"PENCURIII!"
"TUNGGU! JANGAN LARI KAU!"
"Lari ke mana dia?"
"Tadi aku melihatnya berlari ke arah Mineral Town."
"Ayo, kita harus segera menyusulnya."
"Apa kau gila, Rock!? Jalan setapak ke Mineral Town saat tengah malam begini 'kan sangat berbahaya!"
"Tapi, Marlin. Yang dia curi itu 'kan bumbu kari rahasia milik ibuku!"
"Jika kau tetap nekad mengejarnya, bisa-bisa kau hanya meninggalkan nama saja!"
"Tapi…"
"Sudah, kalian jangan ribut. Lebih baik, kita sudahi pencarian pencuri itu. Soal bumbu milikku yang dicuri, tidak apa. Toh, kita tidak ada yang terluka 'kan? Lebih baik kita segera pulang dan istirahat."
"Baik, bu/Ruby."
Disclaimer: Harvest Moon © Natsume Inc.
Pairing: SkyexClaire
Genre: Romance
Rated: T
Warning: don't like don't read, mungkin ada typo(s), AR, alur kecepetan, fluff
Skye's POV
Hehehe, akhirnya, aku sukses mencuri lagi. Kali ini, aku mendapatkan 20 bungkus bumbu kari rahasia milik Ruby. Sebenarnya, aku sempat ketahuan, tapi aku langsung melarikan diri ke arah Mineral Town. Aku yakin kalau mereka tidak mengejarku lagi karena aku mendengar gosip kalau jalan setapak yang menghubungi Forget-Me-Not Valley dan Mineral Town sangat berbahaya di malam hari. Namun, semua itu hanyalah omong kosong. Buktinya, aku masih sehat-sehat saja sekarang.
Saat ini aku sedang bosan. Aku sebenarnya sudah mengelilingi Mineral Town dan berencana mencuri di Doug's Inn, tapi aku tidak tahu kapan harus melakukannya. Mungkin besok atau lusa.
Karena aku sudah mengelilingi Mineral Town berkali-kali dan mengetahui seluk-beluknya, aku memutuskan untuk pergi ke Goddess Pond saja.
Aku pun melangkahkan kakiku menuju Goddess Pond. Tak lama kemudian, aku sampai. Hm… sepertinya, aku sudah keduluan oleh seseorang.
Cantik. Itu kata pertama yang ada di benakku saat melihatnya, walaupun dia sedang membelakangiku. Namun, aku yakin dari rambut pirang panjangnya yang terawat.
Krek! Sial, aku menginjak ranting pohon.
"Siapa di situ?" ucapnya sambil membalikkan badan.
Manisnya~ wajahnya terlihat polos dengan mata birunya.
"Hehe. Halo, cantik. Kenapa sendirian malam-malam begini?"
Sementara, gadis itu hanya menaikkan satu alisnya.
"Hehe. Aku adalah seorang perayu wanita dan seorang pangeran dari bintang," lanjutku.
"Hah?" gumamnya, "Kau ini sebenarnya siapa?"
"Hehe. Panggil aku Phantom Skye. Kalau kau, nona cantik?"
"Panggil aku Claire," dengusnya.
"Claire? Nama yang cantik seperti wajahnya," ujarku.
"Kau bilang apa?" tanya gadis cantik itu—Claire, maksudku.
"Bukan apa-apa." Kataku sambil meninggalkan Goddess Pond, "Oya, aku berperasaan takdir akan mempertemukan kita lagi di bawah sinar bintang," ucapku seraya meninggalkannya sendiri di sini.
Sementara, gadis cantik itu hanya bengong saja melihatku. Hehe, pasti karena dia termakan rayuanku.
Claire's POV
Heh? Apa-apaan dia itu? Baru bertemu saja sudah berani merayuku seperti itu. Pakai bilang kalau dia adalah pangeran bintang segala. Memangnya dia itu siapa, sih? Pencuri? Ah, tidak mungkin. Kalau dia adalah seorang pencuri, dia tidak mungkin menunjukkan sosoknya. Apa dia penduduk baru di Mineral Town? Kalau iya, pasti Mayor Thomas sudah mengenalkannya ke semua penduduk.
