Luhan memasuki halaman sebuah rumah besar bergaya kuno—yang menurutnya hampir mirip kastil di buku dongeng—dengan perasaan takut. Pasalnya rumah besar itu nampak seperti rumah tak berpenghuni. Ia heran kenapa ayahnya harus mengirimnya ke tempat semacam ini?
Luhan mengetuk pintu kayu besar dibagian depan rumah itu dengan hati-hati.
"P-permisi!" kata Luhan terbata, perasaannya benar-benar tidak enak kali ini.
Karena tak kunjung ada yang menjawab setelah beberapa kali mengetuk, Luhan memberanikan diri untuk mendorong pintu besar itu.
Ternyata pintunya tidak terkunci.
Sambil menelan ludah gugup, yeoja berambut ikal sebahu itu berjalan memasuki ruangan megah yang sesuai dugaannya mirip kastil di buku dongeng. Ia terus berjalan mengitari ruangan tapi tidak ada seorangpun yang ia temui.
Apa rumah ini memang benar-benar kosong?
Saat memasuki ruangan berikutnya, ia melihat sesosok namja tengah tertidur di sebuah sofa dengan earphone di telinganya. Dengan sedikit takut ia mendekati namja itu.
"P-permisi, maaf kalau aku lancang memasuki rumah tanpa izin, tapi tadi aku mengetuk cukup lama dan tidak ada yang membukakan pintu," jelas Luhan di depan namja yang sepertinya tidak terganggu sedikitpun dengan kehadiran Luhan. Ia tetap memejamkan matanya, tidak ada tanda-tanda bahwa ia mendengarkan perkataan Luhan.
Luhan hendak melepas earphone yang ada di telinga namja itu agar ia dapat mendengar perkataannya tapi tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh namja berkulit putih pucat itu.
"Berani sekali eh?"
"Ap-apa?" Luhan kebingungan karena namja itu tengah menatapnya intens dengan mata tajamnya.
"Berani sekali kau mengganggu tidurku," kata namja itu sambil menyeringai, memperhatikan Luhan dari atas sampai bawah.
"Ma-maaf tapi aku tidak melihat orang lain selain kau jadi—emmpphh"
Luhan tak sempat meneruskan kata-katanya karena bibirnya dibungkam oleh bibir namja yang baru saja ditemuinya itu. Dengan kurang ajarnya ia melumat dan menggigit kecil bibir Luhan yang terus meronta mendorong dadanya. Namja itu menghisap darah yang mengalir dari luka kecil di bibir Luhan yang disebabkan oleh gigitannya tadi dengan tidak sabaran.
"Sehun-ah, kenapa kau begitu tidak sopan kepada tamu?" kata sebuah suara menginterupsi kegiatan yang dilakukan sang namja pucat bernama Sehun itu.
Sehun melepaskan ciumannya dengan terpaksa, dan menatap namja yang menginterupsi kegiatannya dengan tatapan datar. Sementara Luhan beringsut mundur ke belakang sambil memegangi bibirnya yang berdarah, ia merasa marah sekaligus ketakutan.
"Ck, kau mengganggu saja, Suho-hyung," kata Sehun pada namja berwajah bijak bernama Suho yang menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak habis pikir dengan kelakuan namja yang lebih muda darinya itu.
"Kau tidak lihat ia begitu ketakutan karena ulahmu?" kata Suho sambil mengerling Luhan yang sedang menatap Sehun dengan penuh ketakutan mendalam.
"Darahnya begitu manis hyung, aku tidak tahan, bibirnya juga tak kalah manis," kata Sehun tanpa rasa bersalah.
Darah? Dia bilang darah? Apa tadi ia menghisap darahku? Luhan menjerit takut dalam hati.
Sehun kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Suho dan Luhan yang masih meringkuk ketakutan di atas sofa.
"Ehm—maafkan dia Luhan-ssi, dia memang agak tidak tahu sopan santun dan sedikit urakan. Ah iya—namaku Suho" kata Suho sopan sambil mengulurkan tangannya.
Luhan mengangguk dan menerima jabatan tangan Suho, ia merasa bahwa Suho adalah orang baik, tidak seperti Sehun.
