MAAFKAN AKU
disclaimer : Masashi Kishimoto
pairing : Naruhina dan pairing kanon lainnya
warning : pasaran, typo dimana mana,OCC dll.
Chapter 1
"Aku tahu ini kesalahanku yang membuatnya menjadi begini. Maka aku akan bertanggung jawab. Namun cintaku tulus padanya bukan karna rasa bersalah. Aku selalu mencintainya sedari dulu. dia lah matahariku. Jika cinta itu buta, maka itulah yang aku rasakan sekarang. Kami akan saling melengkapi. Aku mencintainya apa adanya" – Hyuga Hinata
"Aku sangat mecintainya. Aku rela mengorbankan nyawaku untuknya. Namun aku bukan pria sempurna yang pantas untuk mencintainya. Aku hanya pria cacat yang tidak mampu berdiri lagi. Mungkin cinta ini harusku pendam selamanya. Dia bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari pada aku." - Namikaze Naruto
Disebuah mension terbesar dikonoha terlihat sepasang suami istri tengah menghampiri anak tunggal mereka yang tengah sibuk mengerjakan tugasnya dikamarnya. Anak bersurai blonde itu terlihat sangat serius dan baru menyadari kehadiran orang tuanya saat sang ibu yang bersurai merah memanggilnya dengan sayang.
"Naru-chan bisa bicara sebentar.?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah Namikaze Kushina ibu dari anak tadi yang tak lain Namikaze Naruto. Naruto yang mendengar suara ibunya segera berbalik dan melupakan pekerjaan rumahnya sementara.
"Ada apa kaa-san? Tou-san?" tanya Naruto heran karna tak biasanya ayah dan ibunya menemuinya langsung. Bukankah biasanya ia yang menemukan mereka jika ada sesutu. Atau jika mereka ada perlu mereka akan membicarakannya nanti diruang keluarga.
"Kaa-san harap kau bisa mengerti ini." Ucap ibunya yang malah membuat Naruto semakin bingung. Dia mengerutkan keningnya dan memandang sang ibu penasaran.
"Ya. Aku akan coba mengerti." Ucap Naruto yakin meski ia belum tahu hal apa yang akan disampaikan orang tuanya.
"Tou-san akan mengurus perusahaan kakekmu yang ada diJerman. Dan perusahan kita disini Tou-san serahkan padamu. Mulai besok kau tidak perlu sekolah lagi kau akan mengikuti home schooling agar kau lebih fokus pada perusahaan." Ucap Minato to the point, lelaki yang menurunkan hampir seluruh gen fisiknya pada putra tunggalnya ini, yang membedakan hanya tanda lahir berupa tiga pasang kumis kucing yang membuat Naruto terlihat lebih tampan. Naruto tentu terkejut mendengar ucapan ayahnya, meski ia masih 12 tahun dia sudah tahu maksud dari ayahnya tersebut.
"Tou-san jangan bercanda. Bukankah aku masih terlalu kecil untuk memegang kendali perusahaan?" tanya Naruto dengan nada tidak percaya. Dia tidak ingin masa-masa indah bersekolah dan bermain bersama teman-temannya hilang. Umurnya masih 12 tahun. Ia masih terlalu kecil untuk memimpin sebuah perusahaan.
"Kau harus belajar mulai dari sekarang Naruto. Akan ada Iruka yang akan membantumu memimpin perusahaan."
"Tou-san jangan seenaknya memutuskan masa depanku. Aku masih ingin sekolah, aku masih ingin bermain, aku masih ingin bersenang-senang. Apa kalian tidak memikirkan kebahagiaanku?" tanya Naruto mulai emosi dengan nafas yang memburu bahkan ia sudah bangun dari kursi yang sedari tadi ia duduki. Apa yang dipikirkan kedua orang tuanya hingga mengorbankan masa bahagia putra tunggalnya ini? batinnya.
"Maafkan kami Naruto. Kami tidak bermaksud begitu. Tapi kami tidak ada pilihan lain. Tou-sanmu tidak dapat mengurus dua perusahaan sekaligus dari negara yang berbeda. Ini juga demi mempertahankan usaha yang sudah JII-sanmu bangun dari nol. Mengertilah nak?" ucap Kushina berusaha menenangkan anaknya yang tengah emosi ini.
