"Tadaima."
"Oh? Okaeri Rin."
"HAH?! Kau?!-"
Desclaimer :
Vocaloid © Yamaha Corp.
The Angels and The Devils story © Megumi Claire
.
Rated : T
.
Genre : Romance
.
Warning :
Typo, Alur kecepetan pake banget, Bahasa abstrak plus labil (?)
Summary :
Rin Kamine, ketua kelompok berandalan yang biasa disebut The Devils dan Len Kagamine, ketua OSIS dari kelompok OSIS yang biasa disebut The Angels. Apa jadinya kalau orang tua Rin meminta tolong Len untuk mendisiplinkan Rin sekaligus menjadi calon tunangan Rin dan tinggal satu rumah dengan Rin? RnR? | Prolog-
~Prolog~
"Kyaa- mereka datang!"
"Aww kau tampan seperti biasa Meito-sama!"
"Kyaa Rinto-sama!"
"Kau cantik seperti biasa Miku-sama!~"
"Luka-sama jadilah pacarku~"
"Len-sama! Aku mencintaimu!"
[Okeh, agak berlebihan emang /plak]
"Haah, berisik seperti biasa." Kata laki-laki berambut honey blonde yang memakai 4 jepit rambut di bagian pony nya.
"Susah ya jadi orang yang populer." Kata laki-laki berambut coklat sambil merapihkan rambutnya (?)
"Kau tidak perlu narsis seperti itu Meito-kun." Kata perempuan berambut pink.
"Uuh! Lagi-lagi aku kalah nilai sama kamu, Luka-chan!" kata perempuan berambut teal sambil meremas kertas hasil ujian.
"Miku, jangan merusak kertas itu! Kertas itu akan ditempel di papan pengumuman bodoh!" kata laki-laki berambut honeyblonde yang diikat ponytail.
"Hai hai Len Kaicho." Kata perempuan teal yang disebut Miku itu.
Mereka adalah kelompok OSIS di sekolah Yamaha Crypton High School. Kelompok mereka sering disebut The Angels karena prestasi dan sikap mereka yang baik kepada seluruh murid disekolah itu kecuali-
"Hmm, sepertinya ada yang mendapat sambutan selamat pagi yang meriah dari para murid." Kata perempuan berambut honeyblonde pendek.
"Haah.. Kamine Rin. Aku mendapat laporan lagi dari sekolah lain kalau kau sudah membuat 10 murid babak belur." Kata laki-laki bernama Len itu sambil menghela napas.
-kepada kelompok Rin Kamine. Ya, Len atau lebih tepatnya Kagamine Len sudah cukup lelah menerima laporan dari 10 sekolah lebih akibat ulah dari kelompok Rin Kamine.
"Mereka yang mencari masalah dengan kami duluan!" bantah perempuan disamping Rin yang membawa boneka teddybear.
"Sudahlah Mayu, percuma saja kita menjelaskan ini ke mereka. Otak mereka sudah penuh sama pelajaran." Ejek laki-laki berambut biru laut.
"Kai, kau tidak perlu mengejek mereka karena otakmu kosong." Kata laki-laki berambut merah.
"Otakmu juga kosong bodoh!" kata perempuan yang dipanggil Rin itu sambil menjitak kepala laki-laki berambut merah.
"Len, ayo pergi. Percuma kamu ngomong begitu ke mereka." Kata Miku yang mulai sebal.
"Rin, kau benar-benar sudah keterlaluan. Kapan kau akan bersikap sopan dan feminim layaknya perempuan normal?" kata Rinto sambil memegang dahinya.
"Aku sudah bosan mendengar itu dari mulut Rinto-nii! Mau berapa kalipun nii-sama ngomong gitu, jawaban aku tetep sama dan akan tetep sama selamanya." Kata Rin dengan nada tinggi.
Rin dan Rinto adalah saudara jauh. Mereka memang akrab dari kecil. Awalnya orang tua Rin sudah meminta tolong kepada Rinto untuk mendisiplinkan Rin. Tapi selalu gagal. Bahkan Rin sekarang makin parah karena sudah memiliki kelompok sendiri.
Kelompok Rin, biasa disebut The Devils. Mereka disebut begitu karena mereka selalu berbuat onar dengan sekolah lain. Tetapi mereka tidak pernah menyakiti murid yang ada di sekolah ini. Penampilan mereka berandal dan selalu melanggar peraturan sekolah. Prestasi mereka parah kecuali Rin. Prestasi Rin selalu bagus. Entah kenapa, dia selalu berada di peringkat kedua pararrel. Siapa peringkat kesatunya? Tentu saja Kagamine Len.
"Ayo masuk Len. Sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi." Kata Meito.
Kelompok The Angels pun masuk kekelas mereka yaitu 2–1. Kelas elit yang berisi murid-murid disiplin dan pintar.
"Ne Tei, kali ini sekolah mana?" kata Rin kepada laki-laki berambut merah itu.
"Tidak ada. Tapi aku malas kekelas. Kita bolos saja yuk. Katanya sih ada taman bermain yang baru buka disekitar sini." Kata Tei
"Hmm, ide bagus!~" kata perempuan yang bernama Mayu itu.
"Iya, aku juga males ngikutin pelajaran terus." Kata Rin.
