Lottery
Disclaimer Naruto milik Om Kishimoto
Warning Typos, OOC, AU, gaje dan lain lain
Don't like it, just leave this story
Sepasang iris teal tampak sibuk menjelajahi serentetan angka dan huruf pada surat kabar edisi terbaru. Perempatan siku-siku tampak menghiasi kening putih mulusnya. Wajahnya tampak tegang, seolah-olah sedang mendengar keputusan hakim dipersidangan.
"Bagaimana Mari-chan?" Tanya seorang gadis bermahkota merah jambu dengan ekspresi yang tidak kalah tegang.
Yang ditanya hanya diam. Tampaknya gadis cantik bersurai pirang ini sangat berkonsentrasi dengan bacaanya. Penasaran, gadis merah jambu itu berjalan mendekati si gadis pirang. Ia sedikit mendongakkan lehernya agar dapat membaca serentetan huruf dan angka yang membuat sahabatnya ini mengabaikannya. Belum sempat ia membaca, tiba-tiba sang gadis bersurai pirang berteriak histeris. "Ada! Aku berhasil Sakura!" ia berteriak kegirangan sambil memeluk sahabat merah jambunya, Haruno Sakura.
"Benarkah? Coba aku lihat," ujar Sakura antusias sambil merebut koran tersebut dari sahabat pirangnya.
Iris emerald tersebut membulat sempurna begitu melihat angka yang tertera di surat kabar itu. Alhasil ia juga berteriak girang seperti sahabatnya. Jadilah sekarang mereka lompat-lompat tidak jelas sambil berpegangan tangan. Persis seperti anak taman kanak-kanak yang mendapat hadiah dari gurunya.
"Akhirnya impian kita semakin dekat Sakura!" teriak Temari girang.
"Ini semua bagaikan mimpi Mari-chan!" teriak Sakura tak kalah girang.
Meraka terus melompat-lompat sampai akhirnya mereka kelelelahan dan berbaring di sofa.
"Hosh hosh, kau memerlukan baju baru Mari-chan, aku ingin kau tampil menawan pada pesta itu."
"Tentu saja Sakura, aku pasti akan mengeluarkan semua kemampuanku saat pesta itu," Temari tersenyum senang.
"Ah, aku tidak sabar menunggu hari itu, semoga saja rencana kita berhasil,"
"Aku juga Sakura, kita pasti berhasil," ujar Temari dengan mata yang berbinar-binar.
Temari PoV
Hari ini adalah hari terbaik sepanjang hari-hariku yang buruk dan penuh derita. Kalian tahu kenapa, ayo coba tebak. Haha, kalian pasti berfikir aku sedang bahagia karena berhasil masuk perguruan tinggi kan? Kalau kalian berfikir seperti itu kalian SALAH BESAR! Dan berita besarnya adalah… siapkan metal kalian baik-baik ya…
Taraaa! Aku berhasil memenangkan lotre dengan hadiah undangan ke pesta besar keluarga Nara. Oh, ini bagaikan mimpi, hal macam ini sama sekali tidak pernah terbayang oleh gadis miskin sepertiku. Ini sama saja dengan mendapakan uang seratus juta yen, ah tidak-tidak mungkin lebih dari itu. Sekedar info saja ya, sudah tak terhitung berapa banyak gadis Konoha yang berlomba-lomba ingin datang ke pesta itu. Tapi sayangnya, hanya gadis dari kaum elite yang diperbolehkan hadir di pesta itu. Dan untuk pesta kali ini, entah malaikat apa yang merasuki keluarga tersebut. Mereka mengijinkan beberapa gadis dari kalangan biasa untuk memasuki pesta tersebut. Dan tentunya hanya gadis beruntung sepertiku yang bisa masuk, yap gadis pemenang lotre. Hebat bukan?