SKIP
Pagi ini, aku bekerja seperti biasa, mengurus ternak, menyiram dan memanen tanaman, dan mengumpulkan barang-barang dari gunung. Setelah selesai, aku memutuskan untuk istirahat di Goddess Pond.
Sudah setahun lebih aku tinggal di Mineral Town, sehingga aku cukup mengetahui seluk beluk gunung dan hutan di sini. Aku masih ingat sekali dulu aku tertipu dengan iklan di koran yang menjanjikan hidup di perdesaan yang asri. Aku—yang waktu itu bosan bekerja sebagai akuntan di kota besar—tanpa pikir panjang langsung menjual semua harta bendaku dan membeli peternakan yang dijanjikan di iklan tersebut. Namun, bukannya mendapat peternakan yang bagus, aku malah mendapatkan peternakan yang terbengkalai karena pemiliknya meninggal sejak lama. Aku sebenarnya sempat marah dengan Mayor Thomas, tapi nasi sudah jadi bubur. Waktu itu, uangku tinggal 500 G, jadi aku tidak mungkin kembali ke kota. Sebenarnya, rencanaku setelah mengumpulkan uang cukup, aku akan kembali ke kota lagi. Akan tetapi, aku mengurungkan niatku untuk kembali ke kota karena seluruh penduduk di Mineral Town bergantung pada peternakanku dan aku merasa sudah sangat betah di sini.
Namun, aku merasa ada 1 hal yang kurang, yaitu siapa yang akan menjadi pasangan hidupku?
Di Mineral Town ada 5 orang lelaki lajang yang bisa aku nikahi, tapi mereka semua bukan tipeku.
Pertama, Trent. Dia adalah seorang dokter muda yang mempunyai klinik untuk berobat. Dia memang tidak terlalu banyak bicara, tapi dia sungguh memperhatikan kesehatan penduduk Mineral Town. Selain itu, wajahnya juga sangat tampan, kyaaa (?), walaupun terlihat dingin. Akan tetapi, pribadinya sangat hangat dan pengertian. Dulu, aku pernah sakit karena benerja terlalu keras dan dia yang merawatku sampai sembuh, meskipun aku tidak bisa membayar tagihannya. Sifatnya juga sangat dewasa. Namun, aku sudah menganggapnya sebagai kakakku saja, tidak lebih.
Kedua, Gray. Dia adalah cucu dari Saibara, si pandai besi. Dia sama sepertiku, datang dari kota besar. Sifatnya yang dingin dan mudah marah membuatku takut saat pertama kali melihatnya. Aku mencoba untuk mengenalnya lebih jauh. Lama-kelamaan, dia menjadi pribadi yang hangat. Walaupun begitu, dia tetap pendiam dan lelaki pendiam bukanlah tipeku.
Ketiga, Cliff. Dulu, dia hanyalah turis, bukan penduduk Mineral Town. Namun, lama-kelamaan dia malah menetap di Mineral Town. Sebagai pendatang baru, dia sangat pendiam dan tidak punya banyak teman, kecuali aku dan Carter, pastor di Mineral Town. Dia hampir saja pergi dari Mineral Town karena uangnya hampir habis. Untungnya, saat musim gugur yang lalu, dia mendapat pekerjaat di Aja's Winery. Walaupun Cliff sangat baik denganku, tapi aku sudah menganggapnya sebagai teman saja.
Keempat, Rick. Dia adalah anak pertama dari Lilia, pemilik peternakan ayam. Menurutku, Rick sangat ramah dan suka membantu. Saat aku belum bisa memelihara ayam, tapi masih nekad membeli ayam, Rick membantuku mengurus ayamku sampai aku bisa mengurus ayamku sendiri. Walaupun Rick sangat baik denganku, tapi aku merasa kalau dia bukanlah tipeku.
