We Young: Introduction

Disclaimer: I don't own any of character in this story, especialy Kyuhyun. What a sad world.

Note: Well… this is my very first story. Rie akhirnya menulis karena merasa sudah terlalu banyak ide di otak dan butuh mewujudkannya dalam bentuk tulisan. Ini bakal jadi series story (Kalau ada yang minat). So for the first time, Rie memutuskan untuk menulis yang genrenya slice of life.

Warnings: Typos, OOC, and other weirdness. DLDR. So be careful! Resiko ditanggung sendiri.

000

Pagi hari yang indah. Langit nampak mulai membiru dengan gumpalan kapas putih yang disebut awan. Angin sepoi-sepoi dan cahaya hangat sang matahari begitu memanja setiap makhluk hidup di muka bumi yang disinari olehnya. Semuanya nampak tenang-tenang saja, sampai…

"SHIM CHANGMINNN!!!"

Pekikan seorang pria terlihat sedikit mengganggu sang adik yang tengah menikmati pagi indahnya dengan bergelung di ranjangnya. Namun dengan tak acuh sang tersangka-Changmin-malah makin mengeratkan pelukannya pada guling tercinta.

"Bangun, bocah pemalas! Apa kau tahu ini sudah jam berapa?!"

Pria cantik, sebut saja Shim Jaejoong, yang merupakan kakak dari Shim Changmin itu nampak berkacak pinggang dengan ekspresi kesal yang kentara di wajahnya. Hatinya dongkol setengah mati melihat adiknya yang masih asyik membuat pulau di kasurnya. Rasa-rasanya ingin sekali menjambak rambut kelewat panjang milik adik satu-satunya itu saking kesalnya, namun ia tetap tak sanggup. Bagaimana jika adiknya itu malah menjadi bodoh?

Oh, hell no.

Dengan sabar Jaejoong menunggu agar Changmin terbangun.

1 menit…

2 menit…

5 menit…

Sreettt… DUAAGH!! BRUKKK!!

Cukup sudah! Kesabaran pria itu pun sampai pada batasnya juga. Pria cantik-yang kini tampak sangat mengerikan dengan tanduk imajiner ditambah kepulan asap di kepalanya itu-menarik selimut sang adik dengan kasar hingga bocah itu terjatuh.

"Ugh, Hyung… Kau kejam sekali. Bagaimana kalau Changmin yang tampan ini menjadi bodoh karena ulahmu ini, huh?" gerutuan terdengar dari Changmin yang nampak mengelus sayang kepalanya. Rupanya bagian kepalanya tak luput dari peristiwa pembenturan-terhadap-lantai-yang-tak-berdosa.

Masih dengan berkacak pinggang, Jaejoong hanya memutar bola matanya malas. Ia sudah hafal sekali tingkah laku sang adik."Jika kau tak siap-siap berangkat sekolah dalam waktu 30 menit, jangan berharap mendapatkan jatah cemilanmu hari ini, Changmin sayang~"

Kedua mata Changmin sontak membulat horror mendengar kalimat yang berakhir dengan desisan tajam dari Hyung cantiknya. Dengan cepat ia bangkit dari posisi tak elitnya di lantai. "Ugh, Hyung~ Okey, aku akan segera mandi!" rengek Changmin tak rela.

Dengan langkah gontai, lelaki bertubuh jangkung segera ke kamar mandi. Meninggalkan sang Hyung yang harus menyimpan sejuta sumpah serapahnya di dalam hati. "Oh, dosa apa aku di masa lalu hingga aku memiliki adik seperti dirinya?" rutuk Jaejoong panjang pendek. Melangkahkan kakinya ke ruang makan, Jaejoong berharap rasa kesalnya bisa mereda. Namun, rasa kesalnya malah memuncak sampai ke ubun-ubun mendapati sang teman seperjuangan tertidur pulas di meja makan. Teman seperjuangannya yang tak modal dan hobi sekali menumpang di fakultas kedokteran, Jung Yunho. ke Mari kita doakan saja, pria yang cantik itu akan tetap awet muda dan berumur panjang dalam kisah ini-maupun kehidupan nyata.

