Disclaimer:
Danball Senki W © Level-5
Warning:
AU, typo, OOC, gaje, maksa, nanggung, delele.
Important Notes:
1. Ini adalah cerita adaptasi (?) dari fandom TTGL. (Jadi, semacam SimonNia versi JinMizel gitu. Karena kebetulan ceritanya pas, akhirnya dengan ga tau dirinya saya nulis ini).
2. Maaf kalo kesannya ngerush, nanggung delele. Saya lagi UAS, jadi males buat mikir lama dan langsung hajar nulis aja (meski bunuh diri juga karena waktu buat belajar jadi berkurang banyak).
3. Pokoknya saya suka OTP saya ini.
Twist
—alter, garble, change—
Sepasang pirus teduh milik Mizel menatap gumpalan kapas putih yang menari di angkasa. Menyaksikan secara lamat-lamat benda putih yang selalu berhasil mencuri perhatiannya dan mampu membuatnya terduduk dalam diam selama berjam-jam lamanya.
'Srek.'
Bunyi gemerisik rumput tadi dihasilkan oleh seseorang yang baru saja tiba dan menempatkan posisinya tepat di sebelah sang android. Namun tampaknya kehadiran sosok tersebut sama sekali tak mengusik perhatian Mizel. Sang android masih tetap memandangi kepulan awan yang berarak di langit senja, tak terganggu dengan kehadiran sosok baru yang berada di sampingnya.
"…."
Hanya kesunyian yang mendominasi saat keduanya menatap gerak-gerik awan di langit. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Bahkan gumaman dan helaan nafas pun tidak.
"…."
Keduanya terus diam hingga langit berubah warna menjadi semerah api. Saat kaokan para burung gagak terdengar semakin kencang, salah satu di antara mereka akhirnya mengeluarkan suaranya.
"…Cantik, ya."
Sebuah respon berupa tolehan kepala singkat ditunjukkan sang android pada kalimat tersebut.
"Awannya, langitnya.."
Sepasang pirus yang sempat melirik sosok di sebelahnya itu kembali menatap langit yang terus mengalami perubahan warna secara dinamis.
"…Ng."
"..Kita semua… hidup dan merasakan berbagai macam hal di bawah langit ini. Kita merasakan suka dan duka, menangis dan tertawa, menghabiskan waktu dan merasakan kenangan-kenangan berharga di bawah naungan langit yang sama…"
"…Ng."
"…Entah sudah berapa lama kita menghabiskan waktu bersama-sama selama ini… termasuk juga saat kita meluangkan waktu untuk menatap langit sore bersama-sama, seperti sekarang ini…"
"…Ng."
Jin menarik nafasnya sekali. "Oleh karena itu…. Kupikir sekarang adalah waktu yang tepat,"
Sang android mengedipkan matanya sekali. "…Ng?"
"…Untuk menjadi seperti yang lainnya—bukan sebagai manusia dan android; untuk melihat, dan merasakan hal yang sama… juga menangis dan tertawa bersama-sama…" perkataan Jin semakin lama semakin sulit diterka oleh sang android, "..kira-kira, kehidupan seperti itulah yang akan kita jalani nantinya… "
Saat Mizel masih memandangi Jin dengan ekspresi penuh tanyanya yang terlihat datar seperti biasa, Kaidou Jin tetap melanjutkan kalimatnya. "Mataku akan menjadi matamu, dan matamu akan menjadi mataku. Begitu juga dengan yang lainnya, telingamu akan menjadi telingaku dan telingaku akan menjadi telingamu..."
Deretan kalimat yang dipenuhi dengan pengulangan kata secara sinambung tersebut membuat sang android semakin memiringkan kepalanya.
"…Tanganmu akan menjadi tanganku dan tanganku akan menjadi tanganmu, lalu tulangku akan menjadi tulangmu dan tulangmu akan menjadi tulangku. Kupikir, sesuatu yang seperti ini akan bagus…"
…Mizel sama sekali tak mengerti.
Apanya yang bagus dari perkataan Jin barusan mengenai tangan Jin yang menjadi tangannya dan tangannya menjadi tangan Jin? Bukankah itu malah mengerikan?
Ketika sang android masih sibuk bertanya-tanya dalam otak komputernya sendiri, tiba-tiba saja Jin memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan mengeluarkan sebuah benda mungil yang terlihat berkilau saat terkena cahaya matahari sore. Mizel pikir itu semacam hex nut untuk mengencangkan baut, akan tetapi dugaannya teryata salah sebab pada detik berikutnya Jin kembali melontarkan kalimatnya.
"…Mizel. Maukah kau menikah denganku?"