Terakhir, Kai. Sebenarnya dia bukan penduduk tetap Mineral Town. Dia hanya datang saat musim panas. Dia punya restoran yang terletak di pantai. Dia sebenarnya baik dengan semua orang, termasuk denganku. Walaupun begitu, aku tidak menyukainya lebih dari teman karena aku hanya bertemu dengannya satu bulan per tahun.
Kalau aku tidak menikah, bagaimana dengan nasib peternakanku nanti? Apa nanti juga akan terbengkalai seperti dulu lagi?
Aku harus bercerita ke siapa? Popuri? Dia masih terlalu kekanak-kanakan. Ann? Dia 'kan cewek tomboy. Karen? Nanti dia malah bertanya dengan ibunya dan ibunya malah menyebarkan gosip yang tidak-tidak ke ibu-ibu di kota ini. Mary? Kurasa tidak mungkin karena dia terlalu pendiam. Elli? Dia memang paling dewasa di antara kami, tapi dia tidak ahli dalam percintaan.
Lebih baik aku bertanya saja dengan Harvest Goddess. Aku pun mengambil sebuah bunga toy dan melemparnya ke air terjun.
Whuusshh. Sesaat setelah aku melempar bunga itu, keluarlah seorang dewi yang cantik bersamaan dengan cahaya yang menyilaukan.
"Hai, Claire. Terima kasih sudah memberikan persembahan untukku," katanya, "apa ada yang bisa kubantu?" lanjutnya.
"Umm… aku sedang kebingungan," ucapku.
"Kebingungan karena apa, Claire?" tanya Harvest Goddess.
"Aku sudah setahun lebih tinggal di Mineral Town, tapi aku belum menemukan laki-laki yang cocok untuk pasangan hidupku. Aku takut kalau aku tak akan dapat menikah dan punya anak, sehingga peternakanku akan terbengkalai seperti dulu," jawabku panjang lebar.
Harvest Goddess pun menutup matanya dan memijat dagunya menggunakan jari telunjuk dan jari jempolnya.
"Umm… kurasa nanti malam kau akan bertemu dengan pria yang akan menjadi takdirmu," ucapnya.
"Kira-kira, siapa dia?"
"Maaf, aku tidak dapat memberi tahumu," katanya, "kalau hanya itu urusanmu, aku akan pergi," lanjutnya sambil menghilang.
"Eh, tunggu," cegahku. Namun, terlambat, dia sudah menghilang.
Takdir…
"Hai, Claire. Selamat datang," sapa Ann kepadaku.
"Hai, Ann," balasku.
"Hari ini kau mau pesan apa?" tanya Ann.
"Aku ingin pesan lunchbox dan air mineral."
"Baiklah, akan segera dibuat," ucap Ann dengan ceria.
"Ayah, Claire memesan 1 lunchbox dan air mineral," kata Ann kepada paman Doug.
Paman Doug hanya terdiam tanpa menjawab Ann.
"Ayah?"
"Ayah?"
"AYAAAAHHHH!" seru Ann menggunakan toa yang entah dari mana.
"Eh, iya, Ann. Ada apa?" tanya paman Doug innocent.
"Claire pesan 1 lunchbox dan segelas air mineral, yah."
"Baiklah, ayah akan buatkan dulu," ucap paman Doug.
"Loh? Ayah kok lesu?" tanya Ann.
"Tadi pagi, ayah dapat ini," jawab paman Doug sambil menyerahkan secarik kertas.
Ann pun mengambil kertas tersebut. Setelah membaca kertas tersebut, Ann langsung terlihat terkejut.
"I-ini 'kan surat peringatan dari Phantom Skye si pencuri itu…" gumamnya.
A-APA!? Phantom Skye? Ja-jadi, yang kemarin malam aku temui itu pencuri?
Walaupun Ann hanya bergumam, aku dapat mendengar suaranya dengan baik.
Aku pun langsung mendekati Ann.
"Ada apa ini Ann?" tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Begini, kami dapat surat dari Phantom Skye," kata Ann sambil menyodorkan surat tersebut.
