima hadiah dari Gin, yaitu majalah mingguan shounen jump. Kagura yang saat itu sedang memasak membiarkan saja putrinya bermain dengan Gin di ruang keluarga. Souko meminta paman Gin untuk membacakannya salah satu judul manga.
"Ah.. ini yang sedang jadi perbincangan. Aku bacakan Naruto Gaiden saja, ya.."
"Telselah paman ..." Ucap Souko sambil tersenyum manis.
Singkat cerita, Souko yang terlalu menghayati isi cerita Naruto Gaiden, ia mulai tidak yakin dengan jati dirinya. Terlebih saat ia tidak sengaja bertemu Sachan di rumah paman Gin. Waktu itu Souko memang sedang berkunjung bersama sang ibu. Ia mulai yakin kalau ibu kandungnya sebenarnya adalah Sachan, bukan Kagura. Di rumah, yang memakai kacamata hanya dirinya! Terlebih kacamata Sachan sama seperti yang ia kenakan. Sudah jelas. Bibi Sachan pasti ibu kandungku!
Itulah yang ada dibenak Souko.
Setelah itu pun Souko selalu merengek minta bertemu dengan Bibi Sachan, dan tidak mau didekati ibunya.
"Kau bukan mamiku, mamiku adalah Bibi Sachan!"
Backsong I'M SHOCK menggema di kepala Kagura.
Malamnya, tepatnya pukul satu dini hari, sang kepala keluarga, Okita Sougo, mendapati istrinya sedang duduk lesehan bersandar di luar pintu kamar putri mereka, sambil menekuk lutut. Ekspresinya sedih, dan ia sedang melamun, sampai tidak menyadari jika suaminya sudah pulang.
"Hei, ada apa?" Tanya Sougo menepuk bahu Kagura.
Seketika Kagura memandang ke arah Sougo dengan tatapan iblis haus darah.
"Oi, kau kenapa? Kesurupan seta…"
BUAGHH BUGGH GLODAK GLODAK PRANGG PRENGG DUAGGH KREKK
Sangat cepat! Bahkan tidak sampai satu menit.
NGUING NGUUING NGUING NGUUING NGUING NGUUING NGUING NGUUING
Terdengar bunyi mobil ambulan.
Pukul tujuh pagi di Rumah Sakit Pemerintah Oedo tepatnya kamar 307, di sanalah Okita Sougo di rawat. Kini ia sedang ditemani sang istri, Kagura.
"Buka mulutmu" ucap, tepatnya perintah, Kagura yang hendak menyuapi suaminya.
Perempatan siku-siku muncul di dahi Sougo. Ekspresinya marah.
"Apa kau bisa menjelaskan ini, China!" Bentak Sougo. "Kau sudah tidak tahan hidup denganku? Dan kau lebih memilih membunuh suamimu daripada minta cerai? Oh bagus, memang seperti itulah seharusnya anak dari petarung terkuat sejagad raya!"
"Diamlah.. bukankah kau masih hidup sekarang?" Kagura hanya menanggapinya santai dan mendekatkan sendok berisi bubur yang masih panas ke mulut Sougo.
"Jelaskan ini seka…"
Belum selesai Sougo berbicara, Kagura langsung memasukkan sendok kemulut Sougo.
"(Uhuk-uhuk-uhuk) sialan kau (uhuk).. kau.. benar-benar ingin membu(uhuk)nuhku!"
Tentu saja Sougo langsung menyemburkan bubur di dalam mulutnya, itu masih panas!
Yah, bagaimana mungkin Sougo tidak marah ataupun berpikir bahwa Kagura ingin membunuhnya? Kini ia terbaring di rumah sakit, leher dan lengan kanannya di gips. Kaguranya mematahkannya semalam! Kekuatan yatonya Kagura bangkit, Sougo sama sekali tak bisa berkutik. Ini bukan karena Kagura adalah istrinya jadi Sougo tidak berani membalas ataupun menangkis pukulan Kagura. Tapi karena Sougo sendiri juga kaget dan tidak siap dengan serangan Kagura.
"Makanlah.. setelah itu antarkan aku dan Souko ke rumah Soyo-chan. Tanpa kau, aku tidak akan diizikan masuk ke sana, meski Soyo memperbolehkannya sekalipun!"
Belajar dari pengalamannya yang sedikit lengah dan menyebabkan meninggalnya Tokugawa Shigeshige, meskipun kematian Shogun terduhulu tersebut bukan semata-mata salah Matsudaira, namun ia benar-benar merasa bersalah, kini penjagaan istana keshogunan semakin ketat. Pelayan, pengawal, semuanya orang-orang terpilih. Tidak ada satupun orang luar yg diperbolehkan masuk, meski itu teman dekat Soyo sendiri. Jika benar-benar ingin ke sana, kau butuh seorang Shinsengumi yang dekat dengan Matsudaira untuk bisa masuk.
"Kau.. Apa sebenarnya tujuanmu? Kau pikir aku tidak akan tega menjebloskanmu ke penjara karena telah menyerang polisi!"
