Warning : tidak sesuai dengan EYD, semi-AU, tata bahasa kurang tepat, typo(s)-mungkin, OOC-mungkin, OC, dan lain-lain.


Katekyo Hitman Reborn!

Amano Akira

.

Different Sky

Arbiter Rowell


#Bullet 1st : Sawada Tsunayoshi

Seorang pria berusia 30-an tampak sibuk dengan pekerjaannya. Mata hazel-nya menatap lelah tumpukan kertas diatas meja. Ia mengusap surai cokelatnya, kemudian merenggangkan tubuhnya yang kaku.

Sawada Tsunayoshi.

Siapa yang tidak mengenalnya? Anak SMP yang ceroboh dan bodoh, begitulah kita mengenalnya.

Anak berusia 14 tahun itu kini berusia 35 tahun dan telah menjadi Vongola Decimo. Ia menikahi Sasagawa -Sawada- Kyoko, gadis -wanita- yang diidamkannya sejak dulu dan memiliki seorang anak perempuan bernama Sawada Tsunahime.

Guardiannya tidaklah lagi seperti dulu. Tidak ada lagi yang namanya ledakan, kejar-kejaran, tangisan, dan sebangsanya(?). Gokudera Hayato masih memanggilnya 'Juudaime' dan menjadi tangan kanannya. Yamamoto Takeshi melatih kendo dan menjadi tangan kirinya. Sasagawa Ryohei tidak lagi berteriak tak jelas(?), menikahi Kurokawa -Sasagawa- Hana, dan membantu banyak orang -walau ia sering mengikuti tanding tinju-. Lambo Bovino tidak lagi menjadi anak cengeng dan manja, kini ia bisa mandiri dan berpacaran dengan I-pin. Rokudo Mukuro lebih sering pergi berpetualang entah kemana bersama Chrome Dokuro dan rekan-rekannya. Hibari Kyoya masih menjaga ketertiban Namimori bersama Kusakabe Tetsuya.

Semuanya berlalu begitu cepat.

Tsuna memutar tubuhnya 180 derajat, menatap pepohonan hijau di luar jendela ruang kerjanya. Ia tidak sedang berada di Sisilia, tepatnya di Namimori. Ia membangun mansion Vongola yang lain di Jepang atas izin Nono dan Reborn tentunya. Ada banyak alasan dibalik pembangunan mansion.

Pertama, ia tidak perlu repot menaiki pesawat pribadi atau kendaraan pribadi apapun jika ingin mengunjungi Namimori. Sawada Nana dan Miura Haru bisa berkunjung kapan pun mereka mau. Masih seperti biasanya, Nana masih menjadi ibu -nenek- yang polos dan menganggap semuanya hanya candaan. Haru pun merelakan Tsuna menikahi Kyoko dan sering mengunjunginya.

Kedua, karena Hibari Kyoya yang tidak ingin pergi meninggalkan Namimori-nya. Tsuna tidak ingin Kyoya menghancurkan Menara Pisa atau meng-kamikorosu orang yang tidak bersalah.

Ketiga, Namimori adalah tempat tinggalnya, tempat kelahirannya, dan keluarganya tinggal. Ia tidak bisa meninggalkan ibunya yang sudah lanjut usia. Ayahnya, Sawada Iemitsu sudah meninggal 5 tahun yang lalu.

Tsuna menghela nafas panjang. Ia akan mengerjakan kembali dokumen-dokumen laknat itu sebelum pintu ruang kerjanya terbuka. Sosok pria berjas hitam dengan fedora hitam itu memasuki ruangan. Mata dinginnya menatap Tsuna yang tampaknya sudah terbiasa akan tatapan itu.

"Kau menunda pekerjaanmu lagi, Dame-Tsuna?" Pria itu berkata sambil berjalan mendekatinya. Tsuna kembali menghela nafas. "Aku hanya mengantuk, Reborn," Tsuna berkata jujur. Sudah dua hari ia tidak tidur hanya karena dokumen LAKNAT itu. Sungguh, dokumen itu seakan tidak pernah habis. Terus bertambah dan mungkin akan memenuhi ruang kerjanya.

Reborn kini tumbuh dewasa walau sebenarnya dia sudah dewasa -tua-. Jujur Tsuna ingin berteriak histeris karena pria dewasa yang dulu membantunya untuk melawan Iemitsu saat Perang Arcobaleno adalah Reborn.

Cukup mengingat itu saja membuat Tsuna ingin membenturkan kepalanya ke dinding beribu-ribu kali.

"Apa yang kau pikirkan, Dame-Tsuna?" dan sampai saat ini pun Reborn masih memanggilnya 'Dame-Tsuna'. Tsuna menggeleng, "Hanya ingatan yang tidak ingin ku ingat,"

Reborn menatapnya tajam, kemudian berbalik pergi. "Istirahatlah. Istri dan anakmu pasti merindukanmu," Reborn berkata dan menghilang disaat pintu tertutup. Tsuna terdiam mendengarnya.

