MY Honey
.
.
.
.
3 6 5 wo qiao ni de chuang cong mei tian de zao shang zai kai shi chong ba
3 6 5 mei yi fen yi miao bu xiang lang fei shi jian yi qi nu li ba
Oh Oh Oh Oh Oh-Oh Oh Oh O wo zhu ni de shou
Oh Oh Oh Oh Oh-Oh Oh Oh O wo jue bu fang shou
.
.
" eughh—"
Chen meleguh sambil mencari benda kotak berwarna putih yang telah mengganggu tidur nyenyaknya.
" yeoboseo—"
" CHEEEENNNNN! Eoma mu bilang kau sudah menikah? Benarkah? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?! Kau—"
Chen mengerutkan keningnya, sedikit ia bangkit dan mengusap matanya.
" menikah? Nu—"
Kata-kata yeoja manis itu tercekat saat mendapati dirinya tidak berada di tempat ia bangun seperti biasanya.
" Chen? Chen? Kau masih di situ?"
Tanya seseorang yang masih berada dalam satu sambungan line dengan Chen.
Chen mengerjap bingung dengan apa yang terjadi hingga matanya benar-benar terbelalak saat melihat seseorang tengah tidur dan berbagi ranjang dengannya.
" i—"
.
.
.
#2 Hari yang lalu
.
.
.
" hati-hati Chen—"
Chen tersenyum dan mengangguk pada namja tampan yang berdiri di ambang pintu apartemennya.
" tenang saja, dari pada kau mengantarkanku dan berujung aku yang harus mengantarkanmu kembali hehehe…"
Yeoja itu berjalan riang menyelusuri lorong apartemen mewah yang menjadi pilihan temannya untuk tinggal.
Langkah Chen terhenti saat tiba-tiba seorang namja menarik lengannya dan menghimpitnya di tembok.
" menikahlah denganku atau aku akan menghamilimu—"
" eh?"
Kekagetan Chen belum berahir justru semakin bertambah saat namja yang sama sekali tidak ia kenal mulai mencium bibirnya lembut atau bahkan semakin dalam dengan tangan kiri yang bebas menyusup ke dalam kemeja ungu Chen.
" euhhhmmppp—"
Sekuat apapun Chen menolak, pada ahirnya Chen tidak bisa berbuat apa-apa karna tangan kanan namja yang menciumnya mengunci pergerakan Chen.
" Ya tuhan! Chagya!?"
Suara yang lebih seperti pekikan itu membuat Chen bersyukur karna bisa membuat namja yang tadi menciumnya melepaskan ciumannya.
" kau mengganggu kami mom,.."
Chen menoleh ke arah namja tinggi yang langsung membawanya dalam pelukan setelah dengan percaya diri tinggi mengusap bibir Chen menggunakan lidahnya. Bahkan dengan gampangnya namja itu menumpukan kepalanya di bahu Chen dan—Chen bisa melihat kedua tangan namja tadi mengancingkan kembali kemejanya. Keadaan Chen adalah ia seperti boneka atau patung yang shock.
" Park Chanyeol? Bisa kau jelaskan ini semua?"
Tanya seorang namja baya saat mereka berada dalam satu ruangan, Chen terlihat benar-benar bingung saat dengan santainya namja yang baru saja namanya ia ketahui membawanya ke dalam sebuah apartemen di depan apartemen temannya. Kini Chen duduk di sofa mewah di samping seorang namja yang melingkarkan tangannya di perutnya.
" dia kekasihku, dad—"
" EOH? MWORA—eump"
Chanyeol? Namja itu membungkam kata-kata Chen dengan ciumannya untuk kesekian kali.
" sudah saatnya kita memberitahu mereka chagy, mereka Daddy dan Mommyku. Park Jungso dan Kim Heechul—eum mom, dad ini kekasihku"
Heechul menatap ke arah Chen dengan tatapan mengintimidasi, membuat Chen kaget.
" siapa namamu?"
" eh? Ki—Kim Jong—Dae, chinguku memanggilku Chen. Ajumma—"
" MWO? Ajumma?! Yeobo! Dia memanggilku 'ajumma!'"
Jungso tersenyum.