'Tengah malam ini, aku akan mencuri bahan makanan Doug's Inn di bawah sinar bintang. –Phantom Skye'
"Jadi, apa kau bisa membantu, Claire?" tanya paman Doug.
"Umm… tentu saja bisa, paman."
"Baiklah, kalau begitu, kembalilah ke sini antara pukul 10-12 malam."
"Baik, paman."
"Yosh! Kalau dengan bantuan Claire, pasti Skye itu akan tertangkap. Apalagi, nanti Cliff dan Gray pasti akan membantu," seru Ann dengan semangat.
Setelah selesai makan siang di Inn, aku langsung pulang untuk mengurus ternakku. Sambil berjalan, aku pun berpikir.
'Kurasa nanti malam kau akan bertemu dengan pria yang akan menjadi takdirmu.'
Apa mungkin Skye adalah pria yang akan menjadi takdirku? Ah, tidak mungkin, dia 'kan seorang pencuri dan aku tidak mungkin menikah dengan pencuri.
SKIP
Sesuai dengan waktu yang ditentukan, aku datang ke Doug's Inn pada pukul 10 malam.
Kini, aku, Ann dan paman Doug sedang berjaga-jaga. Kenapa kami hanya bertiga? Itu karena Gray harus menginap di rumah kakeknya untuk menyelesaikan pekerjaannya dan Cliff masih harus membuat wine.
Sedari tadi, aku terus melirik arlojiku. Sekarang sudah pukul 11.55 PM, tinggal 5 menit lagi dari waktu yang ditentukan oleh Skye.
"Ayah, nanti kalau Skye tertangkap, mau kita apakan?" tanya Ann kepada paman Doug.
"Nanti kita akan bawa dia ke Harris dan Mayor Thomas. Sisanya biar mereka saja yang urus," jawab paman Doug.
Hening…
"Umm… paman? Ann?"
"Ada apa Claire? Apa pencuri itu sudah muncul?" tanya paman Doug.
"Eng… sepertinya aku mencium aroma kari," jawabku.
"Iya, aku juga mencium aroma kari, sepertinya dari luar. Biar aku periksa dulu," kata Ann sambal melangkah ke luar Inn.
"Baiklah, ayah juga akan memeriksanya bersamamu," kata paman Doug, "Claire, kau tetap di sini, ya."
"Eh, i-iya, paman."
Author's POV
Cklek.
Tiba-tiba, ada yang membuka pintu dan terlihat sosok tinggi berambut perak memasuki ruangan Inn.
"Hai, cantik. Tak kusangka kita bertemu lagi di bawah sinar bintang," goda Skye.
"Kau ke sini untuk mencuri 'kan?" dengus Claire.
"Wah, tak kusangka gadis cantik sepertimu tahu rencanaku," kata Skye, "oya, kau bisa diam untuk sementara 'kan?"
"Hah!?"
"CHICK-BEAM-FIRE!" seru Skye sambil mengarahkan tangannya saperti seorang penyihir ke arah Claire.
"Tu-tubuhku…"
"Tenang saja, sayang. Tubuhmu hanya seperti itu untuk sementara," ucap Skye sambil berjalan memasuki dapur.
Claire—yang sekarang tidak dapat bergerak—hanya dapat menggigit bibir bawahnya dan berharap Ann dan Doug cepat kembali.
"Aneh, tadi rasanya aku mencium kari di luar, tapi tiba-tiba menghilang," kata Ann dari luar.
"Iya, ayah juga. Lebih baik kita cepat kembali."
'Syukurlah, mereka cepat kembali' batin Claire.
"Cih, ternyata mereka cepat kembali, tapi barang curianku sudah cukup," ujar Skye sambil keluar dari dapur.
Skye pun mendekati Claire.
"Dah, cantik. Semoga kita dapat bertemu lagi," katanya sambil mengacak-acak rambut Claire.
'Ogah!' batin Claire.
Setelah itu, Skye langsung segera kabur lewat jendela.
