Title: Sora ni Iru
Genre: Romance/Adventure
Pairing: IchiRuki, later: IshiHime, ByaHisa,dll
Rate: T
Disclaimer: Tite Kubo
Summary: Pangeran Ichigo adalah penerus tahta Kerajaan Garuma. Semuanya telah ditetapkan. Tapi, pada suatu hari ketika semua ketetapan itu berubah karena cinta pangeran dan gadis dari rakyat jelata.
Terdapat sebuah kerajaan bernama Garuma. Kerajaan yang selalu mendapatkan teriknya matahari. Kerajaan yang dikelilingi pasir. Kerajaan yang mungkin selalu membuat penduduknya kepanasan. Kerajaan yang sangat terkenal sebagai kota perdagangan.
Disana hiduplah seorang pangeran kerajaan garuma . Nama pangeran itu adalah Kurosaki Ichigo. Pangeran Ichigo mempunyai rambut berwarna orange. Wajah pangeran Ichigo tampan. Dan Pangeran Ichigo memiliki jiwa sosial terhadap rakyatnya. Pangeran kini berusia 20 tahun.
Pada suatu hari, Pangeran Ichigo disuruh menghadap Raja Garuma, Kurosaki Isshin, ayah Ichigo sendiri. Isshin ingin membicarakan sesuatu dengan putranya itu. Seorang pengawal menemani Ichigo menuju ruangan Isshin.
"Hei, Chad," panggil Ichigo. Chad adalah pengawal Ichigo serta teman Ichigo sejak berumur 15 tahun.
"Ada apa pangeran?" tanya Chad.
"Sudah kubilang jangan sebut aku dengan nama pangeran saat berdua saja," jelas Ichigo.
"Maaf Ichigo, aku khawatir jika ada yang lihat. Ada apa?" tanya Chad lagi.
"Apa yang akan dibicarakan oleh ayahku ya?" kata Ichigo penasaran.
"Aku juga tidak tahu apa yang akan dibicarakan Yang Mulia, kenapa kau bertanya padaku?" kata Chad.
"Maaf, kukira kau tahu,"
Tak lama kemudian, mereka telah sampai di ruangan Isshin. Dua pengawal berjaga di depan pintu ruangan itu. Ichigo pun mengetuk pintu ruangan ayahnya.
"Masuk." Kata Isshin.
Ichigo membuka pintu itu. Pintu yang berwarna coklat keemasan dan bermotif lengkungan –lengkungan berseni itu terbuka.
"Kau sudah datang, Putraku," kata Isshin. Pintu itu pun ditutup oleh dua pengawal yang ada di depan pintu. Chad menunggu Ichigo di luar ruangan itu.
"Ayah ingin membicarakan soal apa?" tanya Ichigo.
"Putraku! Aku memiliki kabar gembira untukmu!!" wajah Isshin kini berubah berseri-seri.
"Apakah itu?"
"Ayah akan menikahkanmu dengan putri Kerajaan Dilighto!"
"Apa!?" Ichigo terlihat amat kaget.
"Raja Dilighto, Sora, setuju untuk menikahkan adiknya denganmu," jelas Isshin.
"Aku mengirimkan surat lamaran yang bertuliskan jika Putra Mahkota dari kerajaan Garuma akan mempersunting adik dari Raja Dilighto. Pernikahan akan diadakan 3 bulan lagi." tambah Isshin.
"Kenapa adiknya dan bukan putrinya?"
"Yah, karena Raja Dilighto belum menikah dan masih sangatlah muda ketika diangkat menjadi Raja. Tenanglah, Putri Orihime sangatlah cantik, kau pasti suka."
Ichigo keluar dari ruangan itu dengan wajah yang agak risau. Ia tak menyangka bahwa 3 bulan lagi dia akan menikah dengan gadis yang tak dikenalinya. Ichigo yang diikuti oleh Chad pun berjalan menuju kamarnya.
"Ada apa Ichigo..?" tanya Chad.
"Kau tahu, ayah akan menikahkanku dengan adik Raja Dilighto, Putri Orihime." Kata Ichigo.
"Lalu, kau tak senang? Apakah putri itu tak cantik?" tanya Chad lagi.
"Bukannya dia tak cantik, tapi, aku sama sekali tak mengenalnya apalagi mencintainya. Kata Ibuku, aku harus menikahi gadis yang benar-benar aku cintai, jika tidak, hidupku akan menderita." Jawab Ichigo. Chad hanya terdiam.
