HERE I AM
A Story by
Vanilla Sky
Cast :
Jeon Jung Kook
Kim Tae Hyung
Genre :
Romance; Hurt/Comfort; School life; YAOI
Rated :
PG-18
Cover FF :
RAIN Art
Sumarry :
Malam tahun baru lalu, One night stand dengan orang yang baru dikenalnya, namun masih membekas dalan ingatan betapa senyum Kim Tae Hyung sehangat mentari di musim semi. Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah setelah itu Jeon Jung Kook akan kembali bertemu dengan Kim Tae Hyung?
Chapter 1
...
Jeon Jung Kook itu pemuda rumahan yang tak sengaja terjebak di antara hingar bingar musim di klub malam. Jung Kook tidak pernah berpikir panjang dan akan semenyesal ini tentang menerima ajakan Ji Min dan Yoon Gi ke acara pesta akhir tahun yang katanya menyenangkan. Ji Min juga mengatakan seharusnya Jung Kook tidak usah terlalu polos. Bahkan teman-teman Jung Kook sudah hampir semuanya memiliki kekasih; entah itu gay atau straight. Tapi Jeon Jung Kook...
"Yoon-ie, aku ingin pulang," rengek si manis pada sahabatnya yang kini tengah asyik bercumbu dengan Ji Min di hadapannya.
"Tahan sebentar, Tuan Park. Oh, Kook, kau bilang apa?"
"Aku ingin pulang. Tempat tidur dan komikku jauh lebih menyenangkan dibanding pesta ini."
Dengan gemas Yoon Gi menyentil kening Jung Kook. "Dasar anak Mama. Kau rindu susumu ya, bayi?"
"Jangan mengejekku! Dan aku bukan bayi!"
"Lalu, jika bukan bayi, pemuda yang lebih suka di rumah, pecinta komik, dan lego, kau pikir itu apa, huh?"
Percuma berdebat dengan pemuda manis sekaligus menyebalkan ini. Dan Jung Kook hanya mendengus kesal karena lagi-lagi Yoon Gi dan Ji Min berciuman di depannya. Di mana urat malu mereka?
"Jangan mengotori otakku dengan kemesuman kalian, brengsek!"
Merasa jenuh hanya menonton kemesraan dua manusia tak tahu malu itu, Jung Kook akhirnya meninggalkan Yoon Gi dan Ji Min yang bahkan tak memedulikan dirinya.
Bruk.
"Auwh," si manis meringis saat pria bertubuh kekar menabraknya dan membuatnya terhuyung, lalu jatuh.
"Kau baik-baik saja, manis?"
Saat tangan kekar pria berotot itu menyentuh lengannya, Jung Kook merinding. Dengan cepat ia bangkit, menghempaskan tangan pria itu.
'Ma, Jung Kook rindu susu buatan Mama. Jung Kook takut di sini...'
"Kau kenapa manis? Apa perlu bantuan?"
Jung Kook cepat-cepat menggeleng. Saat ia hendak melangkah pergi, tiba-tiba ada sepasang tangan yang melingkar di lehernya. Memeluknya erat, membuat Jung Kook ketakutan.
"Apa yang kau inginkan?!" tanya Jung Kook panik.
"Kita bisa bersenang-senang dulu jika kau mau," jawab si pria kekar itu semakin membuat Jung Kook gemetar.
"Kumohon lepaskan. Aku ingin pulang..." rengeknya sekarang.
Tapi, pria itu tak memedulikan rengekannya. Jung Kook sempat menahan napas ketika si brengsek itu mulai mengecupi cuping telinganya. Perlahan ia menangis. Jika saja dirinya tak menyetujui ajakkan Ji Min dan Yoon Gi, mungkin...
"Kau sedang melakukan apa pada kekasihku, Jun?"
Jung Kook terkesiap, suara husky milik pemuda tampan bersurai merah itu membuatnya semakin ketakutan. Apalagi ini?
"Oh, V. Maaf, kupikir dia bukan mainanmu."
