Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Life as Assassin © Kithara Blue
Warning : Typo, OOC, weird story, ect.
Pairing :
SasuSaku, NaruHina, ShikaTema, NejiTen, SaIno, GaraaMatsu
Rated :
T
Genre:
Crime, Action, Romance, Hurt/Confort and Friendship
Summary : Kuakui mungkin aku gila, jika aku lebih memilih hidup sebagai Assassin. Tak kusangka hidupku berubah total, aku menemukan cara baru untuk merasa lebih hidup. Menjadi Assassin adalah pilihanku/ MURDER, AMBITION, RACES, LOVE AND FRIENDSHIP/SasuSaku, NaruHina, ShikaTema, NejiTen, SaIno, GaraaMatsu/ Mind to RnR, minna-san? XD
Don't Like? Don't Read
~Yosh! Happy Reading Minna-san
Hope you like it :D And Don't Forget to Review, Ok?
~oo000oo~
Life as Assassin
Chapter 1 : Beginning of My Destiny
"Yeaahh.. Yeaahhh.." Malam yang dingin itu tak sedikit pun mengusik orang-orang di arena balap liar yang tengah ramai dengan orang-orang yang sibuk berkumpul untuk melihat balapan yang sebentar lagi akan dimulai.
Brum.. Brum.. Brum. Tampak dentuman-dentuman suara motor sport yang siap untuk melaju hanya tinggal menunggu aba-aba.
"Mulai!" seorang wanita berambut merah yang berada ditengah arena memberikan perintah untuk memulai dan tentu langsung saja semua pembalap dengan gesit melajukan motornya.
"Yeayyy.. Yeaayy.." sorak sorai para penonton yang heboh pun menggema di malam itu.
Pembalap dengan motor sport berwarna emas pekat didominasi warna hitam metalik dengan santainya menyelip-nyelip diantara pembalap lainnya. Sekarang, pembalap tersebut berada diposisi pertama dengan arena balap yang akan mencapai finish di jembatan yang sekitar 100 meter lagi di depannya, maka dia akan menjadi pemenang. Namun, berada 5 meter dibelakang pembalap itu, pembalap dengan motor sportnya berwarna silver dan hitam mendominasi mulai menyamai kedudukan dengan pembalap motor sport bewarna emas. "Sial!" umpat pembalap yang menggunakan motor sport berwarna emas.
"Sepertinya asyik, Sakura? Ada pembalap baru yang menyaingimu?!" sambil menyeringai, orang yang menghubungi pembalap dengan motor emas –yang diketahui bernama Sakura itu— Menggunakan earphone ditelinga kanannya.
"Hehehe, Tenten! Apa harus aku menggunakan cara biasa untuk menyingkirkannya?" sambil tertawa remeh Sakura tetap melaju dengan motornya tidak membiarkan pembalap baru dengan motor silver itu mendahuluinya.
"Terserah kau saja, asal jangan merusak motorku itu!" Tenten –yang menghubungi Sakura melalui earphone— memutar bola matanya bosan.
Setelah mendengar jawaban itu Sakura langsung saja menambah kecepatan motornya dan langsung menghadang laju motor pembalap yang menurutnya menggangu. Pembalap itu tak mau kalah, langsung saja dia melewati besi pembatas jalan sebagai jalan pintasnya untuk melaju ke depan Sakura. Sakura yang tak terima pun, mendekati motornya ke motor pembalap itu. Dia kemudian menendang motor pembalap itu, sontak saja membuat pembalap saingannya jatuh ke arena, namun tetap bisa mempertahankan motornya agar tetap jalan terus walaupun sempat tak terkendali, dengan sigap pembalap itu mengendalikan motornya agar dapat jalan kembali.
Tampak seringai licik di balik helm Sakura. Dengan kejadian itu posisinya jauh di depan pembalap yang menurutnya menganggu dan tak satu pun menyamainya.
"YAAAAAAAAAAAAAAYYYYYYYY!" sorak sorai penonton pecah ketika motor Sakura melintasi garis finish.