~*~
"Chad! Aku ingin ke kota! Tolong katakan pada orang istana jika aku sudah tidur!" kata Ichigo sambil mengenakan pakaian layaknya rakyat biasa.
"Tapi, bukankah itu sangat berbahaya..? Aku akan menemanimu." kata Chad.
"Tidak, kau berjaga disini. Aku baik-baik saja selama aku membawa belati pemberian Ibuku. Hanya kau yang kupercaya, Chad. Tolong aku. Aku ingin mengibur diri," kata Ichigo. Chad hanya menganggukan kepala.
"Sampai nanti!" Ichigo loncat dari jendela. Lalu, menunggangi kuda yang telah disiapkan. Kuda berwarna putih. Ichigo menunggangi kudanya dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Ichigo bukan hanya kali ini keluar diam-diam dari Istana. Jadi, dia sudah ahli melakukannya.
Setelah keluar dari Istana, hatinya sudah merasa lega. Ia akan menuju kota. Ibukota Garuma, Safiyah, kota yang pada malam hari ramai. Siang dan malam tak ada bedanya di kota dimana Ichigo dan semua keluarga kerajaan tinggal. Pasar pun masih tetap buka hingga tengah malam nanti.
Ichigo turun dari kudanya dan menali kudanya di sebuah pohon, lalu Ichigo meninggalkan kudanya itu. Ichigo berjalan-jalan menuju kota yang masih ramai. Ia melihat-lihat barang.
Ichigo melihat sebuah restoran yang sederhana tapi ramai. Kemudian Ichigo melihat seorang gadis keluar dari belakang restoran itu untuk mengambil segentong air yang cukup besar. Gadis itu bertubuh mungil dan memakai pakaian berwarna biru tua. Selendang berwarna biru cyan dikatkan dipinggangnya. Pusarnya dapat terlihat jelas. Wajahnya cantik dan putih mulus. Gadis itu memiliki rambut pendek hitam sebahu. Dan gadis itu memiliki mata berwarna violet yang membuat Ichigo tertarik. Kemudian, gadis itu pun kembali masuk lewat belakang restoran.
Karena tertarik pada gadis itu, Ichigo memutuskan untuk masuk ke restoran itu. Kemudian, Ichigo memasuki restoran itu. Dilihatnya banyak sekali orang. Orang dewasa semua yang mempadati tempat itu. Ichigo melihat meja kosong. Dengan segera, Ichigo menempati meja itu.
"Rukia! Ini pesanan untuk meja di sebelah sana." kata seorang gadis di balik meja counter untuk memesan makanan.
"Baik!" jawab gadis yang bernama Rukia itu. Ternyata gadis yang bernama Rukia adalah gadis yang dilihatIchigo tadi.
Rukia berjalan melewati Ichigo. Ia terus berjalan tanpa melihat bawah. Ada kaki yang keluar dari meja. Rukia pun tersandung kaki itu. Semua makanan yang dia bawa terlempar ke tamu yang ada di sekitar itu.
"Woi! Kalau jalan pakai mata! Kena aku semua nih!" bentak tamu itu kepada Rukia.
"Maafkan saya…" kata gadis itu. Sang tamu yang berbadan besar dan berjenggot tebal langsung menarik baju Rukia.
Ichigo yang tak tega langsung menghampiri tamu.
"Hei! Lepaskan gadis itu! Aku yang akan bertanggung jawab! Kau butuh uang berapa!!" teriak Ichigo.
"Heh?" tamu itu pun melepaskan Rukia lalu mengahmpiri Ichigo
"Lima keping emas!" kata tamu itu. Ichigo mengambil kantong berisi uang. Ichigo mengambil lima keping emas dari situ kemudian memberikannya kepada tamu yang kasar itu.
"Lima keping emas! Cukup! Dan pergi dari sini!" teriak Ichigo. Tamu yang kasar itu pun langsung pergi.
"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Ichigo.
PLAK!
"Auww! Kenapa kau!?"
"Dasar, aku tahu kau orang kaya! Tapi, kenapa kau memberikan laki-laki itu uang sebanyak itu! Daripada begitu, lebih baik tadi aku memukulnya!!" teriak gadis itu.
"Hei! Bukannya berterimakasih malah memarahiku!? Kenapa kau ini!? Kau ingin uang?!" balas Ichigo.
PLAK!
Tamparan mendarat di pipi Ichigo lagi.
"Aku tak butuh uangmu karena aku bisa mendapatkannya sendiri!! Idiot!! Kau baru pertama kali kemari ya?! Dia itu memang sering membuat onar disini!!" Rukia berbalik dan masuk ke dapur.