"Lepaskan dia, dan cepat pergi dari sini!" perintah pemuda itu santai.
Jung Kook, entah keberanian dari mana akhirnya ia berhasil menginjak kaki si pria kekar itu. Meloloskan diri, lalu berlari ke arah pemuda bersurai merah tersebut.
"Kau baik-baik saja?"
Mengangguk lucu. Tangan Jung Kook secara refleks menggenggam kemeja yang dikenakan pemuda itu.
"Aku ingin pulang," bisik Jung Kook gemetar.
"Mau kuantar, atau pulang sendiri?"
Tidak tahu harus menjawab apa, Jung Kook hanya berkata bahwa ia takut jika pulang sendirian, dan ini juga hampir tengah malam.
"Ayo."
Si tampan bersurai merah memesona itu menarik tangan Jung Kook, membawanya keluar dari dalam klub malam. Di parkiran, ia segera masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam miliknya, dengan Jung Kook yang juga mengikutinya dan duduk di kursi penumpang.
Tidak ada obrolan berarti, Jung Kook terus diam, sampai akhirnya dering ponselnya sendiri membuatnya tersadar dari lamunan.
"Ya, Ma. Jung Kook sedang dalam perjalanan. Mama mau ke Italia?"
Tae Hyung sesekali melirik Jung Kook yang terlihat kacau.
"Ya, Jung Kook mengerti. Tidak, Jung Kook akan menghabiskan liburan di villa saja."
"..."
"Ya, Ma. Jung Kook bisa jaga diri. Lagipula di sini ada teman. Mama hati-hati."
Setelah menutup telepon, Jung Kook menoleh pada Tae Hyung yang menatapnya juga. Karena kawasan distrik tempat tinggal Jung Kook masih jauh, dan dia pasti kesepian lagi di rumah, alangkah lebih baiknya jika Jung Kook pergi saja berlibur di villa milik keluarganya.
"Ehm... bisakah kau mengantarku ke kawasan Gangnam-gu?"
Tae Hyung mengangguk, lalu tersenyum ke arah Jung Kook. "Apa tidak sebaiknya kau menghubungi Ji Min dan Yoon Gi?"
Jung Kook mengerutkan dahinya. "Kau mengenal mereka?"
"Tentu saja. Yoon Gi itu sepupuku, dan Ji Min sahabatku."
"Wuah, rupanya dunia ini sempit. Jika boleh aku tahu, namamu siapa?"
Tae Hyung kembali menampilkan senyum menawannya. "Kim Tae Hyung. "
"Namaku Jeon Jung Kook."
Setelah itu keduanya kembali terdiam, ponsel Tae Hyung yang kali ini bergetar. Rupanya itu Ji Min yang menelepon.
"Ya, Jim. Aku sedang dalam perjalanan menuju Gangnam-gu. Ya, Jung Kook ingin menginap di villanya, dan akan kupastikan si manis ini aman bersamaku."
"..."
"Oh, baiklah. Besok kau jangan lupa menyusulnya di villa."
...
Kim Tae Hyung, seorang pelajar di salah satu SMA ternama di Korea, yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pemuas nafsu wanita kaya raya yang kesepian. Tidak peduli apa yang ia lakukan itu salah, yang terpenting baginya adalah, Tae Hyung bisa membiayai hidupnya.
Semua fasilitas yang ia miliki saat ini tidak ia dapatkan dengan mudah. Tae Hyung bahkan harus rela menari tanpa busana di depan wanita-wanita kaya itu, merendahkan martabatnya sendiri untuk memenuhi itu semua.
Semua orang tidak tahu pekerjaan yang Tae Hyung jalani, hanya Ji Min dan Yoon Gi lah yang tahu seperti apa Kim Tae Hyung yang memiliki nama lain 'V'.
"Pergi!"
Tae Hyung terkejut ketika menemukan Jung Kook berteriak saat tidur. Mungkin ketakutan pemuda itu masih membekas sampai sekarang.
"Tidak apa-apa Jung Kook. Aku di sini."