Berkesempatan datang ke pesta keluarga Nara sama dengan berkesempatan untuk menjadi menantu keluarga tersebut. Karena kudengar pesta besar ini hanya dilaksanakan setelah putra tunggal kelurga tersebut cukup umur dan sekaligus memilih calon pendampingnya, dan ini berarti impianku untuk memiliki kehidupan mewah ala selebritis semakin dekat. Horee! Terdengar matre? Biarlah, toh memang inilah kenyataannya.
Hidup serba kekurangan dan penuh penderitaan selama bertahun-tahun akan membuat kalian berpikir bahwa uang adalah segalanya. Setidaknya itulah yang aku pikir bersama sahabatku, Sakura. Mungkin kesamaan nasib dan impian kamilah yang membuat kami cocok dan bisa bersahabat selama bertahun-tahun. Well, Sakura juga mempunyai impian yang sama denganku.
Sakura, gadis cantik bermahkota merah jambu itu bukan sekedar sahabat bagiku. Dia sudah seperti saudara perempuan, ibu, dia segalanya. Di saat semua orang menjauhiku karena aku miskin, Sakura dengan tangan mungilnya datang padaku, memberi kehangatan dan persahabatan. Hingga hari itu datang, hari di mana hidup Sakura berputar 180 derajat. Ya, orang tuanya meninggal dan semua hartanya dibawa lari oleh seseorang yang sama sekali tidak ia ketahui. Sejak saat ini aku dan Sakura melupakan arti cinta, bagi kami uang adalah segalanya. Selama ada uang maka hidup akan bahagia.
Normal PoV
Gadis bersurai pirang tersenyum tipis melihat pantulan dirinya di cermin. Dress tanpa lengan yang mengekspos pundak putih mulusnya, dibagian bawahnya sengaja dibuat pendek, sehingga memeperlihatkan kaki jenjangnya yang mampu membuat kaum adam meneguk ludah sesaat. Rambut pirang indahnya dibiarkan tergerai sedikit melewati pundak. Pada wajah putih mulusnya diberikan make up tipis natural tanpa ada kesan menor berlebihan. Sempurna, pikirnya.
"Wah, kau cantik sekali Mari-chan," puji Sakura senang. "Si Nara itu pasti akan jatuh cinta padamu," tambahnya lagi.
"Benarkah? Aku harap begitu," Temari berputar-putar di depan cermin untuk memastikan penampilannya lagi.
"Aku yakin Mari-chan, kau sangat cantik. Impian kita sebentar lagi pasti terwujud."
"Hmm, aku jadi penasaran bagaimana rupa si putra Nara itu? Ah, bagaimana kalau dia jelek, walaupun ini hanya sandiwara, tapi akan lebih baik alau dia tampan," Temari menerawang, mencoba membayangkan bagaimana wajah putra keluarga Nara tersebut.
"Entahlah, aku juga tidak tahu, yang kutahu dia adalah pemuda yang sangat jenius, jadi kau harus berhati-hati dengannya Mari-chan," nasihat Sakura.
Temari tersenyum, "kau berbicara seolah-olah dia sudah memilihku saja, Sakura. Di sana pasti banyak gadis yang lebih cantik dan menarik dariku."
Sakura membalas senyum Temari, "kau cantik Mari-chan, dia pasti menyukaimu," Sakura menepuk pundak Temari memberikan keyakinan.
"Kau benar Sakura, terima kasih ya, kau yang terbaik," kata Temari haru sambil memeluk Sakura.
"Itulah gunanya sahabat, Mari-chan," Sakura membalas pelukan Temari. Suasana haru masih menyelimuti acara peluk-pelukan kedua sahabat itu. Sampai ada suara taksi yang menginterupsi acara mengharu biru mereka. "Sepertinya sekarang sudah waktunya kau berangkat," ujar Sakura seraya melepaskan pelukan Temari.
"Ah, benar. Aku berangkat dulu yaa," Temari segera mengambil tasnya dan berlari-lari kecil menuju taksi.
'Ganbatte Temari,' batin Sakura.