'Cih! Kukira gadis yang baik dan lemah lembut! Ternyata dia amat kasar!' Ichigo bergumam dalam hati.
Ichigo duduk-duduk disana. Lalu, pelayan datang dan menanyakan pesanan. Ichigo pun memesan makanan.
Sekitar satu jam, Ichigo berada di tempat itu. Setelah membayar, Ichigo keluar dari tempat itu. Ichigo bergegas untuk kembali ke Istana. Ketika Ichigo hendak menuju kudanya, Ichigo dikepung.
"Hei pemuda! Kita bertemu lagi!!" teriak tamu berbadan besar tadi. Ternyata dia telah memanggil teman-temannya untuk menghabisi Ichigo dan mengambil semua uang yang dimilikinya. Mereka bisa dipanggil dengan sebutan 'Bandit'.
"Sudah kuduga, kau menginginkan uangku, bukan?" tanya Ichigo yang sebenarnya telah mengetahui tujuan mereka.
"Hahahaha!! Tentu saja! Seraaang!!!" teriak pria itu.
Ichigo mengambil belati dari pinggangnya. Dia membuka belati itu. Semua bandit yang mengepung Ichigo membawa pedang. Ichigo sadar bahwa harusnya lain kali dia harus membawa pedang.
DUAAAGH!
Ichigo memukul satu-persatu bandit-bandit itu. Memang, setelah mereka jatuh ditendang dan dipukul oleh Ichigo mereka langsung pingsan. Tapi, jumlah mereka banyak, dan mungkin Ichigo tidak bisa melawanya.
DUUAAAAGH!!
Ada seseorang yang menendang kepala pria bertubuh besar lagi. Kemudian, orang itu berkelahi dengan cukup lincah dengan tubuh kecilnya tapi membuat para bandit kewalahan. Dan ternyata dia adalah…
"Hei! Kita tak bisa melawan mereka dengan tangan kita! Mereka semua bersenjata! Kau punya kuda bukan?!" ternyata orang itu adalah gadis bermata violet tadi.
"Ya, aku punya!! Ikuti aku!" teriak Ichigo sambil menarik tangan gadis itu. Ichigo dan gadis itu dikejar para bandit.
Sampailah Ichigo dipohon tempat dia mengikatkan kudanya. Segera dia menaikan Rukia ke kuda tapi agak susah karena tinggi badannya.
"Ayolah Nona!"
"Iya-iya! Tapi, susah!!" jawab Rukia.
"Salahmu mempunyai badan t-e-r-l-a-l-u."
DUAAAK
"Ayo angkat aku pria orange!" teriak gadis itu.
"Tapi, tak usah pakai pukul segala Midget!!" kata Ichigo yang lalu mengangkat Rukia dan akhirnya Rukia pun berhasil naik kuda. Ichigo segera menyusul dengan naik dibelakang Rukia.
"Ayo!" Ichigo segera mengendarai kudanya dan berusaha agar kudanya berlari secepat mungkin.
"Hei! Kejar mereka!!" teriak seorang gerombolan mereka menyuruh agar mengejar Ichigo dan gadis bermata violet.
Rukia yang duduk di depan harap-harap cemas karena khawatir para bandit itu dapat mengejarnya. Ichigo melihat gadis yang ada didepannya itu.
"Sudahlah tenanglah, aku yakin mereka tak akan bisa mengejar kita. Kenapa kau menolongku?" tanya Ichigo.
"Maaf, aku tadi bersikap kasar padamu. Aku hanya sebal pada orang yang menghambur-hamburkan uang demi bandit seperti itu. Tapi, aku tahu maksudmu baik. Aku tahu mereka akan menyerangmu jadi aku memutuskan untuk menghampirimu." jawab Rukia
~*~
"Kelihatannya mereka sudah kehilangan kita." kata Ichigo.
"Kau benar. Hei, tolong turunkan aku di persimpangan itu." kata Rukia. Kelihatannya Ichigo sudah paham.
"Disini?"
"Yup, terimakasih." Rukia pun turun dari kuda dengan hati-hati.
"Terimakasih sudah menolongku. Oh ya, namamu Rukia, kan?" tanya Ichigo sambil turun dari kuda putihnya.
"Benar, namaku Kuchiki Rukia." kata Rukia. Rukia melepas selendang dari pinggangnya. Kemudian membalutnya di lengan Ichigo yang terluka.
"Eh?"