CKITTT CKITTT
Sakura mengerem motornya beberapa meter dari garis finish yang dilintasinya dan kemudian memutar motornya menghadap garis finish. Tak lama dia berhenti para penonton pun mengerubunginya.
"Woyy~ Jidat.. kau keren sekali tadi!" gadis pirang blonde dengan rambut dikuncir kuda menghampiri Sakura dengan perempuan berambut coklat bercepol dua. "Hahaha akhirnya aku mendapatkan motor baru juga, Pig!" Jawab Sakura yang dipanggil jidat oleh sahabatnya yang bernama Ino.
"Baguslah! Jadi kita bisa balapan." sahut gadis berambut coklat bercepol dua bernama Tenten. "Sip." Sakura mengedipkan sebelah matanya sambil menjulurkan lidahnya.
"YAYYYYY KITA SUDAH MENGETAHUI PEMENANG-NYA! MASTER KITA! NONA HARUNOOOO!" terdengar suara laki-laki yang berjalan mendekat ke arah Sakura, Tenten, Ino dan para penonton yang masih mengerubungi Sakura langsung bersorak sorai. "INI DIA, HADIAHMU NONA!" laki-laki itu pun menyerahkan sebuah kunci kepada Sakura yang langsung di sambar Sakura dengan semangatnya.
"Yap! Mana motorku itu?" dengan cengirannya, Sakura tampak sudah tak sabar dengan hadiahnya yaitu sebuah motor. Yah, pantas saja dia bersemangat. Dia sudah lama menginginkan sebuah motor sendiri untuk digunakannya membalap. "Jangan terburu-buru Sakura, malam ini Tuan Jiraya akan mentraktir kita semua di klub-nya!" kata laki-laki tadi yang mempunyai rambut dan alis tebal bernama Lee.
"OK SEMUA! MALAM INI TUAN JIRAYA ULANG TAHUN JADI KITA SEMUA AKAN DITRAKTIR DI KLUBNYA.. YOOOOOYYY," dengan semangatnya Lee dan sorak sorai para pengunjung yang langsung masuk kedalam klub mewah yang besar itu. "Sakura, ayo! Kau harus bertemu Tuan Jiraya, sepertinya dia mau memberimu hadiah lain!"
"Hmm? Hadiah lain? Apa?" tanya Tenten bingung. "Entahlah, Tuan Jiraya hanya bilang ingin bertemu pemenang balapan."
"Oh ya udah. Ayo! Aku jadi tak sabaran." sahut Sakura, kemudian mereka pun berjalan.
DI RUANG KERJA JIRAYA
Laki-laki paruh baya mempunyai rambut putih panjang memegang sebuah gelas bir yang duduk di sofa besar ruangan itu dengan beberapa wanita didekatnya.
TOK TOK TOK. Terdengar derap langkah masuk beberapa orang setelah laki-laki paruh baya tadi memerintah mereka untuk masuk. Sakura, Ino, Tenten, dan Lee membungkuk hormat setelah berhadapan dengan laki-laki paruh baya yang diketahui bernama Tuan Jiraya.
"Jadi? Sakura? Kau pemenangnya?" suara baritone Jiraya memecah keheningan di ruangan itu. "Hahaha iya, Jiraya-sama." jawab Sakura canggung.
"Hm, Seperti biasa ya?" Kemudian Jiraya berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya di pojok ruangan itu. Kemudian dia membuka laci di samping kiri meja kerjanya lalu mengambil sesuatu yang tebalnya 5 cm dan dibungkus oleh amplop coklat.
"Ini." Jiraya melempar amplop itu ke arah Sakura yang dengan sigap Sakura mengambilnya, dengan wajah bingung dia menatap Jiraya. "Hari ini aku ulang tahun. Jadi aku sedikit berbaik hati memberimu beberapa hadiah karena kau telah memenangkan perlombaan balap tadi. Bukalah!"
Perintah Jiraya tentu saja langsung dilaksanakan Sakura. Sakura kaget ketika dia melihat isi amplop itu yang ternyata adalah uang. Dan beberapa saat kemudian seulas senyum terpampang di wajah Sakura.
