"Ugh…ittai…M-mama! Ma! Bangun! Papa juga! Papa! Mama! Okitte kudasai!"
.
.
.
"The Day I Saw You"
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Rated : T
Pairing: AkaKuro
Warning : OOC, possible typo(s) and many more.
.
.
By : onoderabun
.
.
"Tetsu-kuun~"
Kuroko mendongak ke belakang, menatap gadis berambut merah muda berlari nan indah ke arahnya. Entah dibuat-buat atau tidak, Kuroko tak tahu.
"Ada apa, Momoi-san?" tanya Kuroko spontan.
"Ano ne, soal proyek presentasi budaya kita…"
Momoi mulai bercerita panjang lebar mengenai tugas presentasi mereka, seperti yang ia lakukan semenjak dua hari yang lalu yang lalu. Saat dosen mereka memberikan tugas kelompok presentasi mengenai budaya mereka.
"Hmm…ini boleh saja sih. Tapi aku merasa semuanya belum cukup bagus nantinya di hadapan dosen. Sepertinya kita perlu sumber yang lain," ujar Kuroko sambil menatap beberapa lembar kertas yang dibawa Momoi tadi.
"Sumber yang lain?"
"Ya, misalnya…tanya pada orang yang berpengalaman berada di luar Jepang?"
"Memangnya di antara kita ada yang pernah ke luar Jepang?"
"Umm…tidak sih. Tapi kita bisa mencari orang bukan? Oh iya, Kise-kun mana?"
"M-hmm. Kise-kun…tentu saja dia sibuk dengan pekerjaan modelnya itu. Tapi ia sudah mengerjakannya sebagian dari ini sih,"
"Sou ka," Kuroko pun mengangguk, lalu ia teringat akan sesuatu.
"Ah gomen Momoi-san. Aku harus ke perpustakaan pusat. Ada buku sastra yang harus kukembalikan. Aku sudah meminjamnya selama satu minggu. Sampai besok," Kuroko pun membalikan badanya dan berjalan cepat.
"Matta ashita, Tetsu-kun!" balas Momoi sambil melambaikan tangannya kepada sosok Kuroko yang makin mengecil namun hilang begitu saja sesudahnya.
Kuroko pun menaiki sepedanya dan mulai mengayuh cepat ke arah pusat kota, tepatnya di sebuah perpustakaan paling besar di kota itu. Tentu saja buku-bukunya sangat banyak dan lengkap. Oleh karena itu, Kuroko lebih memilih pergi ke perpustakaan kota dibandingkan perpustakaan kampus.
Akhirnya ia pun sampai di depan perpustakaan tersebut. Ia segera memarkirkan sepedanya dan berjalan masuk ke dalamnya. Dari pertama ia masuk, jauh disana sudah terpampang beberapa rak yang diisi penuh oleh buku-buku yang bervariasi. Tak lupa dengan banyak pengunjung yang berputar-putar di tiap rak, membaca buku di tempat yang sudah disediakan, dan beberapanya mungkin berada di lantai-lantai atas.
Tanpa basa-basi, ia segera naik ke lantai tiga dan segera ke bagian informasi di sana. Ia segera mengembalikan buku tersebut.
'Mungkin aku juga harus meminjam buku untuk bahan presentasi nanti,' pikir Kuroko, lalu melangkah naik ke lantai empat, lantai yang paling atas, sekaligus lantai yang paling sepi. Tapi tetap saja masih ada orang yang berminat ke lantai tersebut, biarpun sedikit.
'Budaya…budaya…budaya…ah, ini dia,'
Kuroko pun mengambil, membuka-buka, membaca-baca dan mengembalikan buku tersebut ke asalnya. Rasanya susah mencari-cari buku yang cocok untuk dijadikan bahan presentasinya nanti.
Ia mengambil buku yang lain namun ia langsung menjatuhkan beberapa buku dan membuatnya berantakan. Kuroko pun langsung berjongkok dan membereskan semua buku itu. Tipba-tiba, ia menemukan sepasang sepatu black converse di pandangannya dan mendongak ke atas.
Matanya melebar ketika mendapati seorang laki-laki bersurai Crimson yang menatapnya ke bawah. Pandangan mereka saling bertemu. Kuroko menyadari, bahwa laki-laki yang kini di hadapannya ini mempunyai dua warna mata yang berbeda. Satunya berwarna sama seperti rambutnya, yaitu Crimson dan satunya lagi berwarna kuning Khaki. Heterochromia bertemu Cyan.