Cklek, Ann pun membuka pintunya dan langsung masuk diikuti ayahnya.
"Hai, Claire. Maaf ya, tadi kami lama," kata Ann sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Apa tadi pencurinya datang?" tanya Doug.
"Eng… sebenarnya tadi dia datang dan membuat tubuhku tidak dapat bergerak. Kemudian, dia mencuri sesuatu dari dapur."
"Apa!?" seru Ann yang langsung berlari ke dapur.
Beberapa saat kemudian, Ann langsung kembali.
"Ayah, wine kita hilang 10 botol! Bagaimana, nih!?" seru Ann panik.
"Sudahlah, tidak apa-apa, yang penting kita tidak terluka," jawab paman Doug, "dan Claire, terima kasih karena kau sudah mau membantu dan maaf karena kami sudah meninggalkanmu sendirian tadi."
"Iya, sama-sama dan tidak apa-apa, paman," balas Claire sambil tersenyum tipis, "kalau begitu, aku akan pulang. Sampai besok ya, Ann," lanjut Claire sambil berjalan ke luar Inn.
Keesokan harinya…
Hari ini, Claire melakukan pekerjaannya seperti biasa, tetapi hari ini, dia harus mendengar cerita Ann bersama semua perempuan di Mineral Town.
"…Lalu, saat aku kembali, ternyata wine kami hilang sebanyak 10 botol."
"Yahh… berarti, wine di Doug's Inn habis," ucap Karen kecewa.
"Hei, Karen. Lebih baik kau kurangi minum-minummu. Tidak baik untuk kesehatan ginjalmu," nasihat Elli.
"Ahh, pasti kau iri denganku. Kau 'kan tidak bisa minum-minum karena dokter Trent-mu 'tercinta' selalu cerewet soal makanan dan minuman yang menyehatkan," ujar Karen yang memberikan penekanan pada kata "tercinta".
"Sudahlah, kalian jangan bertengkar," lerai Mary.
"Oya, ngomong-ngomong soal Phantom Skye, tadi pagi, kami mendapat surat dari dia," ujar Popuri.
"Benarkah? Coba kami lihat," kata Claire (yang sepertinya) penasaran.
"Ini," kata Popuri sambil memberikan secarik kertas ke Claire.
'Tengah malam ini, di bawah sinar rembulan, aku akan mencuri telur di Poultry Farm. –Phantom Skye'
"Umm… apa kalian dapat membantu?" tanya Popuri.
"Sepertinya tidak, aku harus membantu ayah di Inn."
"Aku juga tidak bisa, aku harus membantu dokter Trent membuat obat."
"Nanti malam, aku masih harus membereskan buku."
"Aku juga harus menyusun barang di supermarket."
"Yahhh… kelian berempat tidak bisa membantu, ya?" ujar Popuri kecewa.
"Engg… aku bisa membantu," kata Claire.
"Benarkah?" ucap Popuri sumringah.
"Eh, i-iya."
"Baiklah, kalau begitu, datang ya ke Poultry Farm hari ini pukul 10-12 PM."
"Iya, aku pasti akan datang."
"Terima kasih, Claire," ucap Popuri ceria.
Claire's POV
Setelah selesai 'bergosip-ria', aku dan kelima teman-temanku langsung kembali ke rutinitas kami masing-masing. Ann kembali membantu ayahnya di Inn. Elli kembali ke klinik untuk membantu dokter Trent. Karen kembali membantu ayah dan ibunya di supermarket (walaupun menurutku dia lebih banyak 'keluyuran'). Popuri kembali membantu ibu dan kakaknya di Poultry Farm. Sementara, aku kembali menggembalakan ternak, menyiram dan memanen tanaman, mengambil barang di gunung, dan terkadang juga menambang.
Aku terus berpikir. Sebenarnya, aku tidak mau bertemu dengan Skye lagi, tapi kenapa aku malah mau membantu Popuri ya? Apa aku penasaran dengan Skye? Atau apa Skye adalah pria takdirku seperti yang Harvest Goddess bilang? Ah, tidak mungkin, aku hanya penasaran dengannya.
