Detik Terakhir

Kalika sevde present

One piece © Eiichiro Oda

Warning: typo dan semi canon mungkin?.

Mati setelah mengubah dunia, apa mungkin aku bisa menjadi orang sekeren itu? Pff, mana mungkin.

Enjoy…

"Luffy, apa yang aku katakan padamu setelah ini, tolong kau sampaikan pada yang lain. Semuanya, kakek, ayah, dan Luffy. Walau aku ini orang yang tak berguna, walau dalam tubuh ini mengalir darah iblis, terima kasih kalian telah mau mencintaku selama ini."

Orang bilang, di detik terakhir kehidupan seseorang, kelebatan masa lalu akan hadir menghantuinya. Mereka berputar seperti kaset rusak yang tak akan pernah berhenti sampai raga melepaskan rohnya.

Tapi bagiku, tak peduli apakah hal yang yang aku lihat kini adalah sebuah dosa dimasa lalu atau bukan. Keduanya sama-sama menyiksa. Kenapa? Karena merupakan sebuah siksaan bagiku bilamana aku tidak akan pernah lagi bisa melihat mereka yang kusayang untuk selamanya.

Pikiran lain mulai bermunculan seiring semakin dekatnya waktuku. Aku tidak bisa memutuskan perasaan apa yang aku rasakan sekarang ini. Jika aku bahagia, mengapa aku merasa sebegini sakit? Jika aku sedih, mengapa damai megitu menyentuh kalbu?

"Fuu…." Napasku mulai putus-putus. Ugh, aku tidak bisa lagi mengenali tubuhku sendiri. Semuanya terasa sama, panas.

"Kau berjanji tidak akan mati…." suara adikku yang bodoh kini terdengar samar, seperti suara penyanyi latar diantara riuh rendah tepuk tangan penonton. Kini fokusku terbagi antara film yang berkelebatan dalam pikiranku dan kenyataan yang sedang aku hadapi. Perlahan, kenyataan Luffy yang sedang menangis terasa semakin pudar.

"Apa yang kau lakukan bocah?! Ayahmu mati setelah merubah zaman. Kau boleh mati jika sudah menjadi orang yang seperti itu!" geraman itu terasa sangat familiar. Ah, Dadan. Maaf aku belum bisa menjadi orang yang mati dengan cara seperti itu.

Setelah perjalanan panjang, nyatanya aku hanya bisa dikenal sebagai Ace si pembuat onar. Anak yang lahir dengan darah paling terkutuk. Putra sang raja bajak laut, Gol D Roger.

Hm, ringan sekali. Rasanya seperti kapas yang terbang ditiup angin. Jadi beginilah akhirnya. Aku tidak akan pernah melihatmu menaklukan laut, Luffy. Tapi ini kau, Monkey D Luffy. Adikku. Biarpun banyak orang meragukanmu, aku akan selalu jadi orang yang pertama percaya, bahwa suatu saat kau pasti akan menyaingi kehebatan ayahku yang bodoh dan tak berguna itu.

Ayah. Setidaknya sekarang aku sedikit mengerti perasaanmu ketika meninggalkan dunia ini. Tapi, bukan berarti aku memaafkanmu atas apa yang aku alami belasan tahun ini. Aku hanya ingin bersyukur atas takdir yang telah kau coba buat. Jika bukan karena kau, aku mungkin tidak akan bertemu dengan teman-teman, laki-laki yang pantas kupanggil ayah, Shirohige, kakek, Sabo dan … Luffy.

Sampai akhir pun aku tetap menjadi orang yang tak berguna. Aku bahkan tidak bisa melindungi adikku sendiri. Maafkan aku Luffy. Dengan gagalnya aku membunuh Kurohige, aku bukan hanya tidak bisa menebus kematian Thatch, tapi aku juga meninggalkan musuh yang sangat berbahaya untukmu.

Kau harus bisa mengalahkannya dengan atau tanpa aku. Bukankah kau ingin jadi raja bajak laut? Raja bajak laut adalah orang yang hebat, kuat. Kalahkanlah dia, dan jadilah penakluk samudera dengan penuh kebanggaan.

Mungkin aku tidak bisa merubah dunia. Tapi dengan kematianku, kau akan menjadi kuat. Kau yang dulu selalu mengekor kemana pun aku pergi, kini tidak perlu melakukannya lagi, karena kau sudah memiliki teman-teman yang tangguh dan dapat dipercaya.

Kaulah yang harus merubah dunia! Tetaplah hidup Luffy, jadilah kuat. Dan hiduplah dengan penuh kebanggan sebagai bajak laut! Benar. Sesekali jika kau terpuruk menangislah, lalu bangkit kembali.

Nah, sekarang biarkan aku tidur. Dulu dalam setiap tidurku, aku selalu merasakan penyesalan yang amat sangat. Tapi kini, rasa-rasanya aku bisa tidur dengan nyenyak. Stt, diamlah Luffy, aku benar-benar mengantuk.

Owari