"Kalian minta aku mengerti tapi kalian tidak mau mengerti aku!" ucap Naruto emosi dan segera berlari keluar dari kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya yang tidak sempat untuk mencegah.
"NARUTO!" teriak Kushina saat sang anak malah pergi meninggalkan mereka berdua sebelum mereka menjelaskan lebih lanjut.
"Biarkan dia memikirkan dulu Kushina. Aku tahu Naruto pasti mengerti ini. Dia hanya butuh waktu sendiri untuk memikirkannya. Ingat anak kita itu anak yang cerdas dan pernah mau membuat kita kecewa. Aku yakin dia akan melakukan keinginan kita. Jika dalam waktu 30 menit ia tidak kembali kita akan mencarinya" Ucap Minato menenangkan sang istri yang sepertinya akan menangis.
Naruto berlari menuju keluar rumahnya tanpa memperdulikan beberapa maid yang menunduk dan memberinya salam saat mereka berpapasan dengannya. Pikirannya kini tengah kalut. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya berlari keluar dari mainsion dan menyambar sepeda yang sering ia pakai kesekolah. Para penjaga yang melihat tuannya akan pergi segera membukakan gerbang seperti biasa. Naruto mengendarai sepedanya dengan kecepatan tinggi namun lama kelamaan ia lelah juga mengayuh terlalu cepat. Dia tidak punya tujuaan sekarang, dia tadi hanya mengayuh sepedanya asal dan jika diingat lagi tak jauh dari sini ia pernah melihat taman. Sepertinya mendinginkan kepala ditaman tidak ada salahnya. Setelah menemukan tujuannya ia mengayuh dengan santai menikmati hembusan angin malam yang sesekali memainkan surai blondenya yang mampu merilekskan tubuhnya. Namun dalam perjalanan ia melihat sesuatu yang mencurigakan. Terlihat tiga orang lelaki yang tengah memaksa masuk seorang gadis yang sepertinya seumuran dengannya namun gadis itu terus memberontak dan diam saat orang yang menggendongnya memukul tengkuknya dan membuat ia pingsan. Naruto terus mengamati mereka yang kini ada didepannya. Gadis itu memiliki surai dark blue pendek, mata amethys dan pipi yang tembem. Tunggu dulu sepertinya ia mengenal gadis itu. Hinata, ya itu Hyuga Hinata. Teman satu kelasnya dan merupakan gadis yang diam-diam ia kagumi karna kecantikan, kelembutan, perhatian, kecerdasan serta sifat malu-malunya mampu membuatnya terpesona. Melihat tiga orang itu tidak melakukan hal baik pada teman yang dicintainya ia pun tanpa fikir panjang segera menghampiri orang-orang itu dengan beraninya.
"Hei apa yang kalian lakukan?" tanya Naruto dengan berani. Suasana malam itu sangat sepi padahal ini masih pukul 9 malam. Mendengar suara lain, ketiga orang itu segera mencari suara yang menginterupsi penculikan yang sedang mereka jalankan. Dan yang terlihat hanya ada seorang anak kecil.
"Mau apa kau bocah ingusan? Mau jadi pahlawan?" tanya salah seorang dari mereka yang memiliki wajah yang menyeramkan.
"Lepaskan gadis itu." ucap Naruto dengan beraninya.
"Hei Gato bukankah dia anak dari Namikaze Minato? Kenapa tidak kita culik sekalian anak itu. Lumayan buat tambahan." Ucap rekan pria tadi yang disebut Gato.
"Ide yang bagus. Shakon, Ukon tangkap anak itu." perintah pria yang disebut Gato tersebut tanpa menunggu lama mereka berdua bergerak untuk menangkap Naruto. Bukannya takut atau lari Naruto malah siap dengan kuda-kuda kendonya. Walau masih kecil dia cukup mendapatkan pelatihan beladiri dari Ayah dan pelatih beladiri yang lain. Saat dua orang itu mencoba menangkapnya tangan mereka ditepis oleh Naruto dan dia pun memberikan serangan pada dua orang itu. Mereka berdua cukup kaget dengan pertandingan Naruto dan itu membuat mereka marah. Mereka semakin menyerang Naruto namun ia masih dapat mengatasi meski tidak terpungkiri beberapa pukulan mereka tentang. Dia tidak bisa kalah disini. Dia harus menyelamatkan gadis yang dicintainya meski nyawa taruhannya. 20 menit bertarung akhirnya pertarungan dapat diselesaikan dengan Naruto yang menjadi pemenangnya. Hinata yang tadinya dibuat pingsan terbangun dan menemukan orang yang dicintainya dalam kondisi babak belur. Dia tahu orang itu ingin menyelamatkannya. Dia berusaha berontak dan menggeleng-gelangkan kepalanya menyurung orang itu pergi.
