Kawasan perbatasan hutan Monges terlihat ramai, padahal matahari masih belum nampak di ufuk timur. Terlihat belasan tenda berdiri di sebuah tanah lapang dan bekas api unggun. Beralih ke timur terlihat puluhan raven berwajah pucat berbaris rapi dalam beberapa pleton. Sosok dengan rambut raven dan sepasang iris merah darah terlihat berdiri di depan dengan pakaian khas kerajaan dan sebuah pedang di tangannya.
"Apa kalian mengerti?!"
Pemuda dengan tinggi 183 cm itu menatap tajam satu per satu wajah dari ujung kanan hingga ujung kiri. Dahinya berkerut tak suka saat menyadari salah seorang raven tak mendengarkan instruksi yang ia berikan dengan baik.
"Kalian tahu, kita sebagai kaum vampir yang berderajat tinggi tak boleh memiliki sifat seperti pada werewolf yang tak beradab. Aku disini, Uchiha Sasuke ditugaskan secara langsung oleh pimpinan klan vampir Uchiha untuk mengajarkan kepada kalian, para vampir baru untuk menjadi vampir yang lebih beradab!"
Pemuda dengan kulit alabaster itu mengucapkan kalimat panjangnya dengan berteriak, membuat puluhan vampir baru di depannya menunduk takut. Mata merahnya yang di hiasi bintang segi enam memandang mereka semakin tajam seolah menusuk hingga ke darah daging.
"Hei, kau yang disana!"teriaknya sambil menunjuk salah seorang raven dengan iris magenta yang tengah memakan sebuah apel diam–diam.
Kaki–kaki panjang Sasuke perjalan pelan. Gadis yang merasa dirinya lah yang di maksud segera membuang apelnya dan menundukkan kepalanya, ia tahu kalau nasibnya di tentukan oleh langkah–langkah pelan nan tegas milik putra kedua pemimpin klan.
"Kau tahu bukan, apa kesalahanmu?"tanyanya. Suaranya mengalun seperti lagu dewa kematian di telinga gadis yang tubuhnya terlihat gemetaran di depan Sasuke.
"Maafkan aku, Uchiha–sama."ucap gadis itu sambil ber ojigi kearah Sasuke. Ia bahkan masih dalam posisinya menundukkan tubuhnya saat tak menyadari satu respon pun dari sang Uchiha.
"Aku sudah bilang kalau aku tak suka pada orang yang tak mendengarkan instruksiku, dan sekarang… kau dengan beraninya makan diam–diam saat aku menjelaskan!" Sasuke kembali berteriak, membuat gadis itu tersentak sebelum jatuh terduduk karena dorongan pada bahunya.
"Saya benar–benar menyesal, Uchiha–sama."ucap gadis itu di sela–sela isakannya. Ia meletakkan dahinya di tanah dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.
"Aku bersumpah kalau aku akan mem–"
"Sasuke!"
Pekikan keras dari ujung hutan membuat sang Uchiha kedua menghentikan ucapannya. Matanya tertutup sesaat sebelum kembali terbuka dan menampakkan iris dark grey yang terlihat dingin.
Tak berapa lama muncul sosok pemuda jangkung dengan rambut raven panjang dan sepasang tanda lahir melintang di kedua sisi hidungnya. Jubah kebesarannya yang berlambang Uchiha melambai di tiup angin. Sepasang kaki yang berbalut boots sebatas mata kaki berjalan pelan nan tegas menuju ke arah lapangan latihan.
"Kau mengangguku, Itachi."ucap Sasuke. Ia membalikkan badannya hingga bertemu pandang dengan sosok kakaknya yang berjalan ke arahnya, dengan pandangan malas dan senyum miring di wajahnya.
"Jangan terlalu kaku, Sasuke. Mereka hanya vampir baru."ucap Itachi menenangkan. Ia meraih bahu adiknya lalu menariknya mendekat.
"Sebaiknya kalian segera bubar dan kembali ke tenda masing–masing!"titah Itachi. Segera semua raven bubar barisan dan kembali ke tenda masing–masing.
Tingal lah sepasang Uchiha bersaudara yang menyandang sebagai vampir pureblood. Mereka saling berpandangan tajam sebelum salah satu dari mereka berdecih dan berjalan menjauh.
"Sasuke! Besok hari pertamamu ke sekolah, jangan sampai terlambat!"Itachi berteriak sebelum menghilang dengan teleportasi.