"Siapa tau disana ada es kri-"
"Yosh! Ayo pergi." Potong Mayu.
Semuanya mengangguk mendengar Mayu. Memang lebih baik dipotong dari awal karena kalau diteruskan Kaito pasti akan berbicara semua hal tentang es krim yang panjangnya luar binasa (?)
Diam-diam sekelompok The Angels menguping pembicaraan mereka.
"Hahh.. mereka ini benar-benar bodoh." Kata Miku sambil menghela napas.
"Aku juga mau skip kelas. Rasanya bosan untuk mendengar pelajaran yang sudah kupelajari di kelas." Kata Luka tenang.
"Kau mau kemana Luka?" kata Rinto bingung.
"Perpustakaan. Seperti biasanya." Kata Luka singkat
"Guru tidak akan mengkhawatirkan kita kalau kita bolos. Berbeda dengan kelompok mereka yang selalu membuat para guru kualahan." Kata Meito.
"Aku akan mengurus mereka. Kalian tidak perlu repot-repot." Kata Len yang berjalan mendahului mereka.
.
.
.
.
"Kita pakai cara yang biasanya kita lakukan." Kata Rin saat mereka tiba di belakang gedung sekolah.
Mereka mengangguk dan mulai menyelinap mendekati gerbang.
Len POV
Aku tau mereka bodoh tapi tak kusangka mereka sebodoh ini.
Kalian pikir kalian bisa lolos dengan memakai cara yang sama?
Beruntung aku sudah membawa guru konseling bersamaku.
"Hey kalian pikir kalian bisa lolos kali ini?!" teriakku saat melihat mereka yang siap untuk keluar dari gerbang.
Mereka melihatku dengan wajah terkejut mereka.
Hihihi benar-benar lucu. Mereka seperti kelinci yang kabur dari kandangnya.
Normal POV
"Kalian semua keruanganku sekarang!" teriak guru konseling yang sudah Len bawa.
"T-tapi kali ini kami tidak mencari masalah kok. Kita cuma mau membo-" ucapan Mayu terputus karena ada tangan kekar yang membungkam mulutnya.
"Kau mau mencari masalah?" kata Tei yang membungkam mulut Mayu dengan suara kecil.
[Aww pairing macam apa ini xD /abaikan]
Mayu hanya terdiam dan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu
"Seperti yang dikatakan Mayu. Kita tidak mencari masalah dengan sekolah lain hari ini!" teriak Rin ketus.
"Oh? 'Hari ini' ya? Bagaimana dengan besok? Atau lusa?" kata Len dengan nada mengejek.
"Diam kau pisang!" teriak Rin.
Kaito menepuk kepala Rin dengan tangannya untuk membuat Rin tenang.
"Sensei, kita membolos karena kita males mendengar celotehan membosankan dari guru yang di sekolah ini." Kata Kaito enteng.
Ucapannya membuat semua yang ada disitu cengo seketika.
"Pst! Apa kau sudah gila Kai?!" bisik Tei.
Seketika muncul perempatan siku dikepala guru itu dan menarik kuping Kaito.
"Kalian semua! Ikut denganku sekarang juga!" teriak guru itu sambil menekan kata 'sekarang juga'.
"Sensei, boleh aku mengurus ketuanya?" tanya Len.
Guru itu mengangguk dan membawa kelompok Rin keruangannya.
"A-apa?! T-tidak mau!" kata Rin kualahan.
Len tersenyum puas dan menggendong Rin ala bri- bukan bukan ala bridal. Ini jauh lebih parah xD Len mengendong Rin seperti orang mengangkat karung.
"Hey lepaskan aku shota!" berontak Rin sambil memukul punggung Len.
Muncul perempatan siku dikepala Len saat mendengar kata 'shota'.
.
.
.
.
.
.
"Turunkan aku! Pisang bodoh!" teriak Rin yang masih belum jera.
Len yang sudah lelah mendengar celotehan dan ejekan Rin itu segera menurunkan Rin.
"Mau apa kau?!" teriak Rin curiga.
"Hmm.. kau memang harus kuberi ajaran khusus ya Rin." Kata Len tenang.
"Apa maksudmu?"
"Aku heran kenapa kamu bisa mendapat peringkat kedua." Ejek Len.
"Hah?! Kau menantangku pisang?!" teriak Rin kesal.
"Tidak. Aku hanya mau mendisiplinkan kamu Rin. Tapi tidak sekarang." Kata Len.
"Mendisiplinkanku? Atas hak siapa kamu melakukan itu?" tanya Rin yang mulai kebingungan.
"Sudahlah. Capek aku ngomong sama orang bodoh. Sampai jumpa di rumah Rin." Kata Len yang pergi meninggalakan Rin yang masih mencerna kata-kata Len.
"Huh? Sampai jumpa dirumah?" tanya Rin bingung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
.
.
.
.
.
Prolog – End
A/N :
Yosh minna aku mau buat fanfic singkat kali ini.
Kalo bisa fanfic ini mau aku buat 1 chapter aja.
Tapi kalo minna-san mau chapter lebih, mungkin aku bisa panjangin fanfic ini xD
Pairing juga rencananya mau aku pake Len x Rin sama Tei x Mayu aja. Tapi kemungkinan besar aku pake pairing Miku x Kaito juga (?)
Review?
