"bisakah kau tak memandang ku dengan pandangan tajam itu?" naruto berkata masih dengan senyumannya.
"kalau begitu, bisakah kau tidak menggenggam tangan ku?, kau membuat ku mual" balas sasuke.
"hahaha pertama kalinya aku mendengar mu protes, baiklah" ujarnya lalu melepas gandengan tangannya.
dan sekali lagi sasuke bingung dengan perasaannya. rasanya seperti ada yang hilang. rasa hangat yang tadi ada di telapak tangannya perlahan memudar namun terus menggema. nah sasuke, kau terlanjur jatuh.
.
.
sejak saat itu naruto jadi jarang menyentuhnya seperti hari-hari sebelumnya. bahkan menyapanya pun jarang. awalnya sasuke merasa itu wajar, namun lama kelamaan ia sadar ia kehilangan sesuatu. dan itu membuatnya kesal sendiri.
.
sasuke seperti biasa di hari senin pasti jam pertama akan bolos. dia sudah bersiap-siap dengan buku dan snack di kantungnya. langkahnya pasti menuju pintu. degup jantung tak bisa ia tenangkan. langkahnya melambat seperti menunggu sesuatu. dan saat itulah dilihatnya si pirang sedang menggoda wanita di ujung loker sepatu. hatinya mencius nyeri. sempat membola matanya melihat pantulan ekspresinya di kaca. ia pun meneruskan perjalanannya menuju atap sekolah.
.
.
Sasuke tak bisa fokus pada bacaannya. Pikirannya masih tentang si pirang yang terasa menjauh darinya. Ia bingung pada dirinya sendiri. Bukankah bagus ia jauh dari si mesum itu? Lagipula banyak juga wanita yang mengejarnya. Temannya pun bukan hanya naruto saja. Tapi mengapa hatinya merasa salah jika ia tak bersama si pirang itu?.
.
Bell sudah beberapa kali berbunyi. Cuaca yang memang buruk sejak awal bulan perlahan menjadi sangat dingin. Ingatan sasuke kembali pada malam itu. Malam pesta dimana ia menghabiskan waktu bermain shogi bersama naruto. Malam itu cuaca sedingin saat ini. Ada buliran embun dan juga awan mendung. Naruto begitu lembut saat itu. Mengajaknya duduk berdampingan agar hangat dan menceritakan hobynya. Naruto tahu apa yang sasuke mau. Dia tahu sasuke tak suka keramaian. Dia tahu sasuke tak tahan dingin. Dia tahu sasuke bosan. Lalu, apakah sekarang naruto tahu dia kesepian?. Sasuke tersenyum miris. Rasanya ada yang salah dengan pemikirannya. Ia terlalu naif bukan?.
.
.
Sasuke mengeratkan jaketnya. Meremas pelukan di lututnya sendiri. Sejak kecil ia biasa menyendiri. Ia selalu bisa melakukan semua hal sendiri. Namun saat ia membuka hatinya untuk bergantung pada seseorang, mengapa itu harus Naruto?. Mengapa harus dia dari ribuan orang yang mengejarnya?.
Sasuke memandang langit. Kulit putihnya semakin pucat. Dingin tak lagi bisa ia tahan. Namun ia tetap disana. Enggan untuk kembali ke kelas. Dari atas ia bisa memandang jendela dikejauhan. Ia bisa melihat si pirang. Ia bisa lihat wajah ceria itu tertawa bersama seorang siswi berrambut pink cerah. Matanya menatap sebal. Terlebih saat naruto memandang kearahnya. Mata mereka bertemu. Dan sasuke merasa ia patut untuk menatap nyalang.
Dan ia bisa lihat walau sekilas. Tatapan keget si pirang dari bawah sana.
Perasaannya antara lega dan malu. Siapa dia cemburu pada si pirang?. Namun sudahlah, yang lalu biar berlalu.
.
.