"Terima kasih, Jiraya-sama." dengan senyum yang masih terpasang diwajahnya dia membungkuk menghadap Jiraya. "Hm. Dan motor yang kujanjikan sebagai hadiah pemenang balap ini, Lee yang akan menunjukan tempatnya," kemudian Jiraya menatap Lee yang dijawab anggukan Lee. "Lee bawa Sakura untuk menemui hadiahnya. Dan setelah itu kalian nikmatilah acara di klub ini. Aku mentraktir kalian semua!" sambung Jiraya.
"Baiklah, Tuan. Kami permisi dulu." serempak Lee, Sakura, Ino, dan Tenten membungkuk dan kemudian keluar dari ruangan itu.
"Wah Sakura! Pokoknya kau harus mentraktir kami." kata Ino menatap amplop yang sekarang sedang Sakura selipkan dikantong dalam jaket hitamnya.
"Iya, tenang saja! Lee tunjukkan dimana letak motorku! Aku sudah tak sabar lagi."
"hm? Kau tak mau ke klub dulu?" tanya Lee yang mengkerutkan keningnya. "Hm setelah aku lihat motorku." Sahut Sakura girang.
"Ckckck, baiklah! Ayo!"
PARKIRAN BAWAH KLUB
"Holy shit, ini keren sekali, Saku." Ucap Tenten dengan memasang wajah berbinarnya. "Aku boleh pakai juga, kan?" sambung Tenten lagi.
"Iya, tenang saja. Asal jangan kau jadikan hak milik saja." kata Sakura sambil tertawa melihat tingkah Tenten yang menurutnya lucu plus aneh karena sebenarnya Tenten adalah orang kaya yang pastinya bisa membeli selusin motor seperti itu untuknya. Jadi untuk apa dia meminjam jika bisa membeli?
"Hah~ sudah puas teman-teman? Ayo kita ke klub! Huuh~ pasti kita sudah ketinggalan pestanya." Ino memutar bola matanya bosan melihat kelakuan kedua sahabatnya ini. "Hahaha iya, nona. Maaf telah membuang waktumu." ucap Sakura sambil cekikikan dengan Tenten.
"Oke, ayo kita berpesta!" sambung Lee dengan semangat mudanya.
Kemudian mereka pun kembali ke klub setelah Sakura tadi mencoba motor barunya di ruangan parkiran yang cukup luas sebagai tempat ilegal mencoba motornya itu.
DALAM KLUB
SAKURA POV
Suara dentuman musik yang sangat ribut ditambah sorakan para pengunjung klub ini sungguh menggangguku belum lagi pencahayaan di tempat ini sungguh minim dan lagi sungguh sempit untuk berjalan saja. Bagaimana tidak sempit kalau setiap kau melangkah pasti bersentuhan dengan orang yang sedang menari-nari mengikuti irama lagu dalam klub ini. Kuakui irama lagu ini memang mengundangku untuk menggerakkan tubuh namun aku tidak terlalu hobby untuk melakukan hal itu. Sebenarnya kalau bisa memilih aku sangat ingin mencoba motor baruku yang indah itu dan membawanya ke apartementku, kemudian aku tidur di ranjangku yang empuk karena sejujurnya aku sangat lelah sekarang, namun itu tak mungkin terjadi karena sahabat blondeku ini siapa lagi kalau bukan Ino, Miss Party yang memaksaku dan Tenten untuk ikut berpesta.
Dapat kulihat Tenten yang disampingku sedang memutar bola matanya dan menghela nafas berkali-kali melihat kelakuan Ino yang berada depan kami dengan semangatnya menari-nari. Aku pun terkadang heran kenapa dia suka sekali berpesta? Perasaan ini tidak terlalu menarik bagiku, hah~ entahlah. Mau bagaimanapun aku tak mungkin meninggalkan sahabatku ini sendiri.
"Hai, Ino! Tenten! Aku sangat haus, kalian mau ambil minum, tidak?" tanyaku pada kedua sahabatku ini. "Aku tidak. Sepertinya aku ingin buang air. Aku ke toilet dulu ya." ucap Tenten yang kemudian berlalu pergi.