SKIP
Sekarang, aku, Rick, dan Popuri sedang berjaga di Poultry Farm. Bibi Lillia tidak dapat membantu karena tiba-tiba sakitnya kambuh dan terpaksa menginap di klinik.
"Kak, aku mengantuk, nih," kata Popuri.
"Tahanlah sebentar, Pop. Sekarang sudah pukul 11:50 PM, tinggal 10 menit lagi dari waktu yang ditentukan pencuri itu," kata Rick.
10 menit kemudian…
"Kak sekarang sudah tepat tengah malam, tapi dia belum muncul. Mungkin dia lupa dengan surat tantangannya. Lebih baik kita tidur saja," ujar Popuri.
"Enak saja! Kita tidak mungkin tidur begitu saja!" seru Rick, "bisa jadi dia sedang berada di kandang ayam sekarang!"
Hening…
"Ah, benar juga, dia mungkin saja di kandang ayam sekarang. Ayo, kita lihat kandang ayam kita," kata Popuri sambil menggandeng tangan Rick dan berjalan ke luar.
"Eh, i-iya," ucap Rick, "Claire, kau tetap di sini, ya."
"Baiklah, Rick."
Blam.
Popuri dan Rick sudah keluar dari sini, meninggalkanku sendiri.
Cklek.
Eh? Mereka kembalinya cepat sekali.
"Hai, gadis manis. Kita bertemu lagi."
Tsk, ternyata yang datang adalah Skye.
"Panggil aku 'Claire'," dengusku, "mau apa kau kemari?"
"Tenang saja, Claire, aku tidak akan menggunakan sihirku di sini."
"Lalu?" tanyaku sambil mengangkat 1 alis.
"Aku ke sini untuk bertemu denganmu, Claire," jawabnya.
"Hah?"
"Claire, aku mengirim surat tantangan agar kita berdua dapat menghabiskan waktu berdua. Kau mau 'kan?"
"Er… ti—ah, maksudku, baiklah."
"Hehe, terima kasih. Lebih baik kita pergi ke Mother's Hill, 2 orang itu bisa kembali kapan saja," katanya.
Kemudian, kami berdua pun jalan ke puncak Mother's Hill.
"Lihat, Claire. bulan purnama," katanya sambil menunjuk bulan.
"Cantik, seperti dirimu," lanjutnya.
"Hah? Apa kau bilang?"
"Bulannya cantik seperti dirimu," katanya lagi.
"Cih, gombal."
"Aku tidak gombal, Claire. Kau memang cantik dan bersinar seperti bulan," ucapnya sambil mengelus pipiku.
Blush. Tiba-tiba, aku merasa pipiku memanas.
"Bagaimana kalau kita saling bercerita tentang kehidupan kita?" usulnya.
"Baiklah, siapa yang mulai duluan?"
"Ladies first."
"Baiklah, kalau begitu. Dulu, aku adalah seorang akuntan di kota besar. Aku memang kaya, tapi aku merasa bosan dengan hidupku."
"Lalu?"
"Lalu, tanpa sengaja, aku melihat iklan di koran. Iklan itu menawarkan peternakan di Mineral Town. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjual semua harta bendaku dan berhenti dari pekerjaanku. Saat aku sampai di sini, ternyata aku tertipu dengan iklan itu, hahaha."
"Benarkah? Hahaha, lalu apa lagi?"
"Aku sempat marah dengan Mayor Thomas, tapi aku tidak dapat kembali ke kota karena uangku tinggal sedikit. Akhirnya, aku memutuskan untuk tinggal di sini dan mengumpulkan uang agar dapat kembali ke kota. Namun, aku berubah pikiran dan memutuskan untuk tinggal di sini selamanya."
"Jadi, kau sempat mau kembali ke kota? Tapi, syukurlah, kau berubah pikiran," katanya
"Iya, aku pikir tinggal di desa cukup menyenangkan," ucapku, "kalau ceritamu bagaimana?"