'Naruto-kun... kumohon pergi' ucapnya dalam hati. Ia tidak mau orang itu terluka karnanya.
"Hfppp" berontak Hinata.
"Kau sudah bangun gadis kecil. Lihat dihadapanmu ada pangeran yang akan menyelamatkanmu." Ucap pria yang bernama Gato tersebut dengan seringainya saat sadar Hinata sudah bangun. Namun dalam hati ia kesal dengan Naruto yang mampu mengalahkan dua orang temannya. Hinata yang diikat semakin yakin jika bocah yang ada didepannya memang ingin menyelamatkannya.
"Namun ia harus menghadapiku dulu." ucap Gato yang kini telah mengeluarkan pisau lipat dari balik jaket kulitnya. Hinata melotot melihat benda tajam itu. Dia semakin takut terjadi sesuatu dengan Naruto. Naruto yang melihatnya juga terkejut, nafasnya belum kembali normal setelah berhasil menumbangkan dua orang dewasa yang berhasil ia kalahkan. Dan kini ia harus mengalahkan satu orang lagi yang menggunakan senjata tajam. Gato segera menyerang Naruto dengan pisau itu, Naruto yang terlambat menghindar harus rela pundaknya tergores benda tajam tersebut. Ia meringis sambil memegangi pundaknya yang kini mengeluarkan darah segar. Dia tidak boleh kalah, dia belum ingin mati. Dia masih harus menjalankan permintaan orang tuanya yang tadi sempat ia fikirkan dan ia menerimanya. Tidak boleh dan tidak akan mau kalah. Saat Gato akan menyerangnya lagi pada bagian perut Naruto menepis pisau itu dan membuatnya jatuh. Dan memberikan tendangan sekuat tenaga pada lawannya yang membuat Gato mundur kebelakang. Gato yang berhasil dipukul kebelakang mengeram marah. Dia mengambil balok yang ada disampingnya dan memukulkan balok itu pada kaki Naruto yang terlambat menyadari serangan Gato dan serangan itu kena telak.
"Akh" jerit Narito saat ia merasakan sakit yang teramat sangat pada kaki kanannya. Hinata yang melihat itu menangis sejadi-jadinya dan terus memberontak agar dapat menolong sang pujaaan hati.
"Bocah sialan. Tendangan kakimu itu sangat menyakitkan." Ucap Gato marah dan memukulkan kembali balok kayu itu pada kaki Naruto dan membuat Naruto berteriak kesakitan lebih keras.
Sementara dimansion Namikaze. Kushina yang sedang membuat teh untuk suaminya menjatuhkan gelas yang baru saja dia ambil. Perasaannya tidak enak. Dan dia saat ini sangat menghawatirkan anaknya yang belum kunjung pulang. Tanpa terasa air mata menetes dari iris berwarna violetnya. Ada apa ini? Apa anaknya dalam bahaya? Pikiran-pikiran buruk tiba-tiba saja melayang-layang di kepalanya.
"Anata... ANATA..." jeritnya pada sang suami yang berada diruang keluarga. Mendengar jeritan dari sang istri Minato segara menghampirinya dan ikut menjadi panik.
"Ada apa Kushina?"tanya Minato bingung dan Khawatir saat melihat istrinya menangis.
"Naruto... apa Naruto belum pulang?" tanyanya dibalik isakkannya.
"Belum. Sekarang aku baru akan memanggil Kakashi untuk mencarinya. Tenang saja tidak akan terjadi sesutu yang buruk padanya." Ucap Minato berusaha menenangkan istrinya meskipun ia sedikit ragu. Entah kenapa dia juga sangat mencemaskan anaknya.
"Cepat, aku merasakan sesutu yang buruk terjadi padanya." Ucap Kushina yang terlihat sangat khawatir. Minato mengangguk. Segera saja dia menyuruh pelayannya untuk mencari Naruto.