Sasuke memalingkan muka. Masih membisu diantara pandangan Tanya nan tegas serta kuncian dari dua tangan tan di hadapannya. Seakan sudah sama-sama tahu, seakan sudah sama-sama mengerti, naruto mendekatkan wajahnya kea rah sasuke. Memaksanya untuk makin menghindar.
"kau cemburu?" goda naruto.
"tsk, kau membuat ku mual" jawab sasuke.
"berhentilah mengelak" tubuh sasuke bergetar saat sapuan nafas hangat dan permukaan hidung naruto hinggap di lehernya.
"berhentilah bertingkah aneh" jawab sasuke sambil melebarkan tangannya mencoba menjauhkan naruto dari dirinya.
"jangan menghindar sasuke" diam. Sasuke tak bisa berbuat apa-apa lagi setelah mendengar namanya. Apalagi dengan suara seduktif naruto. Perlawanannya pun mengendur.
"sasuke" panggil naruto. Tubuhnya merespon. Kaki kiri naruto yang menyelip diantara kaki sasuke dan kedua tangan menahan tangan sasuke di antara wajahnya membuat sasuke mau tak mau menerima kecupan hangat itu.
"mmhh" pertahanan terakhir mereka pun runtuh. Kecupan itu menjadi pangutan menuntut satu sama lain. Hingga naruto tak sanggup menahan berat sasuke lagi dan perlahan keduanya jatuh terduduk. Namun tak ada niatan sedikitpun untuk melepas ciuman mereka yang kini makin dalam dan menuntut.
Baru setelah beberapa kali sasuke mendorong lengannya pertanda kehabisan pasokan udara, naruto beralih ke leher putih sasuke.
"hah-ha-ah-ha" sibuk mencari pasokan udara sasuke membiarkan naruto menorehkan beberapa tanda di lehernya, turun hingga ke dadanya.
"uuhhh" rintihnya halus saat naruto menghisap tonjolan pink cherry sasuke.
"mmnhhh" dan hanyutlah sasuke pada kenikmatan.
Dinginnya cuaca membuat sasuke mengeratkan pelukannya. Membiarkan naruto melakukan apa yang dia inginkan.
"e-ehh" pekiknya bingung saat naruto menaikannya kepangkuan naruto.
"mulai saat ini kau milik ku" ucapnya posesif lalu menanam miliknya di dalam sasuke.
"a-ahh-ah-ah" desah sasuke kewalahan.
"sasuke.."
"ha-ah.. le-lepas..sa-kit" rintih sasuke pelan.
"bersabarlah, akan membaik jika kau tak banyak bergerak"
"a-ah"
"na-ru"
"mmhh"
"a-ahh-ah-ahh-ah-ha-ah"
"ahhhhh~"
.
.
"naru-to" panggilnya lemah.
"istirahatlah, kau tak perlu khawatir aku sudah membersihkan mu" jawab naruto lembut.
"kenapa?" tanyanya polos. Naruto menaikan alisnya.
"kau ini bertanya apa?" Tanya naruto. Mata mereka bertemu pandang.
"kenapa kau memilih a-ku?" merasa bingung dengan pertanyaannya sendiri sasuke membuang muka.
"sasuke.." panggil naruto pelan.
"kau terlalu kuat, bersandarlah lebih lama pada ku" ucap naruto penuh makna.
"kau tak perlu berjuang sendirian lagi, kau adalah kau dank au itu special, tak perlu membatasi diri mu dengan dunia selamanya" lanjutnya.
"tersenyumlah saat kau ingin tersenyum, tertawa saat kau ingin tertawa, tapi menangislah hanya di depan ku jika kau memang tak terbiasa menunjukannya" naruto mengusap surai sasuke dan membaringkannya di pahanya.
"apa yang kau tahu tentang ku?" sasuke berkata pelan.
" tak ada, aku hanya tahu kau terlalu lelah dan terlalu kuat"
" bukankah kau juga begitu?" Tanya sasuke,
" maka dari itu bersandarlah pada ku agar aku bisa bersandar pada mu"