Shim Changmin

15

Male

Seorang jenius masak, yang begitu doyan makan. Dipaksa menjadi seorang ahli kimia oleh sang kakak, namun ditolaknya mati-matian. Siswa tingkat 1 jurusan khusus kuliner di Acedia Academy.

000

Jika pagi milik Changmin dipenuhi kegaduhan, maka berbeda dengan pagi milik remaja yang satu ini. Bisa dibilang paginya lah yang paling normal.

Suara spatula beradu dengan permukaan wajan terdengar memenuhi keheningan di apartemen mewah itu. Aroma khas nasi goreng menguar bagi siapapun yang memasuki kawasan dapur di sana. Seorang lelaki mungil nampak asyik bergelut dengan alat masaknya serta bahan-bahan makanannya. Ia bukanlah seseorang yang pandai memasak, namun karena tuntutan kondisi dan kebutuhan mengharuskan ia bisa memasak. Setidaknya makanannya layak makan, batinnya.

Moon Taeil, lelaki mungil itu, dengan cekatan membagi hasil olahannya menjadi dua yang lalu diletakkan masing-masing di piring untuk sarapan dan di kotak makan sebagai bekal sekolah. Setelah selesai, ia beranjak ke meja makan yang berada tak jauh dari sana dengan membawa sepiring nasi goreng siap santap.

Taeil segera melahap habis sarapan paginya, berusaha sepelan mungkin agar tidak mengotori seragam yang telah ia kenakan. Bagaimanapun ini adalah hari pertama ia masuk akademi. Ia ingin memberikan kesan yang baik tentu saja. Taeil hanya ingin lulus dengan baik dari sana, lalu melanjutkan ke universitas yang bagus. Impiannya juga tidak muluk, ia ingin menjadi seorang dokter dan ingin membahagiakan kedua orang tuanya di desa. Tidak rumit, kan? Tentu saja, Taeil itu adalah tipe orang normal yang ingin menjalani kehidupannya dengan normal. Tapi Tuhan sepertinya kali ini tak akan mendengar do'aku, batinnya nelangsa. Ia seakan telah mendapat peringatan sejak dini tentang apa yang tak lama lagi akan terjadi di kehidupan biasa-biasanya ini.

Selesai dengan sarapannya, Taeil lekas mencuci piring dan peralatan masaknya yang telah ia gunakan. Setelah itu ia bersiap berangkat sekolah, tak lupa dengan sekotak bekal yang telah ia siapkan di counter dapur. Merasa semuanya telah lengkap dan pada tempatnya, Taeil pun berangkat.

Moon Taeil

15

Male

Seorang murid cerdas, yang digadang-gadang akan menjadi dokter yang hebat berkat kemampuannya yang berhasil memberikan pertolongan pertama sekaligus menyelamatkan seorang korban kecelakaan. Siswa tingkat 1 jurusan khusus kedokteran di Acedia Academy.

000

Meski hari masih terlalu pagi bagi kebanyakan orang, namun sepertinya hal ini tak berlaku bagi seorang remaja tampan yang kini asyik bersepeda sambil mendengarkan lagu melalui earphone nya. Bibirnya sesekali menyenandungkan beberapa bait lagu yang terdengar asing. Tentu saja asing, karena itu adalah lagu ciptaannya sendiri menggunakan alat musiknya sendiri dan rekaman suaranya sendiri. Semuanya serba sendiri pokoknya. Kurang hebat apa dia?

Sesekali karena terlalu keras, beberapa orang melirik heran ke arahnya. Namun ia tetap tak menghiraukannya. Senyum puas hadir menghiasi wajahnya. "Hah~ benar-benar pagi yang indah." monolognya sambil memejamkan mata, bertindak seakan-akan ia tengah berada dalam sebuah drama dengan ia sebagai tokoh utama pria kerennya.