Sepasang pirus kembali berkedip.
Blink. Blink.
"…Maksud.. Jin…yang… tadi…soal.. mataku yang akan menjadi mata Jin, dan… mata Jin yang akan menjadi mata..ku…itu…?"
"Aa." Angguk Jin mantap, meski sebetulnya saat ini jantungnya sedang berdegup kencang tak karuan.
Mizel menundukkan kepalanya, tampak sedang berpikir. "Hmm.. jadi begitu…" gumamnya pelan. Seusai berpikir sejenak, Mizel kembali mengangkat kepalanya dan menghadapkan wajahnya tepat menghadap ke arah Jin.
Sang android melontarkan sebuah jawaban singkat.
"…Tidak."
GUBRAK.
Hiro dan Yuuya terjatuh dari kursi mereka saat Mizel menceritakan apa yang dialami olehnya sewaktu petang tadi. Kebetulan saat ini sang android habis menemui Oozora-hakase, ibu dari sang bocah berambut ahoge untuk kontrol rutin setiap bulannya.
"K-k-kau menolaknya?!" pekik Hiro terkejut setengah mati.
"Kenapa kau bisa melakuannya?" sambung Yuuya kemudian, merasa tak habis pikir.
"Ng…" Mizel mengedipkan matanya satu kali, "…habisnya, kupikir tidak mungkin untuk menjalani kehidupan seperti itu… maksudnya… bukankah mengerikan jika tanganku dan tangan Jin disatukan….?"
Hiro menampar keningnya dengan keras, sementara itu Yuuya hanya tersenyum hambar. "Tapi… maksud Jin-kun bukan seperti itu…"
"Ng…?"
"Y-yah, maksudnya… memang sih pasangan yang sudah menikah akan menjalani kehidupan yang kurang lebih seperti itu….tapi, bukan berarti begitu…"
Penjelasan yang berusaha disampaikan oleh Hiro tak berhasil membuat Mizel mengerti. Sebaliknya, sang android malah bertambah semakin bingung.
"Ng?"
"..Hiro-kun , biar aku yang coba jelaskan…" bisik Yuuya pelan pada pemuda berambut biru di sampingnya, "Eng… begini, Mizel. Kata-kata yang diucapkan oleh Jin-kun sebetulnya cuma perumpamaan, jadi bukan berarti bahwa tangan kalian akan benar-benar disatukan…"
"Hmm…" Mizel meletakkan jarinya di dagu, "…Lalu, kenapa Jin berkata seperti itu?"
Kali ini Hiro yang melanjutkan penjelasan dari Yuuya. "Itu karena Jin-san tidak mampu menyusun kata-kata pengantar yang baik untuk melamarmu…"
"Kata-kata pengantar…?" Mizel kembali bertanya. Yak, tampaknya sesi "Mizel's Endless Questions" telah dimulai saudara-saudari sekalian.
"Err… lupakan saja." Hiro memutuskan untuk buru-buru melarat perkataannya supaya tidak menimbulkan pertanyaan baru dalam benak Mizel. Ini semua dilakukannya demi memutus rantai-pertanyaan-nyaris-tak-berujung yang biasa diajukan oleh sang android.
"Lalu, Mizel sendiri bagaimana…?" kali ini Yuuya balik bertanya pada Mizel.
"Bagaimana apanya..?" pertanyaan dari Yuuya dikembalikan oleh Mizel dengan sebuah pertanyaan lainnya.
"Perasaanmu pada Jin-kun ... itu bagaimana…?"
"..Perasaanku… pada.. Jin..?"
"Iya."
(..Inilah salah satu kemampuan ajaib milik Mizel. Mengembalikan sebuah pertanyaan dengan pertanyaan lainnya.)
"Perasaanku….." gumam Mizel pelan setelahnya.
"Betul. Yang terpenting adalah perasaanmu padanya…"
Mizel tampak terhenyak mendengar penjelasan yang Yuuya berikan. Sang android terdiam sambil berpikir tentang perasaannya terhadap Jin seraya menatap sebuah cincin mungil yang tersemat manis di jarinya.
…Ya, meskipun sore tadi ia menolak lamaran dari Jin, namun Mizel tetap menerima cincin yang diberikan oleh Jin padanya (sebab yang bersangkutan sendiri terlihat seperti mau menangis, dan karena Mizel tidak mau membuat Jin menangis, akhirnya ia pun menerima cincin tersebut dan mengenakannya).
"…Cantik, ya."
Sebuah respon berupa tolehan kepala singkat ditunjukkan sang pemuda yang baru saja ditolak lamarannya pada kalimat tersebut.