" panggil saja kami daddy dan mommy sama seperti Chanyeol memanggil kami—ah pantas saja anakku sering melarikan diri saat dijodohkan, ternyata dia memiliki yeojachingu yang cukup manis"
" —ani—"
" aku tidak bohong, dad! Bahkan kami sudah melakukan yang biasa kau dan mommy lakukan untuk membuatku—APPOH MOM!"
Heechul mendelik setelah memberikan jitakan pada Chanyeol yang sepertinya mulai berbicara yang tidak-tidak. Sedangkan Chen? Yeoja itu masih dalam proses loading kata-kata Chanyeol dan tidak memperdulikan apa yang sedang Chanyeol dan Heechul lakukan.
" baiklah, kami akan ke rumahmu untuk menjadikan kau menantu kami. Tidak ada waktu yang cocok kecuali hari ini, kajja"
" EH?"
" sebelum kau mengandung tanpa ayah jadi kajja—"
Chen menoleh pada Chanyeol yang hanya mengangkat pundaknya tanda tidak perduli. Oh! Ayolah Chen dan Chanyeol baru saja bertemu tadi siang—sekitar 1 jam sebelum mereka berpindah ke ruang apartemen Chanyeol dan sekarang kedua orang tua Chanyeol mengikuti Chen untuk pergi ke rumahnya.
" Chenie?"
Chen menoleh ke arah yeoja bulat yang baru saja pulang sekolah terlihat dari seragam SMA, Chen langsung memeluk yeoja itu dengan penuh harapan.
" oh? Kau dongsaeng Chen-Chen?"
Tanya Heechul.
" ya! Ajumma! Aku adalah eoni Chenie! Kau jahat sekali—Chen siapa mereka?"
" eoni—"
Chen menarik yeoja dengan tagname 'Kim Min Seok' masuk ke dalam rumahnya membiarkan keluarga Park berdiri di ambang pintu. Dengan imut ia mengajak Minseok ke dapur sambil menoleh-noleh ke pintu masuk rumahnya.
" siapa mereka, Chen?"
" molla—mereka—"
" HAHAHHAHAHA HEECHULIE!"
Terdengar gelak tawa di ruang tamu, Chen dan Minseok menoleh sekilas lalu mereka saling bertatapan lalu bergegas ke luar dari dapur. Di sana sudah ada kedua orang tua Chen yang entah mengapa sedang bercanda.
" ya tuhan! Aku tidak menyangka jika Chenie kami berkencan dengan Chanyeol"
Ucap seorang yeoja baya yang sedang tertawa di hadapan Heechul. Yeoja itu nampak begitu berwibawah dengan stelan khas ibu-ibu muda.
" Ya Kim Ryeowook, secepatnya kita harus adakan pernikahan! Aku tidak ingin Chanyeol menghamili anakmu sebelum mereka resmi!"
" MOM/ EOMA?!"
Chanyeol dan Chen langsung menatap orang tua mereka.
" wae? Mommy dan Wookie akan merencanakan semua, jadi kalian diam saja. Dan kau(menunjuk Chen) apa kau mau menikah setelah punya anak?"
Chen menggeleng.
"kalau begitu, kita adakan acaranya nanti malam?"
Tanya Heechul yang diangguki semangat oleh Wookie.
" yeobo, Chenie masih kelas 2 SMA"
" gwencana—Chanyeol juga, dari pada kita kecolongan?"
Yesung menoleh kearah Chen yang menggeleng, namun ahirnya Yesung tidak bisa mengatakan apapun jika Heechul dan istrinya sudah berkolaborasi.
Malamnya, pesta sederhana dibuat di halaman rumah Chanyeol. Bagi seorang Heechul membuat pesta adalah keahlian special miliknya. Seorang wanita karir yang berbisnis di bidang kecantikan dan agensi entertainment yang bahkan asset kekayaannya tidak bisa di tandingi oleh wanita karir manapun. Sedangkan Park Jungso, suaminya? Dia adalah seorang pebisnis yang amat di segani oleh relasi-relasinya dengan kebijakan dan kematangan miliknya.