Sudah lebih dari 5 kali Gato memukulkan balok kayu itu pada kaki Naruto, Naruto sudah tidak bisa lagi meraskan lagi kakinya. Kesadarannyanya pun sudah hampir hilang. Dia tersenyum miris. Tak apalah mati disini asal dia dapat menunjukan rasa cintanya pada seseorang yang ia cintai. Dan satu yang ia sesalkan ia belum meminta maaf kepada orangtuanya. Sebelum kesadarannya menghilang ia seperti mendengar seseorang memanggilnya, namun karna pandangangannya yang sudah buram ia tidak dapat melihat pasti orang itu. Dia hanya tersenyum pada orang itu sebelum kesadarannya benar-banar hilang.
Duagh
Sebuah pukulan yang sangat keras berhasil memukul mundur Gato saat ia akan memukulkan balok besar yang ia pegang untuk kesekian kalinya pada Naruto.
"TUAN MUDA NARUTO!" teriak pria membubarkan silver yang melawan grafitasi yang begitu panik saat tuan mudanya bersimbah darah dan tak sadarkan diri.
"Kalian tahan orang itu. Bebaskan gadis kecil itu. Dan Kakashi bawa tuan muda segera kerumah sakit beserta gadis itu. Aku akan segera menghubungi tuan besar." Ucap rekannya yang memiliki surai coklat berantakan yang tak kalah panik saat melihat darah terus mengalir dari tubuh tuannya terutama kaki. Ia juga meminta untuk membawa serta Hinata yang pingsan. Dengan panik orang yang bernama Kakashi tadi segara membawa dua bocah yang terluka itu kerumah sakit. Dimana tuan mudanya paling parah. Darah tiada berhenti mengalir dari luka yang timbul dan kaki tuannya terlihat membiru dan ada banyak darah yang keluar. Belum lagi wajahnya yang begitu pucat, bibinya juga membiru dan nadinya yang sangat lemah. Sedangkan gadis yang ikut bersamanya juga dalam keadaan pinggsan, wajahnya pucat meski tidak sepucat tuannya dan matanya terlihat sembab bahkan jejak air mata masih terlihat. Dia jadi benar-benar takut terjadi sesuatu pada tuannya.
Suara dorongan berankar dengan kecepatan tinggi meluncur menuju ruang operasi dan yang satu lagi menuju ruang UGD karna lukanya tak terlalu parah diRumah Sakit Konoha. Tiga orang lelaki yang mengantarkannya terlihat hanya mampu mondar-mandir tidak jelas diruang operasi karna terlalu menghawatirkan keadaan tuan mereka. Tak beberapa lama terdengar derap langkah kaki yang begitu keras menuju kearah mereka.
"Bagaimana keadaan Naruto?" tanya khawatir Kushina. Wajahnya terlihat sangat panik dan lelehan air mata tidak berhenti mengalir.
"Tenang Hime. Anak kita itu kuat." Ucap Minato menenangkan istrinya yang terlihat begitu kacau saat mendengar anaknya berada dirumah sakit. Hati ibu mana yang tidak sakit dan khawatir saat anaknya dilarikan kerumah sakit. Tiga orang yang merupakan bawahannya segera memberi hormat saat tuan mereka datang.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Minato mengulang pertanyaan istrinya dan menatap tiga orang anak buahnya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Kami belum tahu. Tuan muda sedang berada diruang operasi." Ucap Kakashi yang merupakan tangan kanannya. Tangis Kushina semakin menjadi pada dada bidang suaminya yang semakin mengeratkan pelukannya, dan Minato hanya menghela nafas berat. Dia merasa ini semua salahnya. Andai ia tadi tidak memaksakan kehendaknya. Ini pasti tidak akan terjadi.
"Jadi apa yang terjadi.?" Tanya Minato yang tadi sempat mendengar jika anaknya dipukuli orang, dia sudah menyiapkan hati jika sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya namun tetap saja ia merasa tak sanggup jika anaknya terluka. Kakashi menjelaskan kronologi yang terjadi pada atasannya. Setelah mendengar semua dari bawahannya raut majah Minato menjadi sulit diartikan. Tatapannya begitu dingin dan kosong.