"Bawalah, kau boleh membuangnya jika sudah tidak diperlukan. Aku pulang dulu." kata Rukia. Rukia berjalan menuju suatu tempat. Rukia pun membelakangi Ichigo.
"Hei! Namaku Ichigo!" teriak Ichigo. Rukia menengok lalu tersenyum. Rukia pun kembali melanjutkan langkahnya.
Ichigo tersenyum melihat selendang yang diberi Rukia. Ichigo pun memutuskan untuk pulang saja.
~*~
"Rukia sudah pulang ya?" kata seorang wanita yang mirip dengan Rukia. Dia adalah Ibu Rukia-Kuchiki Hisana.
"Iya Ibu, aku pulang. Bagaimana keadaan Ibu?" tanya Rukia.
"Sudah mendingan, kau sudah makan?" tanya Ibu Rukia dalam keadaan duduk di kursi kayu. Wajahnhya terlihat pucat.
"Sudah." Jawab Rukia.
"Rukia, kau dari mana saja?" tanya seorang pria. Dia adalah ayah Rukia, Kuchiki Byakuya.
"Ehm, ada pekerjaan tambahan ayah. Jadi, aku pulang agak telat. Maafkan aku Ayah." kata Rukia dengan sopan.
"Baiklah, masuklah ke kamarmu." kata Byakuya.
"Baik Ayah." jawab Rukia. Lalu, Rukia pun berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Rumah Rukia yang sederhana tapi selalu membuat Rukia nyaman berada disana. Rukia berjalan menuju kamarnya setelah menaiki tangga yang terbuat dari kayu yang sudah tua dan hampir rapuh termakan waktu.
Sesampainya Rukia di kamarnya, dia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia terlihat lelah karena seharian dia bekerja. Membantu ayahnya berjualan buah di pasar dari pagi hingga sore lalu bekerja di restoran hingga malam. Itulah yang dilakukan oleh Kuchiki Rukia dikesehariannya. Demi keluarga, dia rela melakukan apapun. Apalagi Ibunya kini sedang sakit. Mungkin Rukia harus bekerja lebih keras.
Tok Tok Tok
Terdengar suara pintu Rukia diketuk.
"Rukia, apakah kau sudah tidur?" panggil Ibunya. Rukia langsung bangkit dari ranjangnya.
"Iya Ibu, aku masih bangun!" kata Rukia sambil membuka pintunya.
"Ada apa Ibu? Masuklah," kata Rukia menyuruh Ibunya untuk masuk dan duduk. Ibunya pun duduk di ranjang Rukia. Rukia pun menyusul Ibunya duduk.
"Rukia, Ibu mau berbicara sesuatu denganmu."
"Apakah itu Ibu?"
"Kau tahu keadaan Ibu sudah seperti ini. Ibu ingin sekali melihatmu menikah dan memiliki anak." kata Hisana.
"Ah, Ibu jangan berkata seperti itu. Aku yakin Ibu dapat sembuh dan melihatku menikah kelak. Tapi, sekarang aku belum siap Ibu. Aku masih ingin membantu ayah, Aku juga tak punya calon," kata Rukia menatap Ibunya.
"Bagaimana dengan Renji? Kulihat dia menyukaimu," kata Hisana sambil membelai rambut putrinya.
"Hahaha, Renji itu teman sejak kecilku, Ibu. Aku tahu dia baik tapi aku tidak tahu dia menyukaiku. Ibu istirahat saja dan jangan berkata yang aneh-aneh lagi. Ayah sudah menunggu Ibu di bawah," kata Rukia.
"Baiklah, selamat tidur Rukia." Ucap Ibunya.
"Selamat tidur, Ibu," Hisana pun meninggalkan putrinya di kamar
~*~
Rukia pagi-pagi sekali sudah bangun dari tidurnya. Dia segera turun lalu membantu ayahnya menaruh buah-buah ke dalam gerobak untuk dijual di pasar nanti. Stelah semuanya beres, mereka pun segera menuju ke pasar untuk berdagang.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Bersambung…
A/N: Yah, Nica buat fic lagi… Dan IchiRuki lagi… Hahaha sebenarnya cerita ini udah kepikiran sejak lama. Apakah cerita ini aneh? Ah, iya maaf buat Byakuya yang sudah saya jadikan pedagang buah di pasar. Nica harap anda dapat menikmati peran anda*dihajar Byakuya FC*. Maaf Typo. Hope ya like… See ya next chap!
Sora ni Iru © NicaTeef