BRAKK!! GEDEBUMM!!

Namun sepertinya ekspetasi indah itu harus dikalahkan oleh sebuah kenyataan yang kejam. Saat tengah asyik memejamkan matanya dan-sok-menikmati pagi hari yang indah itu, ia tak melihat seorang pedagang sayur lengkap dengan gerobak sayurnya juga tengah menuju ke arahnya. Alhasil ia harus rela pagi-pagi mencium aspal dengan tidak elitnya.

Dengan cepat ia bangkit dan menarik sepedanya yang terjatuh di tanah, berniat kabur dari tempat kejadian. Namun sebalum berhasil kabur, telinganya-yang katanya merupakan salah satu asetnya menggaet hati para wanita-telah dijewer terlebih dahulu oleh sang penjual sayur.

"Kau pikir mau ke mana, bocah? Kau pikir kau bisa kabur?! Setidaknya bertanggung jawablah terlebih dahulu! Apa kau berkendara tidak menggunakan mata, hah?!"

Chanyeol sendiri hanya cengar-cengir tidak jelas menanggapinya. Sungguh ia kan tidak bermaksud, niat hati kan hanya ingin tampil keren layaknya aktor tampan di drama-drama yang tengah digandrungi banyak wanita itu. Pedagang sayurnya saja yang sedang sial bertemu dengannya.

Melihat sang pelaku hanya nyengir dengan pandangan mata menerawang, sang penjual sayuran mengencangkan jewerannya terhadap telinga Chanyeol.

"AWW! Paman, itu sakit!"

Pekikan Chanyeol hanya dibalas dengan pelototan tajam olehnya. "Suruh siapa melamun saat aku sedang di sini dan memberi pelajaran padamu, bocah?!"

"AH! Iya paman! Aku minta maaf! Ampuni aku! Kumohon jangan bunuh aku, paman! Aku masih harus sekolah dan mencapai keinginanku!!" rengek Chanyeol dengan air mata buayanya.

Sungguh dramatis, Park Chanyeol. Ku doakan kau tidak telat di hari pertamamu masuk akademi.

Park Chanyeol

15

Male

Seorang jenius musik yang telah dilirik dan dikontrak oleh banyak agensi besar, baik nasional maupun internasional. Siswa tingkat 1 jurusan khusus musik di Acedia Academy.

000

Jalanan pagi yang masih begitu lenggang sepertinya dimanfaatkan dengan sangat baik oleh remaja yang satu ini. Lengkap dengan baju training dan sepatu larinya, ia berlari-lari menyusuri jalan menuju ke sekolahnya. Jangan tanya di mana seragamnya. Semua itu telah tersimpan rapi di tas yang ia gendong di punggungnya.

Sebenarnya ini adalah rutinitasnya setiap pagi. Jadi meski sekolah telah dimulai hari ini, ia tak bisa mangkir begitu saja dari rutinitasnya ini. Lagipula Alaya-sama telah meramalkan bahwa orang dengan zodiak seperti dirinyalah yang paling beruntung hari ini. Bahkan ia telah membawa lucky item nya yang hari ini berupa boneka katak hijau.Cocok sekali dengan dirinya bukan? Dengan semangat diayunkannya sepasang kaki jenjang itu,bahkan sebuah ikat kepala bertuliskan fighting! telah terikat apik di kepalanya. Seringai puas terukir di wajahnya yang memang harus diakui tampan itu.

Choi Minho, pemuda tampan itu, mempercepat larinya saat melihat sebuah mobil yang sepertinya mengarah ke sekolahannya. Mungkin mobil guru, batinnya. Dipacunya sepasang kaki itu agar berlari lebih cepat.

"YOSH! AYO KITA BALAPAN WAHAI RIVAL MOBILKU! AKU TAK AKAN KALAH DARIMU! HIYAAAT!!!"

… dan sebuah gerobak tua-yang sejak tadi tak tampak di layar-ikut ia tarik bersama dirinya.

Oh.

Oh.