Sasuke masih berjalan perlahan menuju kastil Uchiha yang berada tak jauh dari area latihan. Ia memandang tajam tanah lapang yang hanya di tumbuhi sedikit rumput itu. Pikirannya kembali mengingat perkataan Itachi. Sekolah katanya, kenapa pewaris ke dua tahta Uchiha harus bersekolah mengingat ia tak akan bertambah tua sejak usianya delapanbelas tahun.
Halfblood
Pair : ***xNaru
Genre : supernatural, romance
Rate : M
Disc. : Naruto © Masashi Kishimoto
Warns. : YAOI. Boys Love. MxM. Explicit scene.
Joule Vity center. Dua ribu tahun sebelum masa kini.
Bangunan–bangunan pencakar langit berjajar di sisi–sisi jalan beraspal mulus. Tiap–tiap dinding bangunan tersebut bercat artichoke dengan beberapa bagian sudah terlihat kusam. Tiap–tiap bangunan mempunyai nama masing–masing, terlihat dari lempengan besi ataupun terpal yang bertuliskan nama–nama berbeda di tiap bangunan berbeda.
Suasana pagi ini masih belum bersahabat, langit pagi masih berwarna anti–flash white dengan gumpalan awan hitam menari, entah kemana perginya sang mentari yang seharusnya sudah pamer sinarnya di jam segini. Orang–orang berlalu–lalang menggunakan sebuah payung sederhana dengan wajah muram, masih tercetak dengan jelas ingatan tentang tragedi kemarin.
"Serangan werewolf gundul kemarin nyatanya masih membuat masyarakat ketakutan, apa penyelidikannya belum selesai?"sosok dengan rambut brunette sepinggang dan sepasang iris sewarna langit pagi ini berbicara. Satu tangannya yang kosong di gunakan untuk mengambil cangkir berisi kopi hitam lalu menyesapnya pelan.
Ke dua matanya tertutup, menikmati rasa pahit dari kopi hitam hangat ke sukaannya di pagi hari. Di depannya ada sosok pemuda dengan rambut hitam bergaya serupa nanas dengan iris serupa kwaci yang menatapnya malas.
"Para imp yang di kerahkan chalice belum kembali dari tugasnya. Hei, Neji jangan minum kopimu dengan ekspresi seperti itu."pemuda satunya menghardik. Kedua alisnya bertautan menunjukkan rasa ke tidaksukaan pada sosok lainnya yang di panggilnya Neji.
"Secangkir kopi bisa membuatku merasa lebih baik sebelum menelaah lebih jauh tentang penyerangan tak beralasan kemarin malam. Apa habis ini kita langsung ke kastil?"tanya Neji. Cangkir yang tadi di pegangnya sudah kembali ke tempat semula. Ke dua matanya beralih memandang trotoar yang sepi pejalan kaki.
"Tentu saja, kau tahu bukan hari ini hari apa?"pemuda beriris kwaci bernama Shikamaru memastikan kalau temannya tak melupakan hari ini. Ia ikut memandang apa yang di pandang oleh Neji, sebelum menghela napas dan beranjak dari tempat itu.
Twilight Lavender
Kastil crayola. Waktu yang sama.
Disebuah ruangan berukuran 6x6 terlihat gelap, hanya sebuah lilin di dinding yang menjadi penerangan di ruangan itu. Diantara kegelapan terlihat seseorang yang tengah tertidur dengan kedua pergelangan tangan dan kakinya yang di ikat menggunakan rantai besi. Posisi tidurnya pun terlihat tak begitu nyenyak, duduk di lantai dingin dan bersandar pada dinding beton ruangan itu.
Sinar matahari malu–malu mengintip dari sela–sela jendela jeruji di ruangan itu. Surai peridot terlihat terang dalam gelap, kelopak kecoklatan mulai terbuka membebaskan sepasang iris air superiority blue miliknya. Ke dua matanya menatap sekeliling, mencoba mengenal dimana tempat ia berada.
"Dimana?... dimana ini?"bisiknya. Satu tangannya terangkat untuk memijat lembut pelipis kirinya yang terasa berdenyut. Pemuda dengan tanda lahir bak kumis kucing di tiap pipinya itu mengernyit, tak mengenali tempat ia berada.
"Ayah! Ibu! Dimana… dimana ini!"