"Nah, apakah kau tahu kenapa kau dikirim kesini?" tanya Suho setelah ia duduk di samping Luhan.
Yeoja dengan mata indah itu menggeleng lemah. "Ayahku yang mengirimku kesini, aku tidak tahu untuk apa."
"Baiklah aku tidak akan menyembunyikan apa-apa lagi darimu. Sebenarnya kau dikirim kesini untuk dijadikan tumbal," kata Suho enteng.
"MWO? Apa maksudmu?" Luhan berteriak tak percaya mendengar kata 'tumbal' yang diucapkan oleh Suho.
"Kemarikan tanganmu," perintah Suho. Dengan ragu-ragu Luhan mengulurkan tangannya, lalu Suho menggigit lengan Luhan dan menancapkan taringnya disana.
"Ahh sakiitt—J-jadi kau vampire?" tanya Luhan terkejut sambil menahan sakit akibat gigitan Suho.
"Ya—kami semua vampire, dan kau ada disini untuk menjadi makanan kami," jawab Suho sambil menyeka sisa darah Luhan yang ada di sudut bibirnya.
.
.
.
.
.
.
Luhan berjalan mondar-mandir dikamar yang telah disediakan untuknya. Tadi Suho yang mengantarkannya ke kamar ini. Namja itu menyuruhnya untuk istirahat sebentar dan bersiap untuk makan malam. Luhan tidak yakin dengan kata makan malam, di pikirannya adalah ia yang akan dijadikan makan malam.
"Kenapa appa mengirimku kesini, apa salahku appa?" gumam Luhan lirih sambil menatap dirinya di cermin besar yang ada di kamar itu. Ia tak tahan untuk tidak menangis.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di pintu.
"Luhan-ssi, makan malam sudah hampir siap," terdengar suara Suho di balik pintu.
Luhan menyeka air matanya, kemudian menjawab, "Iya, aku mandi dulu sebentar Suho-ssi."
Kemudian Luhan memutuskan untuk mandi sambil berpikir bagaimana ia bisa lolos dari semua ini dan kabur dari tempat menyeramkan ini. Bahkan kamar mandi di rumah itu terasa sangat menyeramkan bagi Luhan, dengan ornamen kuno yang menambah kesan mistis dan membuat bulu kuduknya meremang.
Setelah cukup lama berendam, Luhan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk, karena semua pakaian gantinya masih ia letakkan di dalam kopernya.
Saat keluar dari kamar mandi, Luhan terbelalak melihat sesosok namja tengah berbaring diranjangnya.
"K-kau? Sedang apa kau disini?" teriak Luhan ketakutan, sambil membetulkan letak handuknya.
"Ini rumahku, terserah padaku mau berada dimana," jawabnya acuh sambil berdiri dan melangkah mendekati Luhan.
"K-kau mau apa?" tanya Luhan sambil melangkah mundur, tapi sayangnya pergerakannya terhalang oleh tembok dibelakangnya.
"Aku ingin—darahmu," jawab Sehun sambil menyeringai menunjukkan taringnya. Luhan berusaha berontak, tapi Sehun menahan kedua bahunya dengan kuat.
"Well, kali ini kugigit dimana ya?" gumam Sehun tanpa mempedulikan Luhan yang mati-matian berontak hingga handuk yang dipakainya hampir terlepas dari tubuhnya.
Sehun menyeringai melihat tubuh mulus Luhan. "Bagaimana kalau handuk pengganggu ini kulepas saja hm?"
"J-jangan—" Luhan mengeratkan genggamannya pada simpul handuk yang ia kenakan.
"Jujur saja baru kali ini aku merasa bergairah seperti ini melihat makanan," kata Sehun sambil terkekeh geli. Luhan bergidik ngeri, menurutnya tidak ada yang lucu dari perkataan Sehun barusan.
Tanpa basa-basi lagi Sehun kemudian mendekatkan wajahnya ke leher Luhan, tapi ia hanya mengecup leher mulus itu, tidak berniat meninggalkan gigitan disana. Kecupannya turun ke bahu, kemudian ke daerah dada Luhan. Sehun menyingkirkan tangan Luhan yang tengah menggengam simpul handuk didepan dadanya.