Kuroko tak dapat mengalihkan pandangannya, bahkan tak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa terus menatapnya tanpa bergerak sedikitpun. Ia terlalu kagum dengan sosok yang ada di depannya itu. Dan entah kenapa, hatinya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Seakan-akan, waktu berhenti sementara karena ia menatap bola mata laki-laki itu dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tiba-tiba, Kuroko sadar bahwa ia membuat atmosfer di antara mereka berdua semakin tidak enak. Tidak pantas ia menatap laki-laki yang tidak dikenalnya sedikitpun dengan tatapan seperti itu.
Ia juga belum pernah melihat laki-laki ini sebelumnya. Ah, itu sih wajar. Penduduk kota ini kan tak hanya itu-itu saja. Tidak mungkin juga Kuroko mengenal wajah dan tingkah laku setiap penduduk kota di sini. Dengan cepat, ia segera kembali menunduk dan melanjutkan aktivitasnya, yaitu membereskan buku yang tadi ia jatuhkan.
Namun, Kuroko tertegun karena laki-laki itu ikut berjongkok dan membantu Kuroko membereskan buku-buku tersebut.
"Ah—"
"Do you mind if I'm helping you?" tanya laki-laki itu dengan bahasa yang berbeda pada Kuroko sambil memungut beberapa buku dan memberikannya pada Kuroko.
'Oh…dia bukan orang Jepang. Tapi terlihat seperti orang Jepang,' pikir Kuroko sambil menatap buku yang diberikan padanya lalu menerimanya.
"N-not really. I just think I would burden you as an unknown person," balas Kuroko.
Beruntung dia sering membaca buku berbahasa Inggris dan jika ada kata-kata yang ia tak mengerti, ia langsung menggunakan kamusnya. Namun, tetap saja ia grogi jika berbicara pada orang yang tidak dikenalnya, bahkan dengan bahasa asing.
"U-um…can you talk Japanese? I doubt with my grammar and it will make you confuse," kata Kuroko lagi.
"No, it's fine. Aku tidak bingung dengan bahasa Inggrismu kok," jawab orang itu membuat Kuroko sedikit terkejut.
"O-oh…begitu. Can you talk Japanese properly?" tanya Kuroko lagi memastikan.
"Aku masih orang Jepang, jadi aku bisa berbahasa Jepang dengan baik dan lancar," ucap laki-laki itu dengan sesungging senyum simpul di wajahnya, lalu ia mengulurkan tangannya pada Kuroko.
'Masih?'
"Akashi Seijuro. Maaf aku berbicara berbahasa asing tadi karena bola matamu itu mirip dengan orang-orang di Australia,"
Kuroko pun menjabat tangannya.
"Um…Ku—"
"Kuroko Tetsuya, desu ne?" potong laki-laki yang mengaku Akashi Seijuro itu sehingga membuat Kuroko kalah cepat.
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Kuroko bingung.
Kuroko menatap laki-laki itu yang tahu-tahu menatapnya aneh. Dahinya berkedut dan tampaknya ia bingung dengan pertanyaan Kuroko barusan.
"E-eh…apa aku mengenalmu sebelumnya? Mungkin aku tidak ingat atau—" tanya Kuroko lagi cepat sebelum diduga aneh oleh Akashi.
"…Tidak kok. Sebenarnya aku melihat namamu di tasmu itu," kata Akashi sambil tersenyum simpul dan melepaskan jabatan tangannya itu.
Kuroko langsung melihat di tasnya. Benar saja, ada namanya tertera di tasnya itu. Namanya berupa jahitan yang sama sekali tidak rapi tertempel di tas itu, dan ia teringat akan Momoi yang berbaik hati menamai tasnya dengan jahitan namanya.
"Ah ya…aku baru ingat. Temanku menjahitkannya untukku," ucap Kuroko sambil menggaruk-garuk pipinya dengan jari telunjuknya.
"Sou ka. Ah, aku harus pergi. Sampai jumpa lagi Tetsuya," kata Akashi sambil membalikkan badannya dan berjalan pergi dari rak itu.
Kuroko tertegun saat mendengar Akashi memanggil langsung nama kecilnya. Ia pun juga tak mau kalah dan membalasnya.
"Sa-sampai jumpa lagi juga, Akashi-kun!" ucap Kuroko berusaha agar suaranya mencapai indera pendengaran Akashi.
'Eh…? Sampai jumpa?' Kuroko baru berpikir bahwa kata 'sampai jumpa' itu menandakan bahwa mereka akan bertemu lagi. Tapi kapan? Di mana?