Tangan Tae Hyung mengusap lembut kening Jung Kook yang berkeringat. Membuat si manis bukannya tertidur, tapi justru membuka mata.
"Aku bermimpi buruk. Maafkan aku, pasti tadi aku mengganggu tidurmu ya, Tae Hyung?"
Menggeleng lembut. "Tidak sama sekali. Kau ingin minum sesuatu?"
"Bisakah aku mendapatkan segelas air?"
"Tentu, dan tunggu sebentar." Jung Kook tersenyum, memperlihatkan sepasang gigi kelincinya yang menggemaskan.
Tae Hyung pernah mendengar dari Ji Min tentang Jung Kook yang sebenarnya adalah anak yang kesepian. Orang tuanya sudah lama berpisah, dan hak asuh jatuh sepenuhnya di tangan sang Mama. Tetapi, karena wanita yang melahirkan Jung Kook itu adalah wanita yang super sibuk, hingga akhirnya Jung Kook menjadi pribadi pendiam dan aneh. Tidak ada yang mau berteman dengan Jung Kook; selain Ji Min dan Yoon Gi tentunya.
"Ini minumnya. Oh ya, boleh, kan, jika aku mengambil tequila di laci bar?"
Jung Kook mengangguk, tak mempermasalahkan apapun yang Tae Hyung lakukan. Lagipula, pemuda itu sudah menolongnya.
"Kau berapa bersaudara, Tae Hyung?"
"Aku yatim piatu. Ibu dan Ayahku entah di mana. Beruntung ada wanita baik yang mau mengadopsiku, dan membiayai semua kebutuhanku."
Ya, Tae Hyung tidak sepenuhnya berbohong. Han Re Na, wanita itu mengadopsinya sebagai anak. Han Re Na adalah adik dari Ibu Yoon Gi, maka tak heran jika akhirnya Yoon Gi dan Tae Hyung menjadi saudara sepupu. Tetapi, sebagai seorang wanita lajang yang tidak sempat mencari kekasih karena kesibukannya berkarir, Re Na akhirnya juga memanfaatkan Tae Hyung sebagai alat pemuas nafsunya.
"Kau bilang Ji Min temanmu, kan? Kalian memangnya kenal di mana?"
"Ji Min dan aku bertemu di klub malam, tidak sengaja sampai akhirnya kami dekat satu sama lain."
"Kau yang sering Ji Min sebut dengan nama V itu?"
Mengangguk, lalu meletakkan gelas berisi tequilanya di atas nakas. "Semua orang di klub malam memang hanya mengenalku sebagai V. Terkecuali Ji Min, Yoon Gi, dan sekarang kau." Tae Hyung tersenyum, kemudian menyodorkan gelas baru berisi tequila pada Jung Kook. "Ingin mencobanya?"
Menggeleng lembut. "Mama tidak mengizinkan aku meminum yang seperti itu. Mama bilang kita bisa kehilangan akal, tapi—"
"Kau sendiri penasaran?"
Mencebikkan bibirnya, tanpa peduli jika Tae Hyung menahan mati-matian untuk tidak menerjang Jung Kook.
"Kau bisa mencicipinya sedikit kalau kau mau."
"Apa tidak apa-apa?"
"Coba saja."
...
Ini sudah gelas kedua yang Jung Kook minum, kepalanya sedikit pusing, dan entah kenapa Jung Kook seperti melayang. Kim Tae Hyung yang berada di hadapannya pun seperti menjadi tiga. Beberapa kali Jung Kook menggelengkan kepalanya, berusaha memulihkan kesadarannya.
"Tae Hyung, kenapa kau banyak sekali?" tanya Jung Kook polos. Lalu tangannya menangkup pipi Tae Hyung. "Ji Min bilang aku ini kolot. Di antara temanku, hanya aku yang belum memiliki kekasih, dan bahkan aku juga belum pernah berciuman. Seperti apa rasanya berciuman, Tae Hyung?"
Tae Hyung tetap menanggapi celotehan Jung Kook santai. "Kau ingin merasakan bagaimana nikmatnya berciuman, Kook?"