Sejak kapan ia menarik gerobak itu? Semoga semangatmu itu sesuai dengan hasilnya, nak Minho.

Choi Minho

15

Male

Jika ada gelar jenius olahraga, maka ia akan menerimanya. Ia begitu hebat dalam berbagai olahraga, terutama atletik dan basket. Ia dikabarkan akan menjadi perwakilan dalam sebuah event lari internasional. Siswa tingkat 1 jurusan khusus atletik di Acedia Academy.

000

Tok…

Tok…

Tok…

"Selamat pagi, Tuan muda Kibum. Apakah Anda sudah bangun?" seorang butler nampak mengetuk pintu kamar sang tuan muda, Kim Kibum.

Cekrek…

Suara pintu dibuka terdengar, disusul dengan terbukanya pintu kamar berdaun dua milik sang majikan. Seorang remaja-sangat-tampan dengan wajah datar keluar dari kamarnya. Ia nampak telah siap pergi ke sekolah dengan seragam lengkap dan tas gendongnya. Tak lupa sebuah buku dalam genggamannya.

Melihat semua itu, Matthew si butler, segera menunduk hormat. "Sarapan pagi Anda sudah siap, tuan muda."

"Hn" balas Kibum singkat seraya membaca buku dalam genggamannya.

Matthew mengikuti Kibum dari belakang. Mengawasi punggung tegap sang tuan muda yang dulunya begitu kecil dan sempit. Ia adalah saksi hidup bagaimana Kibum tumbuh dan berkembang. Dulu ialah yang menenangkan sang tuan muda ketika kematian ibu cantiknya. Dulu juga ialah yang menguatkan tuan mudanya itu ketika sang ayah mulai bersikap dingin dan tidak peduli. Dan sekarang hingga waktu yang tak ditentukan, ia masih akan terus bersama Kim Kibum. Bedanya, tuan mudanya sekarang telah menjadi begitu kuat. Namun satu hal yang tak berubah, rasa kesepian dan tekanan dari Ayahnya telah membuat sang tuan muda menjadi begitu dingin dan jauh. Entahlah, Matthew sendiri bingung harus berbuat apa untuk hal yang satu itu. Matthew hanya ingin terus berada di sisi tuan kesayangannya itu, agar pemuda tampan itu tahu bahwa ia tidak sendiri. Ya, itulah yang yang paling tidak dapat ia lakukan.

Di depan, Kibum nampak serius membaca buku dan menghiraukan keadaan sekelilingnya. Lorong-lorong berarsitektur indah dengan perabotan cantik nan mahal itu sama sekali tak mengalihkan atensinya. Mungkin sudah terbiasa. Tak jauh di depannya seorang maid tampak sibuk mengepel lantai. Tak melihat, dengan santainya Kibum menabarak si maid itu, yang sontak membuat si maid terjatuh dan menyenggol ember berisi air kotor.

BRAKK.. PRAAANG… JDUARRR!!... BRUKK…

Alhasil kecelakan beruntun pun tak terhindarkan. Karena air kotor yang tumpah dan berceceran di lantai, seorang maid lain yang tengah memindahkan sebuah guci antik mahal harus terjatuh. Di susul seorang petugas kebun yang tengah membawa pupuk kandang dari depan rumah, membuat sekelompok maid tak jauh darinya harus ketumpahan pupuk kandang dengan bau setara dengan 20 kali telur busuk. Membuat tikar beludru yang tengah di vacuum harus dibersihkan lagi. Serta kecelakaan lain yang tidak dapat disebutkan karena tingkat ketragisannya, jadi tolong bayangkan saja sendiri.

Mendengar suara keributan di belakangnya, Kibum pun berhenti dan membalikkan tubuhnya dan pemandangan miris itulah yang ia jumpai. Otaknya bekerja mengingat sesuatu. Tak lama kemudia ia berdehem pelan.

"Matthew…" suara beratnya terdengar.