Temari berjalan dengan anggun, mencoba sebisa mungkin agar tampil berkelas, mengingat siapa tamu yang ada di pesta ini, tentu ia tidak ingin mempermalukan dirinya . Teal Temari memandang takjub pada sekelilingnya. Lampu-lampu kristal yang berkelap-kelip indah, lantai marmer yang dilapisi permadani hijau yang begitu halus ketika bersentuhan dengan sepatu. Kalau tidak ingat ini pesta, Temari pasti sudah melompat girang, merebahkan dirinya di permadani yang terlihat sangat menggoda itu. Belum lagi berbagai macam makanan dan minuman yang hanya bisa Temari lihat di televisi. Alunan musik klasik lembut khas pesta dansa yang memanjakan telinga. Benar-benar pesta orang kaya, pikirnya. Tanpa ia sadari, sepasang mata memerhatikannya sejak tadi.
Puas berkeliling, Temari berjalan menuju sudut ruangan yang menghidangkan berbagai macam makanan dan minuman, dengan tetap mempertahankan sikap anggun ala bangsawan tentunya. Ia mengambil sepotong chicken pie, sepotong melon, dan segelas jus jeruk. Sebenarnya ia ingin mengambil semua sejenis makanan yang tersedia, tapi lagi-lagi ia ingat bahwa ini bukan sembarang pesta. Temari mendengus.
"Ramai sekali, aku harus duduk di mana ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Gadis cantik itu mengedarkan pandagannya ke seleruh penjuru ruangan, mencari tempat duduk yang kosong. Tiba-tiba matanya membulat senang melihat seorang wanita berambut pirang pucat yang sangat ia kenal.
"Yamanaka-san?" Temari bertanya setelah menghampiri wanita itu.
Gadis berambut pirang itu menoleh, ia menaikan sebelah alisnya. "Siapa kau?" tanya gadis bermahkota pirang pucat itu sinis.
Temari sangat senang, sampai ia tidak menyadari nada sinis dari wanita itu. "Ah, kau benar-benar Yamanaka-san? Aku tidak percaya bisa bertemu denganmu di sini," mata Temari berbinar-binar senang, ia segera merogoh tasnya, mengambil sebuat buku kecil dan sebuah pensil mekanik. "Bisakah aku minta tanda tanganmu? Aku dan sahabatku adalah fans beratmu Yamanaka-san," tangan kanan Temari menyodorkan buku serta pensil tersebut kepada artis favoritnya, Yamanaka Ino. Sementara tangan kirinya sibuk memegang makanannya.
Ya, Temari dan Sakura adalah fans berat Yamanaka Ino. Kecantikan dan kepandaian aktingnya membuat Temari dan Sakura benar-benar mengaguminya. Artis cantik yang tengah naik daun ini juga salah satu motivasi dua sahabat itu untuk meraih impiannya memiliki kehidupan ala selebritis
Ino memandang Temari dari atas sampai bawah. 'Gadis miskin,' batinnya. Sekali lirik saja Ino langsung mengetahui bahwa Temari pasti salah satu dari gadis miskin pemenang lotre. Wajahnya memang cantik, tapi sayang pakaian, tas, serta pernak-pernik lain yang menempel di tubuhnya adalah barang murahan. Ino, yang merupakan artis dengan selera fashion tinggi tentu dengan mudah mengetahuinya.
Temari sedikit jengah ditatap seperti itu oleh Ino. Namun, tangannya tetap dengan setia menyodorkan buku serta pensilnya kepada Ino.
Ino, gadis dengan selera yang sangat tinggi tentu tidak sudi memberikan tanda tangannya pada gadis miskin macam Temari, ditepisnya tangan Temari sehingga membuat buku, pensil, bahkan makanan Temari jatuh berserakan di lantai.
"Kau, gadis miskin tak berkelas berani-berani meminta tanda tanganku. Ouh, aku bahkan tidak sudi memegang pensil kotormu itu," ujarnya angkuh.