Jung Kook mengangguk polos, lalu ia mendekatkan wajahnya ke arah Tae Hyung. "Bagaimana caranya?"
"Mau kutunjukkan caranya?" mengangguk lagi.
Senyuman Tae Hyung tak pernah lepas menghiasi paras tampannya, bahkan ketika dia mulai mendekatkan bibirnya untuk menyapu lembut bibir Jung Kook pun, Tae Hyung terus tersenyum.
Mengedip banyak saat di tengah kesadarannya yang semakin menipis, Jung Kook masih bisa merasakan benda kenyal itu melumat lembut bibirnya. Mengalirkan sengatan listrik yang membuat perutnya seperti di gelitik oleh ulat bulu; geli namun nyaman.
Tae Hyung melepaskan tautannya, mengubah posisi menjadi miring ke arah kiri, kemudian mulai memagut lagi bibir Jung Kook.
"Buka mulutmu, Kook."
Entah polos atau sudah terbawa suasana, Jung Kook hanya menuruti perintah Tae Hyung, dan membiarkan si tampan sesekali mengeksplor dalam mulutnya, menggigit lembut lidahnya, serta sesekali mengecup runtut bibir bagian atas dan bawahnya.
"T-Tae Hyung... s-sesak..."
Tae Hyung segera melepaskan bibirnya dari bibir Jung Kook, membiarkan si manis menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa, karena Kim Tae Hyung tidak bisa lagi menahan hasrat yang hampir meluap.
Dengan cepat, Jung Kook ditarik ke dalam pelukan Tae Hyung, entah bagaimana awalnya, si manis kini duduk di pangkuan Tae Hyung yang masih duduk santai di atas sofa.
"Mau melanjutkan ke tahap berikutnya, sayang?"
Jung Kook merona, ia tidak sepenuhnya mabuk hanya karena dua gelas tequila, hanya saja yang membuatnya mabuk adalah perlakuan Tae Hyung malam ini.
Kembali mereka saling melumat, dan kali ini Jung Kook membalasnya dengan berantakkan. Mengecup bibir Tae Hyung seperti sedang mengemut permen. Tae Hyung memaklumi itu, karena bagaimana pun ini yang pertama bagi Jung Kook.
Bibirnya beralih mengecupi dagu, dan turun ke leher Jung Kook yang terekspos sempurna. Si manis merintih saat Tae Hyung mengecup dan menggigit lehernya. Beberapa kali erangan keluar dari bibir Jung Kook, membuat Tae Hyung semakin tak tahan untuk mencicipi si manis ini.
"Ingin berhenti?"
Jung Kook menatap Tae Hyung dengan mata sayunya, kabut nafsu sudah menguasinya, dan ia tidak peduli tentang status dirinya dan Tae Hyung yang bahkan baru mengenal satu sama lain beberapa jam yang lalu.
Tae Hyung meloloskan kancing kemeja kotak hitam milik Jung Kook, bibirnya kembali mengecupi tubuh si manis yang kini tak mengenakan pakaian.
"Kau indah, Baby," bisik Tae Hyung seduktif.
Lalu, keduanya kembali berciuman dengan tangan Tae Hyung yang terus memanjakan pusat kenikmatan Jung Kook secara terus menerus. Jung Kook merintih, ketika kenikmatan itu telah di di dapatnya untuk yang pertama kali. Seperti inikah orgasme itu?
Mengatur napasnya untuk beberapa saat, dan Tae Hyung sendiri sudah berhasil menanggalkan pakaiannya sendiri, dengan posisi Jung Kook yang kini terlentang di sofa, perlahan Tae Hyung menghimpit tubuh Jung Kook, menahan beban tubuhnya agar tak terlalu merapat pada tubuh si manis.
"Aku sudah tidak bisa berhenti lagi. Ini pasti akan sangat sakit untukmu, Kook. Kau bisa menggigit bibirku, atau berteriak bila perlu."