Sang butler yang tengah membantu para pekerja itu mendongak. Dalam hati ia bertanya-tanya… Apakah sang tuan muda akan mengakui kesalahannya dan meminta maaf? Lalu apakah ia akan berkata bahwa ia mengandalkannya untuk membereskan kekacauan ini? Lalu setelah itu apakah ia akan pergi dengan senyum tipis di bibirnya? Ala-ala sinetron yang sering ditonton para maid di mansion mewah itu.

Sepertinya bukan hanya Matthew, namun semua maid dan pekerja, entah yang menjadi korban atau tidak, juga berharap hal yang sama.

Kibum menatap mereka semua tanpa emosi. "Apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau seceroboh ini? Segera bereskan! Aku tidak suka rumah berantakan."

JLEBB!!!

Semua itu diucapkan dengan nada begitu datar, bahkan sang tuan muda langsung berlalu di sana tanpa menoleh sedikitpun ke arah mereka. Oh Tuhan~ apa-apaan itu tadi? Matthew, yang menjadi kambing hitam-lagi-dalam kejadian itu, nampak mengalani shock. Semua pekerja di sana segera menolong pria tambun yang nampak akan pingsan itu. Dalam hati mereka meringis, seharusnya mereka tidak mengharapkan hal seperti bayangan mereka terjadi. MUSTAHIL. Masalahnya Kibum adalah bocah datar menyebalkan paling egois yang mereka kenal. Ia tak mau diribetkan dengan hal-hal yang menurutnya tak penting (Jadi mereka belum cukup penting bagi Kibum ternyata). Mereka yakin bahwa Kibum ingat dengan jelas bahwa ia adalah penyebab semua kejadian itu-err… atau tidak ya? Tapi intinya, mau bagaimana lagi? Kibum itu sudah menjadi lelaki datar kesayangan mereka. Mereka sudah hafal kelakuan tuan muda mereka yang satu itu.

Di tengah keluhan para pekerja itu, Kibum kembali berhenti.

"Aku pergi."

Krikk..

Kriikkk…

Kriiikkkk...

Singkat. Padat. Jelas. Tepat sasaran.

Belati kedua kembali menusuk tepat di jantung mereka, terutama Matthew. Oh, ia tak jadi pingsan rupanya.

"Tapi, tuan muda… Sarapan Anda?"

Dan Kibum hanya mengedikan bahunya acuh sambil menyambar sekotak bekal makan yang telah disiapkan untuknya. See, kibum itu orang yang simple dan tidak mau ribet tentu saja.

Kim Kibum

15

Male

Si jenius dengan eidetic memory yang merupakan putra semata wayang dari pengusaha terkenal Masao Kim yang memiliki usaha di seluruh dunia. Ia telah berhasil menguasai lebih dari 50 bahasa dari seluruh dunia lengkap dengan dialeknya. Ia juga telah memahami berbagai bahasa dan tulisan kuno serta mengahafal berbagai buku yang ketebalannya tidak main-main. Ia bisa saja langsung pergi ke bangku kuliah. Namun ia memilih jalur biasa. Tak ingin mengundang perhatian, katanya. Siswa tingkat 1 jurusan khusus Arkeologi di Acedia Academy.

000

Seorang remaja dengan wajah bak boneka nampak mematikan PSP hitamnya dengan kasar. Dia menghela napasnya-merasa lega, karena telah berhasil menyelesaikan game yang ia buat hanya untuk menantang dirinya sendiri.

Dilihatnya jam dinding kamarnya yang menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit. "Hmm, aku begadang lagi ternyata." gumamnya tak jelas.

Dia bangkit dari kasur empuknya dan berjalan ke arah meja belajarnya, menatap tak minat pada jajaran buku sains super tebal yang bahkan telah ia hafal di luar kepala separuhnya. Melihat tas sekolahnya sudah berisi dan teronggok rapi di kursi, bahkan seragam sekolahnya sudah tergantung rapi di gantungan dekat lemarinya.