Iris Temari membulat tidak percaya. Inikah Yamanaka Ino? Artis baik hati, maha sempurna yang selalu ia puja-puja. Temari mengelengkan kepalanya tidak percaya.
"Gadis miskin sepertimu seharusnya tidak pantas datang ke pesta berkelas macam ini," tambahnya lagi dengan angkuh tentunya. Kali ini, tatapan Temari berubah, dari tatapan kagum menjadi tatapan benci penuh amarah.
Temari ingin sekali membalas kata-kata gadis angkuh itu. Tapi, niatnya ia urungkan mengingat dirinya bukan siapa-siapa di pesta ini. Ia menaik nafas dalam-dalam mencoba mangontrol emosinya. Lebih baik ia segara pergi dari tempat ini. Ia berjongkok memungut buku, pensil serta makananya yang berserakan di lantai. 'Kasihan kalau makanan ini dibuang,' batin Temari.
"Iyuhh, kau benar-benar gadis miskin yang menjijikan, makanan jatuh kau ambil lagi. Benar-benar tidak berkelas, iyakan Karin?" ujarnya seraya bertanya pada teman di sebelahnya yang sedari tadi hanya menatap Temari dengan tatapan yang sama angkuhnya.
"Kau benar Ino, dia sangat menjijikan."
Habis sudah kesabaran Temari. Ia sudah tidak peduli dengan menjaga keanggunannya atau apalah itu. Ia segera berdiri setelah selesai memungut makanan serta barang-barangnya. "Maaf Yamanaka-san, kau tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tuamu? Ah, aku merasa menyesal pernah menjadi salah satu fansmu. Kalau sahabatku melihat tingkahmu, pasti dia akan setuju denganku," Temari menarik nafas sejenak, "Orang kaya yang sombong dan tidak pernah menderita sepertimu tidak akan mengerti bagaimana susahnya mencari sesuap nasi!" kali ini Temari berkata dengan nada yang lebih tinggi, membuat semua pengunjung pesta melihat ke arahnya.
"Kau…..," Ino menatapnya dengan penuh amarah. Tangan kanannya bergerak naik ingin menampar Temari. Temari refleks memejamkan matanya. Tapi belum sempat tangan Ino mendarat di pipi mulus Temari, sebuah tangan kekar menghalangi tangan Ino. Ino terkejut melihat pemuda yang menghalanginya. "Shi-Shikamaru-kun," ujarnya terbata-bata.
Merasa ada seseorang yang melindunginya, Temari membuka matanya menatap heran pada punggung pemuda yang ada di hadapannya. 'Shikamaru? Bukannya itu nama putra tunggal keluarga Nara?' tanyanya dalam hati.
"Apa yang kau lakukan Ino," Tanya Shikamaru seraya melapaskan cengkramannya.
"Aku tidak melakukan apa-apa Shikamaru-kun, gadis itu yang mula duluan," ujar Ino manja sambil menunjuk Temari yang berada di belakang Shikamaru.
Temari yang tidak terima disalahkan segera buka suara, "Yang mulai duluan itu kau nenek sihir," ujarnya tidak mau kalah. Shikamaru menatap Temari sekilas.
"Diam kau gadis mis-"
"Kau yang diam Ino!" suara bariton Shikamaru memotong ucapan Ino. Ia segera menarik Temari dan melingkarkan lengan kokohnya pada pinggang Temari. "Kau dengarkan ini baik-baik Ino. Dia tunanganku, kalau kau menyakitinya, berarti kau berurusan denganku," ancam Shikamaru dingin. Sementara Temari, dia terlalu shock sampai tidak bergerak sedikit pun.
"Tunangan? Sejak kapan Shikamaru-kun?" ucap Ino tidak percaya. "Bukankah aku yang akan menjadi calon tunanganmu," mata Ino mulai berair.