Sosok mungil yang memakai piyama brass berbahan sutra itu mulai bergerak gelisah, mencoba melepaskan belenggu rantai di pergelangan tangan dan kakinya walau hanya menimbulkan rasa sakit tanpa ia bisa melepaskan diri.
"Naruto! Tenanglah, kau hanya sementara disini."
Suara lembut yang berasal dari luar pintu besi ruangan itu berhasil menyita perhatian pemuda yang di panggil Naruto. Ke dua matanya membulat, namun sedetik kemudian ke dua iris yang terlihat sendu itu mulai mengembun.
"Iruka. Kenapa aku harus di rantai seperti ini?"tanyanya di sela isakan. Air mata belum mau berhenti lepas dari pelukan pelupuknya malah semakin deras. Naruto terisak bahkan semakin lama isakan itu berubah menjadi raungan yang terdengar memilukan.
"Anda hanya harus tetap ada di ruangan ini sampai masa in heat anda berlalu, Naruto–sama."
Naruto bisa mendengar jawaban dari luar pintu walau ia yakin kalau pria yang sudah ia anggap sebagai pamannya itu berbisik sambil memperhatikan sekitar.
"Tapi ini tak seperti biasanya, biasanya aku hanya–"
"Naruto –sama maaf saya harus pergi ada beberapa orang penjaga yang sedang berpatroli."
Naruto hanya bisa membatu sambil mendengar penuturan Iruka. Ia tak memberikan satu respon apapun, hanya diam sampai suara derap langkah tertangkap indera pendengarannya.
"Jaga pintu ini duapuluh empat jam, pastikan jangan sampai ada satu orang pun masuk ke dalam ruangan ini."suara tegas itu mulai berlalu, setelah terdengar jawaban ha'I suara derap langkah seseorang terdengar menjauh. Naruto tak yakin ada berapa penjaga yang di tempatkan di depan pintu itu, tapi ia yakin kalau yang menjaga hanya seorang prajurit biasa.
"Aku harus bisa keluar dari sini."
Twilight Lavender
Ruangan dengan aroma cedarwood yang tercium hampir di setiap sudut itu terasa mencekam. Sebuah perapian dengan kepala rusa di atasnya menyala, menyalurkan partikel hangat hingga ke ujung kuku. Dua orang beda warna rambut itu hanya diam, mengabaikan dua cangkir earl tea yang sudah di suguhkan hangat–hangat, juga sepiring kue jahe yang terlihat enak.
"Jadi apa alasanmu melakukan itu pada Naruto?"sosok dengan rambut burnt orange dan sepasang iris ruby bertanya pada sosok pria paruh baya dengan rambut keemasan dan iris biru jernih.
"Kau tahu benar kalau malam ini adalah hari pertama untuk pada vampir baru mencari mangsa, itu bertepatan dengan saat Naruto in heat. Jadi kau pasti tahu apa artinya itu kan, Kurama?"
Sosok dengan rambut keemasan membalikkan badannya, mempertemukan iris biru jernihnya dengan iris ruby milik Kurama yang menatapnya nyalang.
"Kau juga harus tahu kalau sebagai calon suaminya aku bisa menjaga Naruto dengan baik. Aku akan mengambilnya dan membawanya pulang ke kastil Mortuum."ucap Kurama atau yang lebih tepatnya terdengar seperti sebuah perintah.
Sosok dengan rambut keemasan yang menjabat sebagai seorang chalice atau dewi cahaya hanya bisa menghela nafasnya. Ia bingung bagaimana menghadapi calon menantunya yang begitu protektif pada anaknya, Naruto.
"Kurama, kau tahu kan kalau–"
"Minato–sama! Maaf menyela pembicaraan kalian, tapi ada hal yang lebih penting yang harus kukatakan."sosok pria dengan rambut kecoklatan mendobrak paksa pintu berukuran lima meter hingga membuat keduanya terkesiap kaget.
"Cepat katakan!"
"Na–naruto–sama. Naruto–sama menghilang!"
Twilight Lavender
Tubuhnya yang hanya berbalut piyama berlari membelah hutan, ke dua matanya tak henti memperhatikan sekitar–berhati–hati kalau ada penjaga yang mengejarnya.
Mulutnya tak hentinya terbuka, terengah–engah karena terus berlari sejak entah berapa lama ia sudah lepas dari kurungan.