Luhan memejamkan matanya pasrah, entah kenapa ia merasa terbuai dengan sentuhan namja ini yang jelas-jelas hendak menjadikannya sebagai makanannya.
"Kenapa kau tampak menikmatinya hm?" ejek Sehun di sela-sela kegiatannya mengecup dan menjilat bagian dada Luhan yang tidak tertutupi handuk. "Ah—kau sungguh manis."
Karena merasa handuk itu menghalangi pergerakannya, Sehun membuka paksa handuk itu dan terpampanglah tubuh indah Luhan dihadapannya. Gadis itu hanya merona sambil berusaha menutupi daerah terlarangnya.
Sehun bersiul kecil. "Aku benar-benar ingin memakanmu sekarang juga."
Luhan hanya menggigit bibirnya, ia pasrah, ia sadar tak mungkin melawan namja didepannya ini. Jadi ia hanya bisa menjerit kecil saat Sehun menancapkan taringnya di dada sintalnya.
"Ahhh—" Luhan mendesah saat tangan Sehun bergerilya di bagian dada kirinya, sementara namja itu masih sibuk menghisap darah di dada kanannya.
"Wow kenapa kau mengeluarkan suara seperti itu? Merasa nikmat sayang?" Sehun menghentikan kegiatan minum darahnya sesaat ketika mendengar desahan Luhan.
Luhan hanya menggeleng kuat sambil memejamkan matanya.
"Luhan-ssi, apa kau sudah siap?" suara Suho lagi menginterupsi di balik pintu. Sehun memberi isyarat kepada Luhan untuk menjawab.
"N-ne, sebentar lagi aku keluar."
"Sayang sekali kegiatan kita harus berakhir—bahkan dimulai saja belum," kata Sehun tetap dengan seringai mengerikannya.
Sehun mengelus sekilas tanda yang ia buat di dada Luhan, membuat yeoja itu mendesah tertahan.
"Nanti kita lanjutkan lagi ne? Sekarang kau makan dulu yang banyak agar kau tidak kekurangan darah," kata Sehun sambil mengedip nakal pada Luhan, lalu melompat turun dari kamar Luhan melalui jendelanya yang terbuka lebar.
Jendela? Bukankah ini lantai dua?
Luhan melongok ke bawah jendela dengan panik, tapi ia tidak menjumpai adanya Sehun disana.
"Ah—tentu saja dia kan vampire, kau bodoh Luhan," gumam Luhan sambil memukul pelan kepalanya.
.
.
.
.
.
.
Saat Luhan memasuki ruang makan, sudah ada beberapa orang mengelilingi meja. Hanya Suho yang Luhan kenal disana. Dan ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Sehun.
"Kenapa lama sekali Luhan-ssi?" tanya Suho heran.
"Ehm—maaf tadi aku ketiduran," jawab Luhan sedikit gugup, karena saat ia duduk semua mata disana langsung memperhatikannya.
"Baiklah, karena kau sudah ada disini akan kuperkenalkan semua anggota keluarga kami," kata Suho. "Mulai dari—Kris."
Suho berkata sambil menunjuk seorang namja dengan wajah dingin berambut pirang, yang wajahnya agak mirip Sehun. Namja itu hanya menatap Luhan dengan tatapan tak berminat.
"Well, lalu disebelah Kris—Chanyeol," kata Suho sambil mengarahkan pandangan ke arah namja yang tengah tersenyum lebar pada Luhan, dia terlihat paling ramah diantara yang lain.
"Lalu Jongin." Namja yang disebutkan namanya itu menatap Luhan sambil menyeringai dan mengedipkan matanya. Luhan bergidik ngeri. Ia merasa tingkat kemesuman namja itu sama saja seperti Sehun.
"Dan terakhir Chen." Namja bernama Chen itu melambai singkat dan tersenyum pada Luhan, yang dibalas Luhan dengan senyum kikuknya.