Aku hanya mengangguk membalas ucapan Tenten, kemudian kuarahkan pandangku ke tempat Ino tadi. 'Hah anak itu, suka-sukanya saja!' batinku setelah kudapati Ino yang telah berjalan menjauh dariku menuju pusat keramaian Klub ini.
Aku pun mendudukan diri di meja pojok bar, kemudian aku memesan sebuah wine kepada salah satu pelayan. Tak sampai 5 menit pesananku pun sudah ada di mejaku. Aku pun langsung meneguk sedikit wine pesananku kemudian meletakannya kembali ke meja.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan bar ini hingga mataku berhenti pada sesosok yang tengah berdiri di depan pintu masuk bar ini, tampaknya dia tidak asing di mataku. Laki-laki itu tiba-tiba juga menatapku, dia menggunakan masker hitam yang menutupi hampir setengah mukanya dan rambutnya silver mencuat keatas melawan gravitasi. Dia menggunakan jaket hitam dengan corak api di beberapa bagian. Tunggu dulu! Corak api?
"Dia kan-"
DOR DOR DOR
"AAAAA..."
"KYAAAAA"
Pikiranku pun langsung buyar mendengar suara dentuman pistol yang membuat suara gaduh dan mengubah suasana menjadi panik di bar ini. Pandanganku pun tak tentu arah melihat sekitar.
Kemudian aku melihat kembali ke tempat laki-laki itu berdiri tadi dan dia sudah tak ada? 'Aneh sekali' batinku. Sepertinya aku yang aneh, tentu saja dia pergi menyelamatkan diri bukan seperti aku yang masih duduk tak mengerti keadaan sekarang hingga seseorang yang kukenali pun datang.
"Hai Saku, ayo cepat! Tenten menyuruh kita keluar dari klub ini secepatnya!" ujar Ino yang tampak terengah-engah menepuk pundakku.
"Hah~ baiklah."
~oo000oo~
APARTEMENT SAKURA
FULL SAKURA POV
Aku melihat keluar jendela kamarku. Sekarang sudah jam 1 malam namun tampaknya jalanan di kota ini sedikit pun tak ingin menyudahi aktivitasnya. Aku sedikit heran dengan orang di luar sana yang masih setia dengan aktivitasnya, apakah mereka tak lelah dan tak rindu dengan ranjangnya? Hm aku saja selalu merindukan kasurku saat kerja walupun kecil tapi kasur ini cukup membuatku merasa nyaman dan selalu menemaniku menjelajahi mimpi-mimpi.
Hahh~ aku sangat lelah sekarang namun mataku tak ingin terpejam walaupun aku sudah berulang kali mencari posisi nyaman untuk tidur. Dan disinilah aku sekarang duduk dekat kaca jendela kamar apartementku dan melihat-lihat aktivitas kota yang membisu malam ini. Aku sedikit bahagia beberapa hari ini. Akhirnya aku mempunyai motor sendiri untuk dipakai balapan. Selama ini aku selalu meminjam motor dari sahabatku yang sebenarnya juga menyukai balapan, siapa lagi kalau bukan Tenten.
Tenten adalah sahabatku dari kecil karena kami berasal dari panti asuhan yang sama. Cuman, Tenten saat umur kami 15 tahun dia diadopsi oleh dokter kaya dan kemudian pindah dan tinggal di China. Semenjak itu aku tak pernah tahu informasinya, kemudian setelah kepergiannya itu 8 bulan kemudian aku diadopsi dengan keluarga yang biasa-biasa saja ekonominya namun cukup harmonis. Aku sangat bahagia hidup dengan keluarga baruku ini namun takdir berkata lain, 5 bulan aku bersama keluargaku ini hingga suatu tragedi terjadi. Kedua orangtua angkatku mengalami kecelakaan dan meninggal. Miris rasanya mengingat itu. Saat kau baru merasakan hidup dengan keluarga yang selama 16 tahun kau impikan dan baru kau menikmatinya dalam sekejap saja itu semua hilang.