"Bintangnya, langitnya.."
Sepasang rubi yang sempat melirik sosok di sampingnya itu kembali menatap langit malam berbintang dengan tatapan mendung
"…Ng."
"Jin…"
"Ng…?"
"…Kita… kau dan aku, adalah sesuatu yang berbeda. Kau adalah seorang manusia dengan darah, syaraf dan tulang, sementara aku hanyalah sebuah program virus dengan tubuh yang tak lebih dari susunan kabel dan sekrup…"
Perkataan Mizel barusan membuat sepasang iris semerah darah milik Jin membulat sempurna.
"…Mi—"
"—Kita berdua sangat berbeda. Sangat, sangat, sangat berbeda."
Mulut Jin benar-benar terkunci saat Mizel menuturkan kalimat tersebut.
"Sesuatu yang berbeda akan melakukan dan merasakan hal yang berbeda…"
Jin menggigit bibir bawahnya sambil menunduk, sementara itu kedua tangannya terkepal dengan keras.
"…Tapi, justru karena berbeda… kita berusaha untuk dapat saling mengerti satu sama lain…. ya, kan…Jin…?"
"—Eh?"
Mizel tersenyum kecil sambil menatap Jin yang tampak terkejut.
"Aku… ingin tahu tentang Jin lebih banyak lagi… dan aku juga ingin Jin tahu tentangku lebih banyak lagi…. Oleh karena itu, kita akan selalu bersama-sama seperti ini… untuk menghabiskan waktu dan merasakan lebih banyak lagi kenangan-kenangan berharga di bawah naungan langit yang sama…"
"….Mizel…"
"Terima kasih, Jin. Aku juga sangat senang dengan cincinnya…."
Jin mengedipkan kedua matanya.
"…J-jadi… itu berarti…?"
Mizel mengangguk kecil. "…Ng."
Jin tak mampu membendung kebahagiaannya dan langsung memeluk erat tubuh Mizel saat itu juga, membuat sang android kewalahan karena aksi tiba-tiba dari Jin tersebut. Namun akhirnya ia berhasil membalas pelukan dari Jin dengan meletakkan tangannya di punggung sang pemuda dan mengeratkan pelukan dari pemuda itu pada tubuhnya.
"Aishiteru, Mizel…" bisik Jin lembut di telinga Mizel dengan suara yang amat perlahan.
"Ng. Aku juga…." jawab Mizel sambil membenamkan wajahnya di dada Jin.
Setelah berpelukan, keduanya saling menatap bola mata masing-masing dengan sebuah tatapan intens yang dalam. Meskipun mereka sangat, sangat berbeda—seperti yang sempat dijelaskan oleh Mizel barusan—akan tetapi perasaan mereka terhadap satu sama lain tidaklah jauh berbeda. Keduanya sama-sama saling mengetahuinya dengan baik, sebab baik Jin maupun Mizel sama-sama dapat merasakan debaran yang hangat saat jarak antara kedua bibir mereka semakin mendekat—
.
.
…MAIN SYSTEM 7321W ACTIVATED_
01001011 01100101 01110010 01101110 01100101 01101100 00100000 01000010 01101111 01101111 01110100 00100000 01001101 00100000 01010010 01110101 01101110 00101110 00100000 01010000 01110010 01101111 01100011 01100101 01110011 01110011 00100000 01100001 01100011 01110100 01101001 01110110 01100001 01110100 01100101 01100100 00101110 00100000 01000011 01101111 01100100 01100101 00100000 01101110 01100001 01101101 01100101 00111010 00100000 01001101 01101001 01111010 01100101 01101100 00101110 00100000 01000001 01110101 01110100 01101000 01100101 01101110 01110100 01101001 01100011 01100001 01110100 01101001 01101111 01101110 00100000 01100011 01101111 01100100 01100101 00111010 00100000 00110111 00110011 00110010 00110001 01010111 00101110 00100000 01001101 01100001 01101001 01101110 00100000 01110011 01101111 01110101 01110010 01100011 01100101 00100000 00110001 00111010 00100000 01000001 01100100 01100001 01101101 00101110 00100000 01001101 01100001 01101001 01101110 00100000 01110011 01101111 01110101 01110010 01100011 01100101 00100000 00110010 00111010 00100000 01000101 01110110 01100101 00101110 00100000 01001101 01100001 01101001 01101110 00100000 01110011 01101111 01110101 01110010 01100011 01100101 00100000 01100001 01110101 01110100 01101000 01100101 01101110 