"DIAM! Kau terus saja bicara dan menyalahkanku! Kenapa tidak kau lihat dirimu sendiri? Kau pergi subuh dan pulang tengah malam saat aku, anak kita sudah tidur! Kalau bukan karna setiap hari aku menemukan baju kotormu di kamar mandi, atau ada bercak aneh di leherku, aku tidak akan tau kau pulang! Souko tak pernah melihatmu.. dia terus saja bertanya 'dimana papi' dan aku selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama 'papimu sedang bekerja melindungi kita dan seluruh rakyat Edo'!
'apa papi bekerja jadi pahlawan?'
'ya, dia pahlawan untuk bersenang-senang'!"
Kenapa ganti Kagura yang marah? Sejenak Sougo menyadari kesalahannya. Dan sedikit tak enak hati. Tapi Sougo bukan benar-benar 100% suami dan ayah yang tak bertanggungjawab. Sebelum menikah, tentunya Sougo tinggal dan tidur di markas shinsengumi, jadi jika ada sesuatu yang genting, Sougo langsung bisa bertindak. Yah, meski dia juga sering malas-malasan juga di markas. Tapi keadaan sekarang berbeda dengan yang dulu. Setelah perang besar-besaran tentunya ada revolusi. Semuanya berubah, ia sama sekali tak bisa santai. Di waktu senggangnya yang terbatas, ia sempatkan untuk pulang meski hanya sekedar mengecup pipi istri dan anaknya. Terkedang dia juga cari-cari kesempatan, pumpung Kagura masih tidur begitu pikirnya. Ini bukan hal mesum! Kami suami istri, itu sangatlah wajar!
"Apa ada masalah?" tanya Sougo hati-hati.
"Masalah? Ya kita punya banyak masalah! Kau pikir dengan memberiku rumah, membayar seorang pembantu karena kau bilang aku tidak akan bisa mengurus rumah dengan benar, memberiku uang bulanan yang banyak, hidup kami tercukupi, lalu kau dengan seenaknya bisa lepas tangan dengan masalah keluarga? Jika aku tidak menghajarmu, kau tidak akan libur hari ini meski aku menjelaskan masalah keluarga kita!"
Sougo terdiam melihat raut wajah Kagura yang seperti menahan tangis. Masalah sebesar apa hingga membuat Kagura begitu emosi? Sougo bukannya lepas tangan. Tapi dia benar-benar mempercayai Kagura untuk mengurus semuanya. Yah, kecuali mengurus kebersihan rumah dan memasak makanan yang bergizi tentunya. Lagi pula masalah apa yang mungkin akan terjadi? Selama ini mereka hidup damai, Kagura dan Souko juga tidak terlihat kesepian tanpanya. Harusnya tanpa kehadian Sougo pun akan baik-baik saja.
"Ceritakanlah.. ceritakanlah semuanya.." ucap Sougo lembut sambil memegang tangan Kagura, berusaha untuk menenangkan.
Kagura pun menceritakan semuanya dari mulai Souko yang tidak mengakuinya sebagai ibu sampai Souko yang merengek-rengek ingin bertemu Sachan, hanya karena Sachan memakai kacamata merah seperti miliknya, Souko mengira Sachan sebagai ibu kandungnya.
Sougo melepaskan tangan Kagura. Ekspresinya datar.
"Hanya karena masalah itu kau memukuliku? Kau bisa menceritakan pada Souko proses ketika kita membuat dia..."
Tanpa segan-segan Kagura langsung menginjak 'batang' Sougo dengan heel nya.
"ADADADADADAAH.. SAKIIIIIIT! PATAH SUDAH BATANGKU! KAU TAU KITA MASIH MEMBUTUHKANNYA UNTUK MEMBANGKITKAN RASMU YANG HAMPIR PUNAAAH! SINGKIRKAN! SINGKARKAN KAKIMU!"
Kagura benar-benar menikmati raut wajah kesakitan suaminya yang sedang berteriak-teriak dan mencoba menyingkirkan kakinya.
"Ih, menjijikan. Kurasa sepatu ini tidak akan ku pakai lagi. Baunya jadi seperti tikus." Merasa puas, Kagura menyingkirkan kakinya.
"Kau.. Baiklah-baiklah, aku akan mengantarmu pada Shogun." Ucap Sougo yang masih meringis kesakitan, sambil mengelus-elus 'benda berharganya'.
Sesaat setelah mendengar kalimat Sougo, raut wajah Kagura berubah menjadi sumringah.
"Benarkah?" tanya Kagura antusias.
"Kalau begitu antarkan aku sekarang! Kita checkout sekarang juga!" Kagura menarik tangan kiri Sougo yang tidak di gips. Menarik Sougo keluar kamar.