Dan tidak beda dengan Wookie ia adalah seorang dokter anak-anak yang berkerja di rumah sakit milik suaminya, seorang ahli bedah untuk anak-anak yang amat dekat dengan pasiennya. Sedangkan Yesung? Namja bernama lengkap Kim Jongwoon itu seorang direktur muda sebuah rumah sakit yang ia dirikan setelah dirinya lepas dari masa keemasannya sebagai seorang penyanyi solo sebelum ia menikah. Dan ke empat orang dewasa itu memiliki sejarah yang sama karna pernah satu sekolah.
.
.
.
#Now
.
.
.
Chen mengacak rambutnya kasar.
" ini gila!"
Yeoja manis itu masih belum sadar jika namja yang tidur satu ranjang dengannya telah bangun bersama dengan bunyi alarm dan phonsel yang Chen pasang. Hanya saja namja itu lebih memilih tetap menutup matanya dan membiarkan Chen dengan dirinya sendiri.
" apa yang terjadi denganku?!"
" Chen—Chen!?"
Yeoja itu menoleh pada phonsel miliknya,
" yeoboseo—"
" YA! Apa yang kau lakukan? Kau membiarkanku berteriak padamu terus?"
" ani—hanya—sepertinya aku masih bermimpi—"
" Kim Jong dae! Cepat bangun! Dan segera bertemu di sekolah! Aku tidak sabar bertemu dengannya—"
Chen mengerutkan keningnya.
" sekolah? Untuk apa kau ke sekolah? Bukan—"
" aku satu sekolah denganmu! Setelah aku cari-cari ternyata dia murid sekolahmu, bahkan dia satu kelas denganmu. Palliwaaaaaa"
Teriakan itu membuat Chen sepenuhnya bangun.
" dia? Satu kelas denganku?"
Tanya Chen pada phonsel putih miliknya, ia melihat jam di phonsel. Sebelum sebuah pesan masuk.
.
.
From : Bun Bun eoni
Chenie, eoma berpesan agar kau cepat bangun dan menyiapkan sarapan untuk suamimu dan segera ke sekolah. Kata eoma, suamimu suka dengan susu dan nasi goreng
.
.
.
Membaca kata 'suami' membuat Chen berasa ingin pergi dari tempatnya lalu terjun ke dalam jurang terdalam. Yeoja itu beranjak pergi meninggalkan ranjang untuk mandi dan berkemas. Setelah selesai mandi dengan ragu ia menyentuh tubuh Chanyeol.
" chogy—ini sudah hampir jam 7…"
" euh?"
Chanyeol membuka matanya, ia menatap Chen dengan tatapan datar lalu tersenyum.
" panggil aku Yeol—"
" ne?"
" kau boleh memanggilku, Yeol"
Chen mengangguk lalu pamit keluar dari kamarnya.
Yeoja itu sibuk mengikuti arahan dari Minseok.
" aku tidak tau jika ini kenyataan—"
Guman Chen.
Saat Chanyeol bersiap dengan pakaian miliknya ia menemukan sebuah note dari Heechul. Ia menghela nafas setelah membuka box di bawah note dan segera mengenakan seragam yang ada di dalam box. Setelah merasa rapi ia berjalan keluar kamarnya, ia menoleh pada seorang yeoja dengan seragam yang sama dengan apa yang ia kenakan sekarang dan saat itu pula manik mata mereka bertemu.
" tunggu sebentar, aku sedang membuatkan sarapan"
" kau?"
" entahlah—jika kau bertanya mengapa aku melakukannya"
Chanyeol mendudukan tubuhnya di depan meja makan dengan segelas susu coklat yang masih hangat. Ia menoleh pada Chen yang masih sibuk dengan nasi goreng
" bukankah konyol dengan apa yang terjadi pada kita?"
Chen menaruh sepiring nasi goreng di depan Chanyeol dan ia duduk melahap apa yang menjadi kesukaannya juga.
" tentu saja, kau kira aku bisa terima dengan status kita? Oh, hello—kita hanya bertemu 1 jam sebelum semua bencana ini menjadi benar-benar bencana karna ternyata kedua orang tua kita saling kenal?"
" lalu kenapa kau mengiyakan pernikahan ini?"