Minato POV
Apa yang kudengar ini? Kakiku terasa lemas mendengarnya. Benarkah anakku rela berkorban demi seorang anak yang merupakan temannya. Aku bingung harus bersikap bagaimana? Harus bangga kah? Marahkah? Sedihkah? Aku tak tahu mana yang benar tentang perasaanku. Dia terluka demi membantu seseorang yang tak lain merupakan putri sulung dari sahabatku Hyuga Hiashi. Aku begitu khawatir tentang keadaan anak semata wayangku itu. Apa ini sudah menjadi takdir? Jika ia kenapa takdir kejam ini menimpa anakku. Mendengar penjelasan dari Kakashi tadi sudah membuatku yakin anakku tidak dalam keadaan baik. Namun aku tetap berharap agar anakku itu baik-baik saja. Bagaimana pun dia anak tunggalku. Anak yang begitu aku banggakan. Mungkin ini karma bagiku yang selalu memaksakan kehendakku padanya dan kenapa dia selalu menuruti keinginanku? Betapa patuhnya ia padaku. Namun kenapa harus anakku? kenapa tidak diriku saja? Apa dengan ini kau menghukumku tuhan? Rasanya aku tak sanggup harus menghadapi ini.
Akhir Minato POV
Setelah dua jam keluarlah seorang dokter yang usianya sudah setengah abad namun wajahnya masih tampak seperti wanita usia 30an. Wanita itu memandang lesu pada anak dan menantunya. Dan itu membuat dua orang yang dimaksud bertambah khawatir. Bahkan Kushina sudah menangis sebelum mendengar apa pun yang disampaikan mertuanya hanya dengan melihat tatapan mata mertuanya yang begitu sayu dan sedih sudah mampu membuatnya menyimpulkan jika anaknya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Kalian berdua ikut keruanganku." Ucap dokter tersebut yang tak lain adalah Senju Tsunade yang dulu bermarga Namikaze, namun karna suaminya sudah meninggal dia memilih kembali memakai marganya sedari lahirnya.
.
.
.
.
.
POV Naruto
Aku membuka mataku. Namun aku tak melihat apa pun. Hanya gelap yang kulihat. Aku mencoba bangun namun terasa sulit sekali. Yah mungkin ini akibat dari pukulan penjahat itu. Aku tetap mencoba dan akhirnya aku mampu berdiri. Apa aku masih hidup? Atau ini alam akhirat? Entahlah yang penting aku harus mencari seseorang atau cahaya. Aku benci kesendirian dan kegelapan. Aku terus memanggil siapa pun yang ada disini. Terus melangkah untuk setidaknya mencari cahaya meski aku harus tertatih. Setelah lama mencari aku pun melihat cahaya diujung. Aku semakin berusaha mendekati cahaya itu. Dan kini setelah sampai aku melihat padang rumput yang begitu indah. Apa ini surga?Angin yang dihembuskan begitu menyejukkan. Matahari yang bersinar terik tidak mengusikku sama sekali. Aku mendudukkan diriku dibawah pohon yang tak jauh dari tempatku berdiri. Tempat ini begitu damai. Ingin rasanya aku berada disini selamanya. Namun kenyamanan itu terusik saat aku mendengar suara dari seseorang yang sangatku kenal sedang memanggilku. Ini suara Jii-san. Aku menghadapnya dan benar saja itu kakekku. Orang yang sangatku rindukan. Ah sepertinya aku sudah benar-benar meninggal sehingga aku dapat bertemu dengan jii-san.
"Disini nyamankan Naruto." Ucap Jii-san tanpa mengalihkan matanya dari pesona tempat ini. Aku mengangguk menyetujui.
"Iya. Aku ingin selalu disini Jii-san." Ucapku ceria seperti biasanya, dan tak lupa senyum secerah mentariku berikan padanya.
"Iya. Namun kau sudah yakin ingin disini?" tanya Jii-san yang membuatku merenung. Sebenarnya aku masih ingin bertemu ibu, ayah dan baa-san beserta teman-temanku yang lain. Namun tempat ini begitu sayang untukku lewatkan. Ini tempat ternyaman yang pernahku temui.
"Entahlah Jii-san. Aku senang disini tapi aku masih ingin bersama Kaa-san, Tou-san, Baa-san dan teman-temanku yang lain." Ucapku sedih. Ini merupakan pilihan yang cukup berat untukku.