"Kenapa aku tidak diperkenalkan juga?" tiba-tiba saja Sehun hadir di dalam ruangan dan langsung duduk di samping Luhan. Refleks Luhan sedikit menggeser tempat duduknya.
Suho mendengus malas. "Kau pasti sudah mengenalnya kan Luhan-ssi? Maknae kami, Sehun."
Luhan menatap Sehun disampingnya dengan agak takut sekaligus malu, mengingat apa yang ia perbuat tadi di dalam kamar. Tapi Sehun sungguh terlihat sangat tampan dengan rahang tegasnya, bibir tipisnya, tahi lalat mungil dilehernya, dan rambut kecoklatannya yang tampak masih basah setelah mandi.
Luhan, apa yang kau pikirkan? Rutuk Luhan kepada dirinya sendiri.
"Kenapa kau lama sekali bocah?" tanya Jongin pada Sehun.
"Berhenti memanggilku bocah karena kau juga bocah!" kata Sehun tak terima. "Tadi aku harus menenangkan dulu sesuatu yang menggeliat di dalam tubuhku."
Sehun berkata sambil menatap Luhan penuh arti. Luhan hanya menunduk malu ketika paham dengan maksud perkataan Sehun.
"Ehem—" Suho berusaha mengambil alih situasi. "Kalian sudah tahu kan bahwa Luhan ini adalah makanan baru kita?"
"Wohoooo makanan baru!" teriak Chanyeol heboh.
"Bolehkan aku mencicipinya sedikit sebelum memakannya?" tanya Jongin sambil menjilat bibirnya.
"TIDAK BOLEH! Yeoja ini milikku!" seru Sehun tiba-tiba, membuat semuanya terkejut.
"Wow wow, sejak kapan si kecil Sehunnie peduli pada sesuatu? Apalagi menyangkut makanan?" ejek Jongin. Sehun hanya memberi tatapan mematikan pada namja berkulit tan itu.
"Tentu saja ia milik kita bersama Sehun-ah, dia kan makanan kita, bukannya biasanya juga begitu?" Suho berusaha menengahi.
"Tidak! Kali ini aku ingin memilikinya sendiri, She's mine! Kalian cari saja makanan yang lain!" Sehun berkata sambil menyeret paksa Luhan pergi dari ruang makan, tanpa mempedulikan protes dari semua yang ada disana.
.
.
.
.
.
.
Sehun membawa Luhan ke kamar yeoja itu dan menutup pintunya dengan kasar, lalu membanting tubuh mungil Luhan ke atas ranjang.
"Kau—milikku," gumam Sehun sambil menatap wajah cantik Luhan yang terlihat ketakutan.
Dengan tidak sabaran ia mencium bibir mungil yeoja cantik itu, menggigitnya kecil dan menghisap darah yang keluar dari sana. Luhan berusaha berontak dan memukul-mukul dada Sehun tapi sepertinya usahanya itu percuma.
"Kenapa semua yang ada ditubuhmu terasa begitu manis?" gumam Sehun setelah melepaskan pagutan mereka. Luhan hanya terengah sambil menahan perih dibibirnya.
Sehun kembali meraup bibir Luhan, lalu kedua tangannya dengan terampil mulai membuka satu-persatu kancing piyama yang dipakai Luhan. Setelah itu ia membuka kaitan bra yang dipakai yeoja itu dan melepasnya, sehingga sekarang Luhan telanjang dada dibawahnya.
Luhan berusaha menutupi bagian atas tubuhnya dengan tangan mungilnya tapi kemudian ditepis oleh Sehun. Namja itu melahap puting Luhan dengan gemas, membuat sang yeoja mendesah tertahan.
"Sehun—ahhh—" Racau Luhan sambil meremas rambut Sehun.
"Bagus sayang, desahkan namaku seperti itu," kata Sehun senang, lalu ia melahap lagi dada Luhan sambil sebelah tangannya meremas dada satunya.
"Ahh—sakit—" teriak Luhan saat Sehun menancapkan taringnya di dadanya dan mulai menghisap darahnya. Sehun terus menghisap darah Luhan sambil tangannya meremas dada sintal yeoja itu. Sementara Luhan hanya bisa mendesah pasrah sambil mencengkeram erat sprei tempat tidurnya.