"Cita-citaku sejak kecil adalah menjadi seorang pembuat kari. Aku selalu membuat kari setiap hari. Aku mengumpulkan beragam bahan kari dan mencoba kari buatan banyak orang."
"Lalu?"
"Tapi, rasanya aku tidak bisa membuat kari yang aku inginkan. Aku sudah membuat kari dengan rasa yang pas, tapi aku masih merasa ada yang kurang. Apa kau tahu apa itu?"
"Aku ti—ah, um… mungkin kau tidak memasak dengan cinta."
"Hehe. Cinta?" ujarnya, "mungkin kau benar. Aku terlalu fokus dengan rasa karinya sampai aku melupakan cinta."
"Aku harap kau mau mencoba kari buatanku," lanjutnya.
"Tentu saja aku mau," ujarku.
"Oya, lebih baik kau kembali sekarang. Angin malam tidak begitu baik untuk kesehatan," katanya sambil beranjak, "aku ingin sekali mengantarmu, tapi seorang gadis baik sepertimu tidak boleh terlihat berjalan bersama pencuri sepertiku," lanjutnya sambil menuruni Mother's Hill.
Aku pun langsung berlari menuju Poultry Farm dam masuk. Syukurlah, Rick dan Popuri belum kembali.
Cklek.
Rick dan Popuri memasuki ruangan ini.
"Claire, apa pencuri itu datang?" tanya Rick.
"Um… ti-tidak."
"Hm. Ayam dan telur kami tidak ada yang hilang," kata Rick.
"Baiklah, kalau begitu, kasus ditutup. Terima kasih, Claire, kau sudah membantu," ujar Popuri.
"Iya, sama-sama, Popuri, Rick."
Sambil berjalan ke rumah, aku berpikir. Kenapa aku menerima tawaran Skye? Kenapa aku menjawab "cinta" atas pertanyaan Skye? Dan kenapa aku melindungi Skye? Apa jangan-jangan dia menggunakan sihirnya kepadaku?
SKIP
Sedari tadi, aku terus-terusan memikirkan hal yang kemarin terjadi. Apa Skye memang menggunakan sihirnya kepadaku? Lebih baik aku bertanya pada Harvest Goddess.
Aku mengambil sebuah bunga toy dan melemparnya ke air terjun.
Tak lama kemudian, Harvest Goddess pun muncul ke permukaan.
"Hai, Claire. terima kasih untuk persembahanmu," katanya, "apa yang bisa kubantu?"
"Engg… aku ingin bertanya," ucapku, "apa aku dipengaruhi oleh sihir?"
Kemudian, keadaan pun menjadi hening sebelum Harvest Goddess tertawa.
"Hahaha… tentu saja tidak, Claire. Kalau kau benar-benar dipengaruhi oleh sihir, aku pasti akan langsung menyadarkanmu," jawabnya sambil menahan tawanya, "memangnya apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
"Entahlah, tapi ada seorang lelaki yang dapat menggunakan sihir dan setiap kali aku bersamanya, aku seperti seorang yang sedang jatuh cinta kepadanya."
"Benarkah? Kalau begitu, bisa jadi dia adalah lelaki takdirmu."
"Hah? Be-benarkah begitu?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Kalau hanya itu urusanmu, aku pergi dulu, dah."
"Eh, tunggu," cegahku, namun terlambat.
Benarkah kalau Skye yang akan menjadi lelaki takdirku?
Hai, semua :D ini adalah fic ke-6 saya di fandom Harvest Moon. Awalnya, fic ini mau saya jadiin one-shot, tapi berhubung panjangnya sampai 6k+ kata, saya putuskan untuk dipecah jadi 5 chapter ^^. Oya, ngomong-ngomong, saya juga ngebuat animasinya (yang nanti mau saya upload di YouTube nanti sore atau malam). Kalo mau lihat, bisa kalian bisa klik link-nya di bio saya. Arigatou gozaimasu~ ^^. Oya, fic ini saya pakai untuk challenge "save the date".