"Apa Reborn salah makan? Tidak biasanya dia sebaik ini,"


Different Sky


Tsuna menatap lampu merah sambil bersiul. Ia akan pulang ke rumah karena Reborn telah berbaik hati memberi libur. Sangat jarang melihat kebaikan Reborn yang sekecil kutu air itu.

Suara dering smartphone membuyarkan pikirannya. Tsuna menatap layar smartphone, videocall dari Kyoko. Tanpa aba-aba lagi langsung ia jawab,

"Hai, Tsu-kun," tampak wajah Kyoko di sana dengan senyuman hangatnya membuat Tsuna ikut tersenyum. "Hai, Kyoko-chan," Tsuna membalas.

"Hai, Tou-san!" seorang gadis berusia 14 tahun pun muncul. Gadis berambut cokelat sebahu dengan mata emas itu terlihat senang melihat Tsuna yang akan pulang. "Hai, Hime," Tsuna pun membalasnya.

Tsunahime atau yang biasa dipanggil 'Hime' tersenyum lebar. "Aku dengar dari Reborn-san kalau Tou-san akan pulang hari ini!" serunya. Tsuna mengangguk mengerti. "Reborn benar-benar salah makan, ya?" batinnya.

"Baiklah, jika Tou-san pulang apa yang Hime inginkan?" Tsuna bertanya dan terlihat Hime berpikir. "Aku ingin Tou-san istirahat. Tou-san pasti lelah. Setelah Tou-san sehat, kita berlatih lagi bersama Reborn-san!" Hime mengucapkannya dengan riang.

Ah, benar juga. Saat ini, Hime berlatih menggunakan Dying Will Flame miliknya. "Hime akan menjadi penerusmu," itulah yang dikatakan Reborn.

"Baiklah, jika itu yang Hime inginkan," Tsuna melihat lampu yang kini berwarna hijau, kemudian menginjak pedal gas. "Hime, Tou-san sedang dalam perjalanan pulang. Kita lanjutkan ketika di rumah, ya?"

Hime mengangguk dan kemudian digantikan Kyoko. "Hati-hati di jalan, Tsu-kun," Kyoko mengucapkannya dengan khawatir. Tsuna mengangguk, kemudian percakapan selesai.

Tsuna ingin meletakkan kembali smartphonenya, namun sebuah mobil berhenti mendadak di depannya. Langsung saja ia menginjak rem mendadak dan berhenti sebelum menabrak. Tsuna ingin memeriksa keadaan mobil di depannya, namun suara klakson kendaraan di belakangnya membuatnya membeku seketika.

Dan selanjutnya, kegelapan menyelimuti Tsuna.


Different Sky


Anak dengan rambut caramel itu menatap foto yang terpajang di atas meja belajarnya. Terlihat jelas di foto itu terdapat dua anak berbeda usia tersenyum pada kamera di depannya.

Sawada Tsunayoshi tersenyum kecil melihatnya. Ia menatap anak berambut pirang yang ada di foto itu.

Pikirannya kembali ke masa lalu. Tidak terasa waktu cepat berlalu. Ingin rasanya ia tertawa hanya dengan membayangkannya.

"Onii-san, sarapan sudah siap!" panggil seseorang menghentikan pikirannya yang melayang. Sawada Tsunayoshi, atau kerap disapa 'Tsuna' itu menoleh menatap anak berambut pirang yang sangat mirip di foto. Tsuna tersenyum menatapnya, "Oh, Hide. Aku akan ke sana," ucapnya. Ia kembali menatap foto itu, kemudian meletakkannya kembali ke meja dan berjalan keluar kamar.

"Oh, Tsu-kun, selamat pagi," sapa sang ibu, Sawada Nana sambil menyiapkan sarapan di meja makan. Tsuna mengangguk, "Pagi, Kaa-san,"

"Onii-san, kemarin Hibari-san mencarimu," ujar sang adik, Sawada Hideyoshi yang berkatup tangan, kemudian memakan sarapannya. Tsuna menatapnya, "Benarkah? Kapan?" tanyanya yang juga berkatup tangan dan menggumamkan 'Selamat makan' sebelum ia memakan sarapannya.

"Onii-san sedang pergi ke taman saat itu," ujarnya membuat Tsuna hampir tersedak makanannya. "Gawat, aku akan mati hari ini," batinnya. Ia meminum air yang disediakan sang adik untuk meredakan tenggorokannya yang sakit sekaligus menenangkan pikirannya yang mulai kacau.