Ia hampir lupa kalau hari ini adalah hari pertama masuk akademi. Pantas saja salah satu robot android-yang dikendalikan Vincent Hyung untuk keperluannya-tadi malam sampai repot-repot datang kemari dan menyiapkan perlengkapan sekolahnya. Huh, benar-benar.

Diliriknya sebuah kotak putih dengan tampilan canggih tergeletak di atas mejanya. Ide menarik terlintas di otaknya. Ia menekan tombol di atas kotak tersebut hingga menampakkan hologram yang nyata. Ia lantas mendudukan dirinya di kursi setelah menyingkirkan tas sekolahnya entah ke mana. "Bagaimana kalau kita mencari tahu tentang akademi yang satu ini, huh?"

Ia mengetik di layar itu. Memecahkwn berbagai pasword dan meretasjaringan keamanan dan menelusup ke dalam berangkas informasi akademi. Ia menyeringai kemudian.

Sampai 15 menit kemudian…

"HEI BOCAH!! SUDAH WAKTUNYA KAU BERSIAP UNTUK SEKOLAHH!!"

BRUKKK!!

Suara teriakan dari speaker tak jauh darinya sukses membuat Kyuhyun terjatuh. Merutuk sang kakak yang kelewat kreatif dalam me'motivasi' dirinya untuk pergi ke akademi. Kyuhyun tidak butuh semua itu, sungguh! Yang ia butuhkan hanya-

"Atau aku akan menyita semua gadget dan teknologi buatanmu itu!"

"Sh*t!!" umpat Kyuhyun penuh emosi. Itu dia. Itu dia asupan nutrisi kehidupannya. Sungguh, betapa teganya sang kakak terhadap dirinya.

Dengan tergesa dimatikannya layar hologram miliknya yang tengah menampilkan informasi rahasia tentang Acedia Academi, lalu dengan cepat menyambar handuknya dan pergi ke kamar mandi.

"Awas saja kau Hyung! KAU AKAN KUBALAS NANTI!!" pekiknya kesal."Akan kubuat Prof. Victor menambah beban skripsimu…"

Cho Kyuhyun

15

Male

Seorang jenius dalam bidang perhitungan dan teknologi. Ia telah menyabet medali emas dalam berbagai ajang olimpiade baik tingkat nasional maupun internasional. Namun yang tidak diketahui orang-orang, ia adalah seorang cracker yang lebih hebat daripada hacker milik FBI, PBB, CIA, atau organisasi hebat apapun itu. Siswa tingkat 1 jurusan Astronomi di Acedia Academi.

000

Acedia Academy adalah sebuah akademi khusus untuk anak-anak dengan otak dan bakat yang luar biasa. Setiap anak yang masuk ke sini merupakan anak-anak terbaik dalam berbagai bidang. Namun hanya sedikit saja, terbaik dari yang terbaik, yang bisa mendapat gelar 'nama penting' di sekolah ini. Mereka yang mendapat gelar ini, akan diberi kebebasan dalam menggunakan fasilitas terbaik sekolah tanpa biaya. Bahkan mereka bisa tidak mengikuti pelajaran, asalkan bisa menaikkan nilai rapor mereka setiap semester. Selain itu, mereka ini adalah siswa yang akan mewakili sekolah dalam berbai kompetisi baik akademik maupun non-akademik.

Acedia Academy merupakan sekolah menengah ke atas khusus yang didesain untuk memudahkan dan mempersiapkan siswanya sejak dini untuk selanjutnya dikirim ke berbagai univesitas terbaik sesuai dengan penjurusan yang telah diambil mereka sejak awal masuk akademi.

Sekolah ini telah terkenal berhasil mencetak banyak siswa dan siswi hebat yang menjadi orang-orang penting dalam berbagai pemerintahan maupun organisasi hebat dunia. Bahkan sekolah ini mempunyai ruangan penghargaannya sendiri yang diberi nama Hall of Stars, saking banyaknya penghargaan yang didapat para muridnya setiap tahun.Jadi, apa kalian ingin mengetahui lebih banyak lagi?

To Be Continued