01110100 01101001 01100011 01100001 01110100 01101001 01101111 01101110 00100000 01100011 01101111 01100100 01100101 00111010 00100000 01001111 01000100 01001000 01001111 00110010 00110000 00110010 00110000 00101110 00100000 01010011 01110000 01100101 01100011 01101001 01100110 01101001 01100011 00100000 01110100 01111001 01110000 01100101 00100000 01101111 01100110 00100000 01100110 01101001 01101100 01100101 00111010 00100000 01010110 01101001 01110010 01110101 01110011 00100000 01110000 01110010 01101111 01100111 01110010 01100001 01101101 00101110 00100000 01001101 01100001 01101001 01101110 00100000 01101111 01110010 01100100 01100101 01110010 00111010 00100000 01001001 01101101 01110000 01110010 01101111 01110110 01100101 00100000 01100001 00100000 01110011 01111001 01110011 01110100 01100101 01101101 00100000 01100011 01100001 01101100 01101100 01100101 01100100 00100000 01010100 01101000 01100101 00100000 01000101 01100001 01110010 01110100 01101000 00101110 00100000 01000001 01100100 01100100 01101001 01110100 01101001 01101111 01101110 01100001 01101100 00100000 01100011 01101111 01101110 01100100 01101001 01110100 01101001 01101111 01101110 00111010 00100000 01000001 01101100 01101100 00100000 01101101 01100101 01100001 01101110 01110011 00100000 01101001 01110011 00100000 01100001 01101100 01101100 01101111 01110111 01100101 01100100 00101110 00100000 01010011 01110100 01100001 01110100 01110101 01110011 00111010 00100000 01000011 01101111 01110101 01101110 01110100 01100100 01101111 01110111 01101110 00100000 01101000 01100001 01110011 00100000 01100010 01100101 01100101 01101110 00100000 01110011 01110100 01100001 01110010 01110100 01100101 01100100 00101110
.
.
Saat Mizel dan Jin hampir saja berciuman, tiba-tiba saja sepasang mata pirus milik Mizel menyala terang dengan warna merah. Tentu saja hal ini membuat Mizel merasa terkejut.
"Eh…?"
Belum sempat rasa terkejutnya itu hilang, tahu-tahu saja sekujur tubuh Mizel sudah dipenuhi oleh mozaik-mozaik yang memendarkan cahaya berwarna kehijauan.
"A-apa yang—"
Semuanya berjalan begitu cepat saat tubuh android Mizel tiba-tiba-tiba saja berubah menjadi sebuah sosok lain. Sementara itu, Jin hanya mampu tercekat ketika ia melihat pemandangan tersebut secara actual dengan mata kepalanya sendiri.
"—MIZEL…!"
Sesaat sebelum Mizel sepenuhnya berubah, sang android sempat meneriakkan kalimat terakhirnya.
"…Tidak…Jin... TIDAAAAAAAAKK—!"
Layar kaca seantero dunia menampilkan tampilan grafis berupa sebuah sosok berwarna kehijauan.
"…Perhatian, seluruh manusia. Aku adalah Mizel. Aku akan meng-improve sebuah sistem yang disebut dengan 'Bumi'. Tujuanku adalah menciptakan sebuah dunia tanpa cacat… Saat aku berhasil melakukannya, maka dunia ini akan terlahir kembali sebagai dunia yang sempurna."
Jin menatap ngeri pemandanga di hadapannya—sebuah sosok yang diliputi cahaya berwarna kehijauan dan tiba-tiba saja berkata bahwa ia akan mengubah sistem dunia.
"…Mi..zel..? Ini kau, kan…?" ucap Jin degan suara yang terdengar bergetar. "Apa maksud perkataanmu itu…?"
Sosok hijau itu menatap Jin dengan tatapan yang tajam, meski sebuah seringai tipis melekung di wajahnya.
"Tujuanku diciptakan ke dunia ini adalah untuk melindungi sistem dunia ini. Jika aku membiarkan para manusia mengambil alih dunia, maka suatu saat nanti sistem dunia ini akan hancur…"
Tidak ada yang bisa Jin lakukan selain membelalakkan matanya saat rentetan kalimat tersebut memasuki gendang telinganya. "…Melin..dungi?" tutur Jin sambil memicingkan kedua matanya.
"...Aku akan mengambil kendali dunia dan mengoptimalkannya, lalu membuat sistem dunia ini dapat berjalan dengan kemampuan yang paling efisien."