"Onii-san, ponselmu berbunyi, lho,"

Kini Tsuna hampir tersedak air minumnya sendiri. Segera ia habiskan minumannya dan mengambil smartphone di saku celananya. Keringat dingin mulai bercucuran di kepalanya, "Aku berharap diriku masih bisa melihat hari esok," batinnya. Dengan ragu ia menjawab panggilan itu.

"Ha-halo?"

"Sawada Tsunayoshi," suara dingin nun datar terdengar jelas dari seberang percakapan, membuat bulu kuduk Tsuna berdiri mendengarnya. "Y-ya, Kyoya?'

"Pergi ke sekolah, sekarang,"

Tsuna menelan ludahnya paksa. Ia yakin ini hari Minggu, hari libur sekolah. Ia ingin bersantai di rumah, membaca buku, dan berjalan-jalan mengelilingi Namimori. Tapi mengingat ini perintah dari 'monster' Namimori membuatnya tak bisa menolak.

"Bai-baik!" dan panggilan dihentikan. Tsuna menghela nafas pasrah. Entah mengapa ia menikmati peran menjadi dirinya yang dulu. Dirinya yang masih ceroboh dan bodoh.

"Dari Hibari-san?" tanya adiknya yang sudah menghabiskan sarapannya sejak tadi. Tsuna mengangguk, "Ya, banyak masalah yang terjadi sekarang. Jadi, banyak tugas juga yang harus ku kerjakan dengan Kyoya," jelasnya dan dengan cepat menyelesaikan sarapannya.

"Kaa-san, aku pergi ke sekolah dulu. Ada tugas komite yang harus ku kerjakan," ucapnya berjalan dengan adiknya yang mengantar sampai pintu depan.

"Aku berangkat,"

"Hati-hati di jalan,"


Different Sky


Tsuna menatap gerbang di depannya. Sebelum masuk, sebaiknya mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi 'ujian' yang akan datang.

"Oh, Tsunayoshi-san, Kyo-san dan Takeshi-san sudah menunggu di ruang Komite," sebuah suara muncul di belakangnya. Tsuna menoleh, mendapati sang Wakil Ketua Komite Disiplin berdiri di sana seakan telah menunggu kedatangannya.

"Kusakabe-san, terima kasih,"

Tentu Tsuna berterima kasih karena dirinya yakin masih bisa melihat hari esok. Mungkin dewi Fortuna berada di pihaknya saat ini, karena ia tidak perlu repot menghadapi serangan dari sang Ketua Komite. Dengan yakin ia berjalan memasuki gerbang di ikuti sang wakil ketua, Kusakabe Tetsuya.

"Tsunayoshi-san, bagaimana kabar Anda?" tanya Tetsuya sekedar basa-basi. Tsuna mengangguk, "Aku baik, terima kasih,"

Pikirannya kembali melayang pada masa lalu, teringat orang yang telah membuatnya, ralat, membuat 'mereka' mengalami reinkarnasi ini.

"Apa Anda mengingat kejadian waktu 'itu'" tanya Tetsuya pada orang yang dulu disegani dikalangan organisasi itu. Tsuna terdiam mendengarnya, "Entahlah, aku juga bingung. Maksudku, antara yang dulu dan sekarang tidak banyak yang berubah. Mungkin hanya perbedaan di antara teknologi dan komunikasi di dunia ini lebih maju. Dulu, kita masih menggunakan telepon rumah atau telepon umum," jawabnya dengan sedikit candaan, walau ia tahu itu tidak lucu.

"Dan perbedaan lainnya adalah..."

Tetsuya membuka pintu ruang Komite, dimana terdapat dua orang lainnya yang telah menunggu kehadiran mereka berdua.

"Dan perbedaan lainnya adalah..."

"Yo, Tsuna!"

"Kau terlambat, Omnivore,"

Tsuna tersenyum menatap teman-temannya itu.

"...adalah..."

"Maaf, ada seribu alasan atas keterlambatanku," kemudian ia masuk ke ruangan dan duduk di sofa, "Jadi, ayo kita bahas masalah 'itu' sekarang,"

"...keberadaan kita di dunia ini,"


To Be Continued


Hai hai ~

Saya, Arbiter Rowell dan masih newbie di dunia Fanfic^^

Oke, ini pertama kalinya saya membuat Fanfic di Fandom KHR (walau kenyataannya saya sudah keliling fandom KHR beribu-ribu kali). Dan tentunya, saya sudah gatal ingin menyubit pipi Hibari-kun! #dikamikorosuHibari

Chapter pertama ini pendek, ya? Maafkan saya! #nangisdipojokkamar

Karena ini masih awal cerita, jadi pendek dulu... *smile*... #ditabokreader

Ya, ya! Terima kasih telah membaca Fanfic yang gak bener ini T_T. Review bila berkenan.

Karena saya masih dalam tahap percobaan, mungkin akan saya perbaiki kembali penggunaan EYD-nya...

See you again desu!