Chen menatap manik mata Chanyeol dengan tatapan kesal yang membuatnya termasuk ke dalam wanita dengan wajah imut yang mengikuti expresi miliknya untuk versi Chanyeol. Sungguh Chanyeol mengakui jika yeoja itu terlihat imut di bandingkan dengan yeoja-yeoja lain yang pernah Chanyeol kencani di luar negeri.
" kau tidak ingat bagaimana kau dan mereka tidak memberiku kesempatan untuk mengatakan apa yang sebenarnya?!"
" oh—harusnya kau menolak saja, dan kita tidak akan terikat dengan pernikahan konyol ini"
Chen benar-benar kesal, dengan Chanyeol hingga ia meninggalkan sarapannya mendahului Chanyeol.
Setelah Chen keluar giliran Chanyeol yang frustasi dengan keadaannya.
" bagaimana mungkin aku gila seperti ini? Siapa dia siapa aku? Oh! Kau babo namja!"
.
.
.
Suasana kelas terasa suram untuk Chen, ia menunggu Minseok yang sedang mengambil buku tugas dan tersenyum saat yeoja itu menyembul dari arah pintu.
" hiks—hiks eoni—"
Minseok yang tau Chen memandanginya langsung berjalan dan duduk di samping Chen, ia menghadapkan tubuhnya ke arah Chen.
" kau—apa kalian benar-benar kekasih?"
Chen menggeleng.
" tapi aku dengar kemarin—"
" hiks kami baru saja bertemu hari itu, eoni!"
Mata Minseok mengerjap imut.
" lalu—"
" molla! Dia benar-benar tidak membiarkan aku berbicara…sekarang nasi sudah menjadi bubur—kami sudah menikah"
Chen mengeluh akan kebingungannya pada Minseok.
" tapi—sepertinya eoma dan appa sangat setuju dengan pernikahan kalian?"
" karna mereka teman satu sekolah dengan orang tua namja itu! Eoni, eottoke?"
Minseok menoleh ke arah Chen.
" tidak mungkin jika kami meneruskan ini—aku bahkan tidak tau dengan siapa aku me—"
" KIM JONGDAE—m!"
Teriakan seorang namja membuat Chen menghentikan aksi curhatnya, ia mengarahkan tatapannya pada seorang yang amat ia kenal.
" Xi-Lu-Han? Untuk apa kau di—sini?"
Tanya Chen sambil menunjuk namja tampan yang tengah mematung di ambang pintu.
" siapa lagi?"
Tanya Minseok sambil menarik lengan Chen.
Chen berlari menarik Luhan menjauh dari kelasnya, ia membawa namja tampan yang terus menengok ke belakang ( arah kelas ) ke sebuah taman kecil yang ada di sekitar kelasnya. Chen menatap tidak percaya pada namja di hadapannya.
" kau? Kau kembali ke SMA?!"
" tsk, wae? Terlalu ketara jika aku beberapa tahun lebih tua darimu?"
Chen menggeleng.
" Luhan-ge, kau benar-benar masih seperti berumur 17 tahunan"
" oh—pujian yang bagus, Jongdae—OH! Tadi—jadi benar dia sekelas denganmu?"
Luhan berbalik antusias dan memegang lengan Chen.
" Ya! Kau salah makan, ge?"
" tidak—hanya saja, sepertinya aku harus cepat-cepat ke kelas! Kajja-kajja!"
" Yaa! Kau harus jelaskan dulu!"
Luhan menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Chen dan tersenyum.
" tidak ada yang perlu ku jelaskan, semua hanya karna yeoja itu"
" kau? Benaran gege melakukan ini semua karna yeoja itu? Tapi bagaimana dengan perusahaanmu dan—bagaimana kau bisa ma—"
Namja di hadapan Chen tersenyum dan mendekatkan bibirnya di telinga Chen.
" kau lupa siapa Xi Lu Han?"