Jin menggigit bibir bawahnya sambil meremas tangannya dengan erat. "Kau…bicara apa, Mizel…? Aku tidak mengerti maksud ucapanmu itu…"
Sosok hijau itu terdiam sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan dari Jin. "Aku akan membuat dunia dengan sistem yang sempurna, sehingga seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya dapat hidup dengan sejahtera di dalamnya. Kalian para manusia juga pasti akan menyukai sistem buatanku ini…"
"Memangnya apa yang salah dengan dunia yang sekara—"
"—Kalian para manusia selalu saja berbuat kerusakan di dunia ini. Peperangan, eksploitasi sumber daya alam, dan masih banyak yang lainnya. Dengan bukti-bukti yang demikian banyaknya, apalagi yang ingin kalian sanggah?"
"I..itu…"
"Oleh karena itu… Aku akan menciptakan tatanan dunia yang sempurna; sehingga demi terwujudnya tujuan tersebut, aku akan mengeliminasi seluruh faktor yang menghambat tujuanku ini…"
"Eliminasi…?!"
"Aku akan men-delete seluruh bug yang mengacaukan sistem dunia ini tanpa sisa, sehi—"
"—HENTIKAN LELUCONMU INI!" raungan Jin yang hilang kendali menggema di langit malam. Atmosfir yang sunyi kemudian tercipta, membuat keheningan yang ada seolah mencekik paru-parunya ketika tak satu pun dari mereka yang membuka mulutnya setelah itu.
"Mizel….aku mohon. Hentikan ini semua…" bisik Jin beberapa saat setelahnya dengan suara yang parau, " Dan..kembalilah menjadi seperti semula…"
"Itu.. hal yang mustahil," tutur Mizel menanggapi ucapan yang dilontarkan oleh Jin, "…Aku adalah Mizel. Sebuah program yang diciptakan dengan tujuan spesifik, yaitu untuk membenahi sistem dunia. Misiku untuk membenahi sistem dunia dimulai sejak kode aktivasiku aktif; tepatnya pada malam ini.."
Jin tampak semakin kehilangan akal sehatnya. "Mizel, kumohon…! Bicaralah dengan kata-kata yang dapat kumengerti… Kau tidak pernah berbicara dengan kata-kata seperti ini sebelumnya…ingat?" komentar Jin yang terlihat mulai putus asa, "Biasanya… saat kau bicara; kata-katamu begitu polos dan lugu… tapi, meskipun begitu… kata-katamu itu terasa lebih hangat dan manis, lalu… Argh! Aku tidak dapat menjelaskannya…! Tapi yang jelas, aku menyukai dirimu yang seperti itu…!"
Angin malam yang berhembus kencang pada malam itu seolah menampar wajah Jin.
"…Kau…siapa?"
"…Eh?"
Mizel mengulangi pertanyaannya sekali lagi, namun kali ini perkataannya terdengar lebih datar dari sebelumnya sehingga kalimatnya tersebut lebih terdengar sebagai sebuah pernyataan yang mengandung sebuah kata penanya. "Kau….siapa."
Sebuah sensasi aneh mengoyak perasaan Jin dan membuat kondisi psikologisnya terguncang; membuat kakinya tiba-tiba saja terasa lemas sehingga kedua lututnya pun terhuyung hingga jatuh menumpu ke atas tanah. "…Mi…zel..?"
"Main system 7321W activated. Code name: Mizel. Authentication code: 7321W. Main source 1: Adam. Main source 2: Eve. Main source authentication code: ODHO2020. Specific type of file: Virus program. Main order: Improve a system called The Earth. Additional condition: All means is allowed. Status: Countdown has been started."
Terdengar suara robotik Mizel merapalkan sejumlah kalimat pemrograman. Seusai menyelesaikan seluruh kalimat tersebut, sosok Mizel terlihat menyatu dengan udara lalu menghilang sepenuhnya, meninggalkan Jin (yang masih tampak terpukul dengan kejadian yang baru saja menimpanya) seorang diri.
"…Mi…z..e…"
—TBC—
Catetan:
Iya, itu akhir ceritanya kaya gitu. Si Mijel jadi si Lele dan berbalik menjadi sebuah ancaman bagi dunia.
Setelahnya, silahkan bayangkan sendiri atau tontonlah TTGL Movie yang Lagann-hen~
(Oh ya btw itu binary codenya ga sembarangan lho ada artinya wkwkwk coba cari sendiri ya kalo niat mah. :p)
#EDIT
BAIKLAH TUH CERITANYA SAYA LANJUTIN HABISNYA GATEL JUGA SIH SOALNYA NANGGUNG ASDGFAJGJA tapi ga tau bakal tamatnya cepet apa lama..hiks. Tapi yang jelas ceritanya bakal ngerush soalnya saya ga terlalu suka nulis cerita panjang lebar.
Oke deh segitu dulu aja informasinya, sampai berjumpa lagi di chapter berikutsnyah~