"Kau tidak perlu tahu, ini bukan urusanmu Ino,"Shikamaru memberikan kecupan singkat pada pipi Temari tanpa memedulikan berjuta pasang mata yang tengah menonton aksi mereka. "Lebih baik kau segera pergi dari tempat ini," tambah Shikamaru lagi.
Ino menangis, gadis berkuncir kuda itu merasa dipermalukan. "Aku tidak terima Shikamaru-kun, akan aku adukan kau pada Yoshino-baasan," isak Ino sebelum pergi meninggalkan Shikamaru dan Temari yang masih dalam posisi awal.
Temari shock berat, belum sadar dari kagetnya Shikamaru kembali berkata dengan lantang. "Para hadirin sekalian inilah Sabaku Temari, tunangan sekaligus calon istriku." Berbagai respon muncul dari para tamu undangan, ada yang bertepuk tangan, ada pula yang mencemooh Temari. Shikamaru tidak peduli, pemuda jenius itu melepaskan pelukannya pada pinggang Temari, ia berlutut di hadapan Temari, diraihya tangan gadis pirang tersebut, "Sabaku Temari, maukah kau menjadi pendamping hidupku?" Shikamaru merogoh sakunya dan memasangkan cincin berlian di jari lentik Temari.
Temari membatu, gadis bersurai pirang ini masih bingung dengan keadan di sekitarnya. Lamaran? Apapula ini, kenal saja tidak. Temari masih sibuk dengan pikiranya sampai, suara bariton menginterupsi kegiatannya.
"Bagaimana Temari?" Shikamaru menatapnya penuh harap, masih dalam posisi yang sama.
Temari sempat bingung, namun detik kemudian ia tersenyum. "Ya, aku mau Nara-san," Shikamaru tersenyum senang, dan langsung memeluk Temari. Temari membalas pelukan Shikamaru, tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi, toh memang inilah tujuannya.
"Tidak akan aku biarkan!" tiba-tiba seorang wanita setengah baya menyeruak di antara para tamu. Otomatis Shikamaru dan Temari melepas pelukannya. "Tidak akan aku biarkan kau menikahi gadis miskin macam dia," tambahnya lagi. Di samping wanita itu tampak Ino yang menyeringai puas.
"Dengan siapa aku menikah itu hakku Okaa-san ini hidupku," pemuda Nara itu meraih tangan Temari, menggenggamnya erat.
"Jangan membantah Shikamaru! Kalau kau tidak menurut sebaiknya kau keluar dari keluarga ini," ancam Yoshino.
"Aku akan tetap memilihnya, apapun risikonya," tegas Shikamaru.
"Kau…."
"Ayo kita pergi dari sini Temari," Shikamaru menarik tangan Temari. Mengajaknya pergi meninggalkan pesta itu.
"Ta-tapi Nara-san kita akan pergi ke mana?"
"Ke mana saja, asalkan kita bisa bersama, bukannya kau sudah bersedia menjadi pendamping hidupku," Shikamaru mamacu mobilnya, membawa Temari pergi entah ke mana.
Temari bingung, bingung dengan semua kejadian hari ini, semuanya terjadi terlau cepat. Pesta, dicemooh, hubungan yang tida direstui, sampa kawin lari! 'Kami- sama apakah ini hukuman karena dirinya memiliki niat jahat? Kalau begini, pupus sudah harapanku memiliki hidup mewah ala selebritis' batin Temari menjerit. Temari masih sibuk dengan pikirannya. Sampai tiba-tiba kepalanya terasa berat dan semua menjadi gelap.
TBC
AN : aakkkk, akhirnya fic pertama anya publish jugaaa T.T terharu. Bagaimana jelek ya? Maklum ya anya masih hijau gomen *pundung*. Sebenernya anya rada gak pede soalnya sepertinya ceritanya kurang menarik dan pasaran. Bagaimana menurut para senpaidan readers? Review ya, kalau mau kritik juga boleh tapi jangan pedes-pedes yaa hehe. Salam kenal semua ^^