Chen menggeleng, bagaimana ia bisa melupakan siapa Xi Luhan? Seorang pengusaha muda yang ia temui saat acara kunjungan di rumah sakit anak-anak di China. Seorang namja tampan yang cukup berkuasa pada bidang farmasi bersama dengan ke dua orang tuanya, otak jenius Luhan membawa Luhan merampungkan studynya hanya dalam beberapa bulan. Dan jika di ingat-ingat Luhan adalah seorang dokter sekaligus pengusaha dalam bidang obat-obatan terbesar di Cina. Dari keluarga? Bukan, kehebatan Luhan terhitung dengan dirinya sendiri tanpa kedua orang tuanya yang juga berkuasa dalam bidang yang sama. Seorang namja 5 tahun di atas umur Chen dengan pakaian casual anak remaja seumuran dengannya yang menyelamatkan seorang anak korban kecelakaan dengan di saksikan banyak orang di rumah sakit. Dengan tampilan yang masih terbilang amatir seorang dokter baru memaki-maki dan mengatakan kesalahan-kesalahan Luhan yang bahkan bisa dengan cepat Luhan terangkan jika hipotesa yang dokter itu jelaskan salah.
Bagaimana Luhan bisa dekat dengan Chen? Gampang saja, saat itu Chen berada di lokasi kejadian dan ikut membantu Luhan.
" kau mengerikan, ge"
" pujianmu akan ku terima dengan senang hati, baby—"
Dan satu yang membuat Chen dekat dengan namja tidak tau situasi ini, Luhan adalah pemaksa paling ahli yang bisa Chen temui.
" oh-iya, kau sudah kekelasku—apa kau sudah ke bagian administrasi?"
" MWO?! Aku lupa! Aiss—ast Liu, tidak memberitahuku! Byee—"
Minseok menatap Chen bingung saat yeoja itu masuk dan duduk di bangkunya.
" nuguya?"
" orang gila yang ke sini demi yeoja"
" o—"
Keduanya langsung kembali membicarakan masalah Chen dan Chanyeol sembari menunggu guru yang mengajar. Mata keduanya tercekat saat melihat seorang namja tinggi berdiri di ambang pintu dengan 2 haksaeng namja yang benar-benar terlihat bersinar di mata anak-anak kelas.
" Eoni, apa aku sudah gila? Aku melihat orang itu ada di ambang pintu—"
" suamimu memang di sana—"
Chen menoleh ke arah Minseok yang mengenyitkan kepala.
" dia membuatku takut, eoni—"
" ne"
Setelah perkenalan Luhan dan Chanyeol sama-sama duduk di barisan belakang sama dengan Chen dan Minseok.
Belum genap satu hari dua namja itu menjadi bagian dari penghuni kelas, mereka sudah menjadi sorotan banyak yeoja kecentilan yang dengan senang hati mendekati mereka.
" aku tidak percaya, Luhan-ge memang benar-benar memiliki pesona—"
Guman Chen.
" Luhan? Bukannya dia Chanyeol?"
" eh? Aisss—sudahlah, kajja kita ke kantin. Gara-gara dia aku jadi tidak menghabiskan sarapanku tadi—"
.
.
Bagi Luhan, yeoja yang sedang bersama dengan Chen adalah boneka salju yang imut lengkap dengan asesoris. Bagi Luhan yeoja itu terlihat amat berkilau dengan seluruh ke imutan miliknya.
" Chen—"
" Lu-ge?"
" boleh aku gabung? Aku kesepian"
Ijin Luhan, ia langsung mengambil tempat duduk di samping Minseok tanpa di persilahkan, ia bahkan tidak memperdulikan bagaimana jawaban dari Chen.
" namamu Minseok?"
" ne—"
" nama yang indah—bagaimana kalau aku memanggilmu 'Xiumin'?"
" eh?"
Chen dan Minseok sama-sama bingung dengan apa yang Luhan ucapkan.
" Xiumin—aku kurang suka dan susah jika memanggil nama aslimu, jadi aku akan memanggilmu 'Xiumin'. Dan itu hanya berlaku untukku saja, arra?!"
" Ya! Xi Luhan! Apa yang ingin kau katakan dengan mengganti nama sepupuku?"
" MWO?! Dia se-pu-pumu?"
Tanya Luhan tidak percaya.
" ne, aku sepupu Chen. Di sini aku menumpang di rumahnya"
Luhan menarik Chen mendekat ke arahnya.
" kenapa kau tidak bilang jika Xiumin sepupumu?"
Bisik Luhan.
Chen mengerutkan keningnya.
" kalau begini aku langsung bisa ke rumahmu untuk melamarnya—"
" MWO?"
Chen menatap Luhan sekilas langsung menarik tangan Minseok menjauh.