"Eh eh eh.. Tunggu! Setidaknya biarkan aku makan atau tidur dulu. Aku bahkan belum memakan buburnya! Hei! "
Terlambat! Kagura sudah menyeret Sougo keluar. Jika Kagura bilang sekarang, itu artinya sekarang juga! Dan ingat, ini adalah rumah sakit pemerintah, sebagai seorang Shinsengumi tentunya Sougo tidak perlu bayar. Tapi tetap saja, yang namanya rumah sakit pasti ada prosedur yang dilakukan sebeluim checkout. Namun tak ada satupun perawat atau petugas administrasi yang berani mencegah mereka keluar seenaknya dari rumah sakit. Lihat saja pasangan suami istri yang satu ini! Kagura terlihat seperti monster kelaparan yang menyeret binatang buruannya yang terlihat pasrah untuk dimakan, dan tentunya itu Sougo.
Di depan pintu rumah sakit, mereka bertemu dengan Kamiyama, anggota divisi satu shinsengumi.
"Ah, Nyonya dan Kapten Okita. Bukankah Kapten baru saja dirawat? Saya berniat untuk menjenguk anda." Ucap Kamiyama malu-malu. Yah, meski Kapten tercintanya yang satu ini sudah menikah, tetap saja waktu bersamanya lebih banyak dibanding dengan istrinya. Itu yang membuat Kamiyama merasa beruntung. Cemburu itu tak ada gunanya, begitu pikirnya.
"Kau, antarkan kami pulang sekarang!"
"Ehh?" melihat ekspresi galak Kagura, Kamiyama pun segera mengangguk meski ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Bahkan keadaan Kapten Okita sekarang sangat memprihatinkan.
"Mengerti, Nyoya."
Mereka pun naik mobil patroli shinsengumi menuju ke kediaman Okita untuk menjemput Souko-chan.
Sesampainya di rumah dan disambut Souko yang berlari menuju Sougo dan Kagura dengan senyum mengembang diwajahnya.
"Papi!" Sougo berjongkok agar Souko bisa memeluknya.
"Nak, kau sudah membuat masalah dengan ibumu." Ucap Sougo sambil mengacak-acak lembut rambut Souko.
Souko hanya memasang ekspresi bingung. Ia tak mengerti.
Sebelum pergi ke Istana Shogun, tentu Sougo ganti baju dulu. Karena ia masih mengenakan baju pasien. Kagura terpaksa membantu Sougo ganti baju karena Sougo tidak bisa menggantinya sendiri.
Dan proses mengganti bajunya tak perlu dijelaskan!
Singkat cerita mereka sudah tiba di kediaman Soyo.
Mereka bertemu dengan Si cantik Shogun di ruang pribadinya dan menjelaskan masalah yang menimpa keluarga mereka.
"Hm hm. Begitu,ya. Sou-chan, dengarkan Bibi, ya.." ucap Soyo sambil membelai pipi Souko.
"Kacamata itu adalah hadiah ulang tahun dariku.." kemudian ia melepas kacamata Souko dan memberikan Souko sebuah cermin. "Lihatlah, betapa kau mirip sekali dengan ibumu, saaangat cantik."
Souko melihat pantulan dirinya di cermin, kemudian dia menoleh ke ibunya, lalu kembali melihat ke cermin, menoleh lagi ke ibunya, melihat lagi ke cermin. Mirip! Mami, memang Mami kandungku!
"Mami….." Souko pun mendekati Kagura dan memeluknya. "Kau Mamiku!".
Yaps, masalah ini pun selesai.
Soyo mengantar keluarga kecil tersebut sampai ke gerbang depan.
"Soyo-chan maaf merepotkanmu."
Kagura dan Soyo berpelukan.
"Tak apa, Kagura-chan. Justru aku yang minta maaf karena membuat masalah pada keluargamu."
Melepaskan pelukan mereka.
"Kami pulang dulu, Shogun-sama." Ucap Sougo sopan.
Mereka bertiga pun menaiki mobil patroli yang terparkir di luar gerbang, dan tentu saja Kamiyama masih setia menunggu di dalam mobil.
"Daaaaaaaa.." ucap Souko dalam mobil, sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Sampai jumpa lagi.." Soyo membalas lambaian tangan Souko.
Nah, setelah kisah konyol yang diceritakan dengan panjang lebar tersebut, apakah Soyo akan membelikan Souko kado penutup mata bajak laut? Gara-gara kacamata saja Souko mengira Sachan sebagai ibunya, mungkin jika Soyo membelikannya penutup mata bajak laut, Souko ganti akan mengira Kyuubei sebagai ibunya! Itu bukan hadiah yang tepat! Seseorang harus mengingatkan Soyo!
TBC~
Author nyengir :D
Duuuh, kok alur fic nya maju mundur cantik kek gini? xD lol
Ini gimana ya jelasinnya. Inti cerita ini sih tentang ultah Souko, tapi di tiap chapternya bakal ada flashback bahkan flashback di dalam flashback kyk orang susah moveon xD lol
Kenapa nggk pake alur maju aja? Yah udah terlanjur ngetik sebanyak ini masa mau dirombak lagi? Wkwkwkw /bilang aja males woy/ xD
Kalo pendapat author pribadi sih, fic ini alurnya jelek :3 hehehe
Chapter depan ganti flashback keluarga Sakata xD yeeeeee xD kira-kira Gin dah nikah belom ya? xD
Cukup deh, makasih yang udah baca, jangan lupa tinggalin testimoni ya xD /plak/