Kemudian seluruh harta kedua orangtua angkatku diberikan semuanya padaku. Walaupun tak banyak namun cukup untuk membuatku bisa bertahan hidup. Aku pindah ke apartement kecilku sekarang ini dan menjual rumah orangtuaku yang menurutku terlalu besar untukku tempati sendiri. Sisa dari penjualan rumah itu aku belikan sebuah motor yang sebenarnyaku peruntukan untuk memudahkan dalam aktivitasku,karena aku harus bekerja sampingan dan sekolah. Namun suatu hari aku bertemu dangan Ino.
FLASHBACK : ON
Saat itu aku sudah menerima gaji pertamaku. Kemudian aku memutuskan untuk berjalan-jalan di beberapa toko pakaian. Yah, sekali-kali aku ingin membeli baju bagus untuk diriku sendiri. Kuedarkan pandanganku keberbagai penjuru hingga pandanganku terhenti disebuah toko yang memampangkan baju dress merah marun yang berkerut dibagian dadanya, roknya sedikit mengembang namun tampak manis dan pita kecil dibagian pinggang, ah sungguh manis menurutku. Aku sangat ingin membelinya namun kupikir-pikir baju seperti itu untuk apa denganku. Namun sepertinya aku tetap menginginkan baju itu, kemudian kulangkahkan kakiku mendekat ke toko baju itu dan langsung saja aku memanggil pelayan yang langsung menghampiriku.
"Hmm baju ini berapa?" aku bertanya sambil menunjuk baju tersebut.
"Maaf nona, baju ini limited edition terakhir di toko kami dan baju ini telah ada yang memesannya." jelas pelayan itu.
"Oh, gitu." aku pun tersenyum terpaksa dan hanya mengangguk.
'hah~ sebaiknya ku simpan saja uang ini' batinku setelah keluar dari toko itu.
Karena aku pun sudah tak berminat untuk berbelanja, kemudian kulangkahkan kakiku mendekati motorku. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku sontak saja aku melihat kebelakang.
"Hai, nona!" sapa seorang gadis berambut pirang di kuncir kuda.
"I-iya?'' jawabku bingung. "Sepertinya kau menyukai baju ini ya? Kalau kau mau ini untukmu saja." gadis itu menyodorkan baju-yang ternyata dress yang kuinginkan tadi dalam plastik di tangannya. "..." aku bingung harus jawab apa. 'kenapa dia baik sekali?' batinku.
"Ini, ambillah!"
"Hm te-terima kasih."
"Wahhh karena aku baik memberimu baju ini, sekarang aku mau pinjam motormu itu!"
"Eh?"
"Sekarang mana kunci nya?"
"Loh? Tapikan-"
"Aku yang mengendarai yah!" langsung saja gadis itu mengambil kunci yang ada ditanganku. Aku hanya bisa terdiam bingung dengan keadaan yang tak aku mengerti sekarang ini.
"Hey, ayo naik!"
"Eh, iya."
*SKIP TIME*
"WAH~ akhirnya sampai juga! Keren kan tempatnya?"
Aku hanya terbengong melihat tempat yang ditunjukkan oleh perempuan berambut blonde ini yang bahkan belum tau siapa namanya. Bagaimana tidak bingung? Beberapa saat lalu dia memberiku dengan cuma-cuma sebuah baju yang kuinginkan, lalu dengan seenak jidatnya menyeret dan membawaku ke tempat asing ini tapi kalau sejujurnya, tempat ini memang keren. Bukan itu saja, perempuan blonde ini membawa motorku dengan kecepatan diatas rata-rata hampir saja dia membuat jantungku loncat karena hampir membuat nyawaku melayang sia-sia.
Aku tak habis fikir gadis yang tampak manja dan lebih bergaya 'keperempuanan' ini ternyata ada sisi 'kelakiannya' juga. Gimana tidak aku berfikir seperti itu? Dia membawaku ke TEMPAT BALAPAN? Yang benar saja?
TBC