"Jadi kau belum siap menemaniku ya?" tanya Jii-san yang tidak terlihat sedih sama sekali malah ia terlihat begitu senang dengan keputusanku. Aku mengangguk saja. Dan tak lama aku mendengar suara seseorang yang memanggilku.
"Naruto ..."
"Naruto... bangun sayang. Kaa-san merindukanmu."
Itu suara Kaa-san, aku memanggilnya berulang kali namun aku tidak melihat Kaa-san dimanapun. Sampai ada cahaya putih menyelubungi tubuhku. Aku panik dan ingin meminta tolong pada Jii-san. Namun Jii-san hanya tersenyum padaku. Apa dengan begini aku bisa menemui Kaa-san? Entahlah. Tapi tidak ada salahnya aku mencoba. Aku pun menutup mataku. Membiarkan cahaya itu menyelubungi tubuhku seluruhnya.
End Naruto POV
Kushina terus menggenggam tangan Naruto erat. Badannya sudah benar-benar lelah. Ia juga sudah lelah menangisi anaknya setiap malam. Kini ia hanya bisa pasrah saja pada tuhan agar anaknya dapat sadar dari komanya yang sudah 14 hari. Tiba-tiba tangan yang ia genggam itu bergerak, dengan segera dia bangun memencet tombol alaram yang ada pada tempat tidur. Dan ia memandangi anaknya yang mulai menggerakkan lagi jari-jarinya, matanya pun berusaha untuk terbuka. Betapa senangnya ia saat anaknya menunjukkan tanda-tanda kesadaran bahkan sampai air matanya menetes saat melihat sang anak akan segera sadar. Dalam 5 menit dokter yang tak lain nenek Naruto beserta asistennya datang langsung untuk mengecek keadaan Naruto. Setelah dilakukan pemeriksaan selama 20 menit dokter Tsunade menghembuskan nafas lega dengan senyum dibibirnya. Akhirnya cucunya sadar juga dari komanya.
"Semua baik-baik saja Kushina. Dia sudah sadar sepenuhnya. Maaf Kaa-san harus pergi dan tak bisa menemanimu karna ada pasien darurat yang harus dioprasi." Ucap dokter Tsunade yang mendapat anggukan dari Kushina. Dia sudah sangat senang anaknya sudah sadar. Kushina menghampiri Naruto yang kini juga sedang menghadap padanya. Senyum yang sudah lama tidak dilihatnya itu kembali terlihat meski dengan bibir yang masih pucat. Dia sangat senang, dan tanpa sadar air matanya mengalir lagi.
"Ka...Kaa-san." Ucap Naruto lirih, bahkan suaranya terdengar seperti bisikan.
"Iya sayang." Ucap Kushina yang segara berlari menghampiri anaknya dan memeluk anaknya tersebut dengan sangat hati-hati seakan jika ia memeluknya lebih erat anaknya tersebut bisa hancur. Puji syukur ia ucapkan dan mencium pucuk kepala anaknya berulang kali.
"To...Tou-san?" Naruto bertanya lagi dengan suara yang masih sangat lirih.
"Dia sedang bekerja. Kaa-san sudah mengabarinya mungkin setengah jam lagi dia akan datang. Apa kau haus?" tanya Kushina penuh sayang. Naruto mengangguk, ia merasa tenggorokannya kering sekali. Sudah berapa lama ia tak sadar. Kushina pun mengambilkan air yang memang terletak dinakas. Dengan sedotan Kushina membantu anaknya minum. Tak sampai 15 menit Minato sudah datang dengan wajah yang sangat gembira melihat anaknya sadar meski penampilannya terkesan agak berantakan namun itu tidak mengurangi ketampanannya apalagi peluh disekitar wajahnya makin membuat ia terlihat seksi. Minato segera menghampiri Naruto dan memeluknya meski nafasnya belum teratur. Bahkan air mata sebagai rasa syukur sudah menetes sedari tadi.
"Maaf " ucap Naruto lirih. Minato segera melepas pelukannya dan memandang anaknya dengan bingung.
"Bukan kau yang harus minta maaf. Tou-san lah yang harus minta maaf padamu." Ucap Minato bingung, untuk apa anaknya minta maaf jelas-jelas disini ia yang salah. Naruto menggeleng kecil. Dia merasa bersalah sudah membuat orang tuanya khawatir dan sedih.