Kuroko menatap tangannya yang berjabatan dengann tangan Akashi tadi dengan sesungging senyum yang tipis di wajahnya. Ia sangat senang sepertinya bisa berkenalan dengan Akashi. Ia harap, ia memang bisa bertemu lagi dengannya.
Kuroko pun teringat bahwa ia harus mencari buku referensi untuk bahan presentasinya. Ia pun melanjutkan aktivitasnya hingga ia selesai.
"Sepertinya referensi dari buku saja memang tidak cukup Momoi-san," sungut Kuroko dengan wajah datar seperti biasanya sambil membuka-buka buku yang baru ia pinjami kemarin dari perpustakaan pusat.
"Berarti…kita benar-benar membutuhkan sumber dari orang yang berpengalaman ya…aku akan bertanya pada teman-temanku nanti, Tetsu-kun!" ucap Momoi dengan mengepalkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Arigatou Momoi-san. Aku juga akan bertanya-tanya nanti pada yang lain,"
"Douita ne~ Un! Ganbatte, Tetsu-kun!"
"Hai,"
Tiba-tiba Kuroko teringat akan kata-kata Akashi kemarin.
"Maaf aku berbicara berbahasa asing karena bola matamu itu mirip dengan orang-orang di Australia,"
"Ah…harusnya kemarin aku menanyakannya padanya…" ucap Kuroko sambil menaruh dahinya di meja.
"Eh? Siapa Tetsu-kun?" tanya Momoi bingung menatap Kuroko.
"Kemarin…aku bertemu orang Jepang yang habis dari Australia. Dia sangat baik dan menawan. Sepertinya sangat bijak. Harusnya aku bertanya padanya…aku lupa," terang Kuroko sambil menghela napasnya.
"Umm…zenzen desu ne," balas Momoi sambil menopang dagunya.
"Siapa namanya-ssu?"
Kuroko langsung menegadahkan kepalanya.
"Kise-kun,"
"Yo! Kurokocchi! Momoicchi!"
"Ki-chan, apa kau sudah mencari referensi juga buat presentasi kita?" tanya Momoi.
"M-hmm…sudah-ssu," Kise pun menyerahkan beberapa lembar kertas pada Momoi dan Momoi mulai membacanya..
"Kise-kun. Apa kau kemarin melihat email dariku kemarin? Kau tidak membalasnya," tanya Kuroko.
"Gomen-ssu! Kemaren ponselku lowbat jadi aku tidak bisa membalas email Kurokocchi. Tapi aku membacanya kok. Tapi waktu aku membacanya, aku sudah di rumah-ssu. Padahal aku bisa bertanya banyak pada staf-staf di sana kalau Kurokocchi mengirimkannya lebih cepat," ucap Kise terus terang.
"Hah…" lagi-lagi Kuroko menghela napas. Ia masih harus memikirkan di mana ia dapat bertemu orang dari luar Jepang.
"Demo, katanya bakal ada siswa baru dari luar negeri yang akan masuk ke kelas kita-ssu. Bagaimana kalau kita masukkan dia ke grup kita?" tanya Kise.
"…Baiklah. Kuserahkan tugas itu padamu Kise-kun," ucap Kuroko dengan perasaan yang berbeda dengan yang tadi. Seakan-akan, sebersit harapan muncul di hadapannya. Ia pun tersenyum tipis pada Kise.
"Hai, Kurokocchi!"
Dosen pun masuk ke kelas mereka dan langsung menaruh barang-barangnya di mejanya.
"Baiklah, hari ini kita kedatangan orang baru. Oi, masuklah anak baru,"
Orang baru yang dimaksud dosen tersebut pun segera membuka pintu kelas, lalu berjalan ke meja dosen. Kuroko langsung tercengang melihat orang baru tersebut. Ia tak percaya bisa menatap sosok itu lagi dan bahkan ia akan bertemu dengan orang itu setiap hari-hari kuliahnya. Momoi yang peka menatap Kuroko bingung.
"Tetsu-kun, doushita no?" tanya Momoi.
"A-ano…orang itu…yang kutemui kemarin di perpustakaan pusat…"
"Eh?!"
"Namaku Akashi Seijuro. Aku datang dari Australia karena keluargaku kembali berpindah ke sini. Mohon bantuannya mulai saat ini juga,"
Nah udah selesai baca kan? Review yak, jangan jadi silent reader aja. Nanti saya sedih /peduli amat/
Fic ini saya persembahkan kepada para pembaca, terutama mekakushitdan dan para penggemar akakuro yang lainnya /o/
Kalo penasaran, tunggu aja apdetannya dari author nista yang suka menunda-nunda pekerjaan ini. Bubaaai~