" dunia ini sudah gila—"
" wae? Apa yang ia katakan?"
Chen hanya bergidik dan terus berjalan.
Langkahnya sedikit memelan saat berpapasan dengan Chanyeol yang di kerumuni yeoja-yeoja cantik dan kecentilan dengan dandanan yang menyerupai ajumma-ajumma di club malam. Chen hanya menggeleng tidak ingin perduli dengan apa yang namja asing itu lakukan dan meneruskan langkahnya menjauh dari kantin.
"Chenie—apa tidak apa kau melihat dia bersama yeoja lain?"
" memang ada apa? Kami hanya orang asing eoni—"
" tapikan dia suamimu—"
Chen menghela nafas.
" bahkan jika ia adalah appaku sekalipun aku tidak yakin aku akan mempercayainya—"
Jawaban yang sama sekali tidak nyambung itu membuat Minseok bergidig.
Menjadi sepupu Chen adalah suatu yang harus di lakukan penuh dengan kesabaran, karna tingkah Chen yang amat berubah-ubah dengan cepat dan kadang jika sifat anehnya muncul ia tidak akan bisa diajak bicara.
" eh—eoni-eonie!"
Minseok menoleh ke arah Chen.
" bagaimana dengan namja albino itu?"
" nugu?"
" Oh Sehun—apa kencan kalian sukses kemarin—YA appoh!"
Chen memegangi kepalanya dan menatap Minseok protes, sedangkan Minseok sedang mempoutkan bibirnya.
" kita hanya main bukan kencan!"
" tapi eoni—wajahmu memerah"
" YA! Kim Jongdae! Sudah—"
Menggoda Minseok adalah hal yang paling menyenangkan yang sering Chen lakukan. Karna dengan menggoda Minseok ia bisa melupakan segalanya dengan seenaknya. Bukan rahasia lagi jika seorang hobae kelas 1 bernama Oh Sehun tergila-gila dengan kebaikan dan kelembutan yang ada di diri Minseok dan sebagai sepupu yang baik Chen mengakui kebenarannya.
" kekekeke senangnya di sukai banyak orang—"
" wae? Ini bukan anugrah, tapi kutukan—kau tidak tau bagaimana aku ketakutan? Oh Sehun benar-benar membuatku takut"
" sepertinya dia baik—"
" molla—kajja, istirahat sudah hampir selesai"
.
.
.
Pulang sekolah Chen pergi bersama Luhan, saat melihat Chanyeol masih setia bermesraan bersama yeoja kecentilan.
" memang kau tinggal di sekitar sini?"
Tanya Luhan saat berjalan di lorong apartemen miliknya.
" lebih tepatnya semenjak aku mengantarkanmu ke sini aku jadi sial! Jadi sebagai gantinya kau harus memberiku tebengan!"
" mwo? Apa maksudnya salahku?"
" aiss, molla ge!"
" Chen—"
Chen menoleh ke Luhan yang menatapnya aneh.
" kau tidak gila kan?"
" sepertinya—"
Dan keduanya membuat kegaduhan di lorong apartemen, membuat orang yang melihat sedikit terhibur. Bagaimana tidak? Chen dan Luhan saling jambak menjambak rambut sambil terus berjalan menuju apartemen mereka.
" mau kue mochie?"
" buatan mamamu?"
Luhan mengangguk.
Chen langsung bersorak dan masuk ke dalam apartemen Luhan. Yeoja itu tidak menyadari Chanyeol berjalan di belakang mereka berdua.
" biarlah—toh dia orang asing"
Guman Chanyeol sambil memasukkan password dan masuk ke dalam apartemen miliknya. Sebuah dekorasi baru yang asing di matanya.
.
.
.
For : Yeolie
Ini mommy honey, bagaimana dekorasinya? Apa kau suka?
Aku harap kau dan Chenie menyukainya..
UH—tidak berasa anak kesayangan mommy sudah memiliki pendamping..
Mommy senang karna itu Chenie, anak teman lama mommy dan daddy..
Jika itu bukan dia, belum tentu mommy mengijinkannya—kau beruntung nak!