"Maaf membuat kalian sedih." Ucapnya lagi, suaranya sudah lebih baik daripada tadi meski belum kembali seperti semula.
"Kami yang harus minta maaf Naruto. Karna kami kau harus menderita." Ucap Kushina yang sudah berlinangan air mata. Naruto mencoba bangung untuk memeluk ibunya. Namun kakinya seperti mati rasa, apa ada yang salah dengan kakinya? Minato yang melihat anaknya ingin duduk segera membantunya. Naruto memandang kedua orang tuanya dengan pandangan penuh tanya.
"Tou-san. Kaa-san, apa ada masalah dengan kakiku?" tanyanya mencoba setegar mungkin. Dia sudah menduga apa yang terjadi mengingat penjahat itu memukuli kakinya dengan brutal, namun hatinya tetap sakit jika dugaannya itu benar. Kushina menangis saat mendengar anaknya menanyakan itu, ia pandangi suaminya yang juga sepertinya berat untuk menyampaikan berita buruk ini.
"Naruto. Baa-san harap kau kuat." Ucap wanita lain yang baru masuk kekamar cucunya. Naruto memandang Baa-sannya sejenak dan mengangguk. Dia harus siap apapun yang terjadi.
Melihat anggukan penuh keyakinan itu Tsunade semakin tak tega. Namun dia harus tetap mengatakan kebenaran itu.
"Semua syaraf pada kakimu rusak dan tidak dapat diperbaiki Naruto. Dengan kata lain kau lumpuh. Baa-san tidak dapat berbuat apa-apa." Ucap Tsunade sendu. Dia memandang cucunya yang tengah menunduk. Seperti masih mencerna apa yang dikatakannya. Sakit. Itulah yang dirasakan Naruto dihatinya. Dia ingin sekali menangis tapi rasanya itu sangat sulit. Ia tidak boleh membuat orang tuanya menjadi semakin khawatir dan sedih. Sebuah pelukan hangat ia rasakan saat ini. Ia tahu ini Kaa-sannya yang menangis histeris memeluknya.
Naruto mengelus pundak Kaa-sannya, tak tega rasanya dia melihat Kaa-sannya menangis apalagi dia penyebab Kaa-sannya menangis.
"Kaa-san jangan menangis. Aku sedih melihat Kaa-san menangis. Aku baik-baik saja. Lagi pula aku masih bisa bertemu dengan kalian itu sudah menjadi kebahagiaanku. Aku akan menerima penawaran Tou-san dan melakukan home schooling. Lagi pula aku sudah tidak bisa berjalan lagi, tapi tak apa aku masih dapat bertemu dengan teman-teman ditempat lain." Ucap Naruto mencoba sekuat mungkin untuk keluarganya. Sang nenek segera berjalan kearahnya dan ikut memeluknya dengan erat. Air mata pun tidak absen dari mata browennya. Tidak hanya mereka Minato pun ikut menangis dalam diam. Dia merasa menjadi ayah yang gagal tidak dapat membahagiakan anaknya.
"Maafkan Tou-san Naruto." Ucap Minato dengan pilu.
"Tou-san tak perlu minta maaf. Ini sudah takdirku. Jadi kapan kita pulang. Aku tidak suka dirumah sakit." Ucap Naruto berusaha menjadi dirinya yang seperti dulu yang selalu penuh semangat dan tak pantang menyerah. Dia harus kuat sekarang dan selanjutnya.
"Nanti jika kondisimu sudah benar-benar pulih kau baru boleh pulang." Ucap Tsunade yang kini sudah melepaskan pelukannya. Mendengar itu Naruto cemberut dengan memanyunkan bibirnya dan hal itu mebuat mereka tersenyum. Ternyata ini tidak sesulit yang mereka bayangkan, ternyata Naruto dapat menerima ini dengan dewasa. Meski tak terpungkiri mereka juga tahu jika Naruto sangat sedih namun ia masih berusaha menghibur keluarganya dan nampak kuat.
TBC
haloo, aq author baru yang nyoba buat fanfiction, maklumi jika terjadi banyak kesalahan dan ceritanya maksa. mohon bimbingannya.
salah Dewi.