Tae Hyung membawa Jung Kook ke dalam sebuah ciuman lembut yang menuntut, saat pusat kenikmatan Tae Hyung perlahan menerobos masuk ke dalam lubang miliknya, Jung Kook menjerit tertahan karena Tae Hyung terus mengunci bibirnya. Tubuh bagian belakang Jung Kook seperti dibelah menjadi dua bagian, dan setitik airmata perlahan mulai menetes. Jung Kook menangis, merasakan perih di bagian bawahnya.
"S-sakit Tae Hyung..." ucap Jung Kook lirih.
"Tidak setelah ini, Baby. Aku akan mulai menggerakkan milikku."
Jung Kook masih belum menemukan di mana titik kenikmatan saat ini, tetapi, pada saat Tae Hyung menubruk sesuatu di dalam sana dengan miliknya, Jung Kook akhirnya mengerti mengapa Ji Min dan Yoon Gi tak pernah absen melakukan ini.
Jung Kook terus merintih, mendesahkan nama Tae Hyung di sela kegiatan panasnya. Berulang kali mereka mengubah posisi, dan pada saat Jung Kook duduk di pangkuan Tae Hyung lah hantaran kenikmatan seribu volt itu mereka dapatkan dengan sempurna. Tubuh mengilat Jung Kook merapat pada tubuh tan seksi milik Tae Hyung.
Saat sisa-sisa kenikmatan pasca bercinta mereka selesai, keduanya merebahkan diri dengan hanya ditutupi selimut saja.
...
'Terimakasih untuk yang semalam. Aku tahu ini yang pertama bagimu, Kook. Jika ada kesempatan, aku berharap Tuhan bisa mempertemukan kita kembali di lain waktu. Sayangnya aku harus pergi, bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal padamu.'
Jung Kook memeluk lututnya, ia mulai menangis. Kejadian semalam masih berputar acak di pikirannya, dan Jung Kook menyesali perbuatannya sekarang. Seharusnya, ketika ia membuka mata, Tae Hyung masih berada disampingnya, tersenyum menatapnya, dan mengecup lembut kelopak matanya. Tapi nyatanya, Tae Hyung bahkan mencampakannya setelah mendapatkan apa yang Jung Kook jaga selama ini.
"Mama, Jung Kook rindu Mama..." ucapnya lirih.
Pintu kamar terbuka, menampilkan Yoon Gi yang menatap Jung Kook iba. Si manis bersurai abu itu berjalan mendekati Jung Kook yang masih duduk dengan menelungkupkan wajah di lututnya. Yoon Gi langsung memeluk Jung Kook erat, menenangkan pemuda manis yang kini histeris.
"Aku bodoh, Min Yoon Gi..."
"Tidak, Kook, tidak."
"Bahkan dengan sukarela aku menyerahkan apa yang aku jaga selama ini kepada si brengsek itu!" memekik tertahan, kemudian Jung Kook kembali menangis.
"Tae Hyung tadi pagi pergi ke Jepang. Semalam adalah terakhir kalinya dia berada di Korea, dan aku tidak tahu kapan ia akan pulang. Aku minta maaf atas nama Tae Hyung, Kook..."
-TBC-
Aloha, Vanilla datang bawa FF baru, mudah-mudahan sih berharapnya FF ini bisa diterima seperti FF Vanilla sebelumnya.
Maaf ya, ini pertama kali Vanilla ketik scene Full TaeKook tapi begitu banget adegannya, huhuhu #istigfar
Maaf kalo scene Ncnya sengaja nggak Vanilla kasih secara eksplisit, karena emang belum terbiasa dengan diksi yang eksplisit pas nyeritain adegan itu, huah :'(
Intinya sih supaya lebih mudah dibaca dan nggak terlalu vulgar bahasanya.
Silahkan kasih Vanilla Kritik dan saran yang membangun, entah itu di tanda baca, diksi, dan pembendaharaan kata yang Vanilla pake; tapi tidak untuk cast dan karakternya, ya.
Vanilla pamit, sampai ketemu di chapter 2 :*