Daddymu mengatakan padaku jika keputusan kami salah dengan menikahkan kalian
berdua, dengan alasan seperti ada yang kosong di antara kalian. Tapi tenang saja,
mommy sudah meyakinkannya jika apa yang ia lihat hanya karna kalian merasa malu
dan merasa telah tertangkap basah,kkkk
Mommy menyayangimu, jaga Chenie dengan baik! Mommy harap kau tidak membuat
Chenie hamil sebelum kalian keluar dari sekolah menengah, ya walau jika itu terjadi
mommy akan senang sekali..
Kami menyayangimu honey
.
.
.
Chanyeol duduk memakan ramen yang biasanya ia sediakan di dapur.
" aku pulang—"
Nada suara yang perlahan-lahan Chanyeol hafal, namja tinggi itu menoleh dan mendapati seorang yeoja tengah mengganti sepatunya dan langsung berjalan menuju ke arahnya.
" temanku membawa kue mochie dari Beijing, kau mau?"
" namja pindahan sepertiku?"
Chen mengangguk, ia mengambil piring dan meletakkan beberapa kue mochie di atasnya. Ia menyodorkan ke arah Chanyeol. Ia juga menyeduhkan minuman hangat untuk Chanyeol.
" aku sudah memikirkan pernikahan ini seharian, tapi semua buntu—sepupuku mengatakan jika appa dan eomaku sangat senang dengan pernikahanku dan anak chingu mereka. Meski aku yakin appa tidak menyetujuinya.."
" lalu?"
Chen menenggak minumannya dan menatap Chanyeol.
" apanya yang lalu? Tidak mungkin kan aku mengatakan jika kita bahkan tidak pernah bertemu? Atau tidak mungkin juga kalau aku mengatakan kita akan bercerai sekarang juga—bukan?"
Namja tampan itu mengangguk, sesekali mengambil kue mochie yang ada di hadapannya.
" mian, ini benar-benar salahku—kedua orang tuaku, ani! Mommyku sangat bersemangat menjodohkanku dengan anak-anak rekan bisnisnya yang benar-benar membuatku muak. Yeoja-yeoja kecentilan yang mengarah harta demi kelangsungan keluarga mereka sendiri, mommy tidak memperdulikan itu dan tetap memaksaku melakukan kencan buta. Jujur itu membuatku sedikit frustasi, mengencani mereka dan mencampakan sudah ku lakukan agar mereka pergi dari hidupku tapi—mommy sama sekali tidak melihat itu. Hingga kemarin aku di paksa untuk menerima pertunangan dengan seorang yeoja mata duitan yang cukup terkenal di kalangan namja hidung belang, aku kabur dan kebetulan aku melihatmu sedang berjalan ke arahku. Niatku hanya menggertak kedua orang tuaku, tapi—aku tidak tau kalau orang tua kita saling kenal…"
Chen mengangguk-angguk lemah.
" hah—tidak ada yang perlu di salahkan, meski aku ingin sekali menyalahkanmu.."
" yeah—"
Chanyeol mengangguk lalu meminum minuman yang telah Chen siapkan.
" ngomong-ngomong…kapan kau merubah ruangan ini? Aku hanya telat pulang sekitar 30 menit.."
" mommy yang merubahnya—"
Chen berdiri dan memutari ruangan apartemen yang terkesan lebih dewasa dari yang tadi pagi ia lihat. Ia tersenyum melihat seekor ikan di aquarium, ia menunjukkan pada Chanyeol membuat namja tampan itu tersenyum dan mendekatinya.
" dia Dolly—sebenarnya besok aku akan membawanya ke kebun binatang untuk di donasikan"
" wae?"
" aku kasihan dengan dia—temannya hanya aku saja, lagi pula aku jarang sekali memperhatikannya"
" kasian sekali—"
Keduanya saling terbuka untuk pertama kalinya.
Hingga malam mereka masih membicarakan tentang ikan yang akan Chanyeol donasikan sambil menikmati makan malam yang Chen buat.
" waah—aku tidak tau jika aku beruntung bertemu denganmu"
" wae?"
" setidaknya kau bisa memasak dan rajin bersih-bersih! OH coba kalau kemarin aku bertemu dengan orang gila? Tsk aku tidak bisa membayangkan hidupku akan bagaimana—"
Chen memiringkan kepalanya.