Flash back
Kedua matanya masih terpejam, kemudian terbuka saat menyadari kalau tak ada penjaga di depan pintu. Naruto menggenggam erat telapak tangannya hingga rantai yang sebelumnya membelenggu pergelangan tangannya membeku hingga akhirnya hancur berkeping–keping. Ia pun kemudian melakukan hal serupa pada rantai yang melilit pergelangan kakinya.
"Hah, cepat sekarang giliranmu."
Suara yang berasal dari luar pintu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Secepat yang ia bisa kedua tangannya membuat segel sebelum sebuah portal berbentuk belah ketupat dengan ukiran muncul di depannya. Segera ia masuk kedalam portal tersebut tepat sebelum pintu akhirnya terbuka.
Dua pasang iris sewarna membulatkan mata, satu dari mereka segera membuat segel pada portal tersebut hingga portal itu tak bisa menghilang. Ia menoleh pada kawannya, "Cepat beritahu Minato–sama, aku akan menahan portal ini selama yang aku bisa."
Setelah mendengar ucapan temannya ia segera berlari keluar menuju tempat pribadi Minato atau yang biasa di sebut chalice.
Flash back
Naruto mengistirahatkan tubuhnya di sebuah akar pohon besar yang menyembul di tanah, ia berlindung di antara akar sambil terengah–engah. Tangannya yang masih lemas terangkat untuk membentuk sebuah segel hingga akhirnya tubuhnya tak terlihat.
Twilight Lavender
"Bagaimana bisa ia kabur?!"teriaknya. ia membentak dua orang penjaga kelas menengah yang ia tugas kan menjaga pintu ruangan Naruto. Kedua alisnya berkerut dan nafasnya tak teratur, pertanda kalau sekarang amarahnya sedang ada di ubun–ubun.
"Kurama, apa kau bisa melacaknya?"
Kurama menolehkan kepalanya, ia melepas segel kunci pada portal itu lalu tak lama kemudian portal itu menghilang. Ia berjalan menuju Minato sambil menatap pria paruh baya itu nyalang.
"Apa yang kau sembunyikan padaku?" suara tegas nan dingin itu membuat sosok Minato menghela nafas berat. Ia mengusap mukanya sebelum menepuk bahu Kurama, "Itu tak penting, oke? Yang penting sekarang di mana Naruto?"
Kurama masih menatap Minato denga alis berkerut tak suka, mengabaikan pertanyaan dari sang calon mertua. "Aku tak akan memberitahumu sebelum kau mau bicara tentang apa yang selama ini kau sembunyikan, Minato–sama."ucapnya tak mau kalah. Kurama menyingkirkan kedua telapak tangan Minato yang ada di ke dua bahunya.
"Baiklah. Aku akan memberitahumu satu hal, Kurama."
Suasan di sekitar mereka mendadak lebih mencekam dari sebelumnya. Dua iris yang saling menatap tajam itu terlihat seperti ada kilatan petir di antaranya.
"Naruto itu, bukan seutuhnya keturunan chalice."
Twilight Lavender
Malam pertama di bulan ke Sembilan. Sekelompok vampir raven berjubah kecoklatan berkumpul di perbatasan hutan Monges, di antara mereka terlihat sosok dengan rambut raven dan jubah alizarin crimson miliknya yang berkibar tertiup angin. Di pinggangnya tergantung sebuah sarung pedang dengan ukiran khas klan Uchiha.
"Malam pertama kalian, berburu. Pastikan kalian kembali sebelum matahari terlihat! Bubar!"titahnya. Setelahnya puluhan raven yang sebelumnya berbaris itu bubar dan melompat ke segala arah.
Pemuda dengan wajah sempurna dan kulit alabaster itu masih menutup matanya. Merasakan tekanan udara di malam pertama para vampir baru mencari mangsa. Perlahan ke dua kelopak matanya terbuka, menampakkan iris merah darah dengan tiga tomoe yang berputar sebelum berubah kembali hingga membentuk bintang enam sudut.
"Ayo berangkat, malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan."
To be continue…
Author corner :: iya saya tahu harusnya saya lanjutin dulu fanfik yang satunya. Tapi plot ini udah menghantui saya dan akhirnya jadi deh nih chapter satu. Fanfik pertama fandom Naruto semoga semua suka. Oh ya, buat yang tear me down bakal terus lanjut beriringan updatenya sama fanfik ini.
Last word,
Mind to read and review?
Twilight lavender