Setelah rasa hausnya hilang, tangan Sehun mulai bergerilya ke area kewanitaan Luhan. Dengan tidak sabaran ia membuka celana piyama Luhan sekaligus pakaian dalamnya. Sehingga tubuh Luhan terpampang jelas dihadapannya saat ini.
Sehun mendekatkan wajahnya ke daerah kemaluan Luhan, ia membuka lebar paha Luhan sehingga kewanitaannya terpampang jelas didepan matanya. Luhan berusaha menutup kembali pahanya, ia merasa malu, tapi Sehun dengan kuat menahan kedua pahanya dengan tangan kekarnya.
"Ahh—sakit Sehun!" teriak Luhan saat Sehun kembali menancapkan taringnya di areal selangkangannya.
"Maaf baby tapi sepertinya aku benar-benar kecanduan darahmu."
Setelah melepas taringnya Sehun mulai menjilati kemaluan Luhan menusuk-nusukkan lidahnya ke lubang yang sepertinya belum pernah terjamah itu. Luhan terus meracau sambil menekan kepala Sehun agar lidahnya masuk lebih dalam.
"Sehun-ah, sepertinya aku akan—ahhhh—" Luhan mencapai orgasme pertamanya. Nafasnya memburu tak karuan, badannya terasa lemas.
"Aku langsung masuk ya sayang." Sehun langsung memasukkan kejantanannya yang sudah berdiri smenjak tadi tanpa menunggu persetujuan Luhan.
"Ah—sakiiittt," teriak Luhan berusaha mendorong tubuh Sehun agar mengeluarkan penisnya, itu merupakan kali pertamanya berhubungan seks dan rasa sakitnya bukan main.
"Tenang baby, kau akan menikmatinya setelah ini, ahhh sial—kau begitu sempit," racau Sehun karena penisnya dijepit kuat oleh lubang perawan Luhan.
Sehun mulai memaju-mundurkan pinggulnya secara perlahan. Luhan hanya bisa meringis menahan sakit karena gerakan kejantanan Sehun dalam dirinya.
"Ahhh—disana Sehun-ah!" desah Luhan saat penis Sehun tepat menumbuk titik kenikmatannya. Ia semakin erat mencengkeram sprei ranjangnya yang sudah tak berbentuk lagi. Sehun semakin cepat memaju-mundurkan pinggangnya, dan Luhan bergerak berlawanan arah dengan Sehun. Keduanya sibuk berpacu mencari kenikmaan masing-masing.
"Sehun, aku—aahhhh" Luhan mencapai klimaksnya yang kedua, ia benar-benar lemas kali ini. Ia membiarkan begitu saja tubuhnya terhentak-hentak karena gerakan brutal Sehun diatasnya.
Beberapa saat kemudian Luhan merasa penis Sehun mulai membesar didalamnya kemudian menyemburkan sesuatu didalam sana. Namja itu ambruk disamping Luhan dengan terengah dan melepas tautan mereka, lalu cairan sperma disertai dengan darah berwarna kemerahan mengalir keluar dari selangkangan Luhan.
"Tidurlah, kau pasti lelah," kata Sehun dengan suara parau.
Luhan tidur meringkuk membelakangi Sehun sambil menangis tertahan. Ia benar-benar merasa kotor sekarang. Bagaimana bisa ia melakukan hal itu dengan orang yang baru saja dikenalnya dan dia seorang vampire?
.
.
.
.
.
.
Kali ini inspired by anime Diabolik Lovers, tapi di anime itu ngga ada adegan NC-nya sebenernya, authornya aja yang yadong jadi ditambahin ada NC segala LOL
Dan ceritanya juga agak melenceng abisnya kagak rela Luhan dijamah sama yang lain juga :(
Pokoknya gemes banget deh kalo liat animenya udah kayak gitu masa kagak NC-an kan kurang greget LOL *silahkan ditonton bagi yang penasaran*
Enggak tau deh ini bakal ada lanjutannya apa kagak, abisnya kalo ngikutin alur cerita animenya rada mbingungin hehehe
Mind to review? :)