" YA! Kau itu—aiss, sekarang bisa kita berteman? Aku tau meski aku suamimu, tapi aku adalah orang asing untukmu. Mari kita mulai dari awal—eothokke?"
Chen mengangguk dan mengulurkan tangannya.
Dengan hangat Chanyeol menyambut uluran tangan Chen.
" aku, Park Chanyeol—"
" aku, Chen"
Keduanya tertawa melihat kekakuan masing-masing.
" Ya! Biasa saja kali, jangan gugup!"
" siapa yang gugup?!"
" kau!"
" kau!"
" kau!"
" kau!"
Membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk pasangan muda itu kembali diam dengan dunia mereka, karna baik Chen atau Chanyeol tidak ingin mengalah.
" Eh! Changkaman!"
" wae?"
" bagaimana dengan pernikahan kita?"
Tanya Chen.
Chanyeol mengangguk, keduanya mencoba berfikir.
" biarkan saja—toh kita belum melakukan apa-apa. Dan juga, aku akan aman jika kau ada di sampingku"
" wae?"
" mommy tidak akan memaksaku lagi hahaha"
" tapi—suatu hari nanti jika aku atau Yeol menemukan orang yang disukai atau dicintai?"
Chanyeol kembali serius.
Keduanya terdiam untuk waktu yang lama, mencoba mencari solusi yang ada.
" tentu saja hubungan ini harus berahir!"
" lalu orang tua kita?"
" mereka pasti akan mengerti, sudahlah—lagian siapa yang mau dengan yeoja jelek sepertimu?"
" YAA!"
Tawa dan candaan yang Chanyeol lontarkan membuat Chen benar-benar geram.
Hari minggu, Chanyeol mengajak Chen untuk pergi ke kebun binatang dengan membawa akuarium berisikan ikan besar. Keduanya tertawa saat tidak sengaja sang ikan menyipratkan air ke arah mereka.
" hahaha"
" tsk! Rambutku!"
Dengan perhatian Chanyeol mencoba mengusap air yang ada di rambut Chen dengan handuk yang petugas berikan.
" rambutmu jelek sekali sih?"
" apalagi punyamu!"
Chanyeol terkekeh melihat reaksi Chen yang langsung menarik handuk dari tangannya.
Masih dengan tangan yang setia mengusap rambut pendek Chen, Chanyeol mendengarkan arahan dari para instruktur kebun binatang untuk donasi yang Chanyeol berikan. Setelah hampir satu jam mereka di penangkaran ikan, ahirnya mereka memutuskan untuk berjalan-jalan.
" waah sudah lama sekali aku tidak kesini, mungkin 2 bulan—"
Kagum Chen saat melihat seekor rusa yang sedang diberi makan.
" aku saja yang seumur hidup tidak pernah ke kebun binatang tidak begitu kaget, kenapa kau kaget?"
Chen menatap tidak percaya ke arah Chanyeol.
Namja itu mengarahkan manik matanya ke arah Chen sambil terus mengangguk mencoba menyakinkan.
" baiklah, kalau begitu akan ku berikan kau tour gratis! Kajja"
Untuk pertama, Chen menarik lengan Chanyeol.
Chanyeol menatap lengannya yang di tarik Chen, ia tersenyum sekilas lalu mengikuti arahan dari yeoja yang beberapa hari menjadi bagian dari hidupnya. Chen benar-benar menjadi tour gate yang menyenangkan untuk Chanyeol, ia menerangkan semua yang ia tau pada namja yang sama sekali tidak begitu mengerti tentang ilmu kebinatangan.
" Chanyeol-ssi?"
Suara lembut itu membuat senyum di bibir Chanyeol lenyap.
" jinja? Chanyeol-ssi benar itu kau?"
Chen menoleh ke arah seorang yeoja dengan dress selutut yang berdiri di samping Chanyeol. Ia memiringkan kepalanya lalu menatap Chanyeol yang terlihat berubah expresi.
" Chenie, bisa kau belikan aku minum?"
" eh?"
Melihat raut wajah Chanyeol yang terlihat terganggu ahirnya Chen mengangguk dan meninggalkan Chen dengan yeoja yang menurut Chen cantuk cantik
