The Script, The Whisper, and Marriage Contract

Very 1st fanfic… Omo…saya pengen punya earringnya Sting..

Here we go…

Summary : Lucy mendapatkan buku aneh yang hanya bisa dibuka olehnya. Secara dia penulis, jadi ya tuh buku dijadikan lahan penjajahan tulisannya. Tapi, Lucy nggak akan pernah tahu, kalau buku itu bakal bikin perubahan super stress dalam hidupnya. Ia harus berurusan dengan "kawin kontrak" yang sukses bikin Lucy klepek-klepek. Nah looo…. Buku apa tuh? Siapa yang sukses bikin Lucy jejeritan? Siapakah partner "kawin kontrak" Lucy?

Bahasa indo gaholl..wkwkw… 1. Indo resmi agak-agak bikin geli kalo buat fanfic ini jadinya gaholl saja. 2. Mau pake inggris, tapi ga ngerti grammar… bisanya cuma baca inggrisan..wkwkwk .. Rated T, soalnya bahasanya agak parno.. tapi bukan porno!

Oia.. ada beberapa OC.. harap d maklumi..==

Jangan galak-galak ya... masih cupu kaka... :(

RnR! Xixixi….

Disclaimer : Ane ga bakal pernah bisa jadi pemilik Fairy Tail.. hukzzz… kalo Opa Hiro Mashima kasih ane warisan Fairy Tail, Sting and Lucy bakal ane bikin hajatan kawinannya.. muahahahahah…. 3XD


Chapter 1

"Lucy," Om Macao melambaikan tangannya. Di tangannya terdapat sebundel bungkusan coklat yang diikat dengan tali putih. Om Macao berjalan menyamperi Lucy yang lagi nongkrong di bar nyeruput strawberry milkshake favoritnya.

"Hn? Napa Om?" Lucy menaikkan sebelah alisnya.

"Nyoh.." Om Macao menjajah muka Lucy dengan bungkusan coklat yang dibawanya. Lucy gelagapan menerima bungkusan itu.

"Apaan nih Om?" Om Macao menggeleng-gelengkan kepalanya tanda nggak tahu.

"Coba aja kamu buka.. Om nemu di depan gerbang guild. Ada tulisannya 'To Blonde Celestial Mage'. Om pikir tu pasti buat kamu, kan cuma kamu yang warna rambutnya 'mbulak' di sini." Om Macao cekikikan. Lucy merengut dan langsung ngomelin Om Macao.

"Heh! Om-om gilak! Ini pirang! Bukan mbulak! Grrrr… Awas lo, Om." Lucy menggeram garang ke Om Macao yang disambut dengan cengiran lebar.

"Daripada Om katain rambut kamu kaya kuning-kuning ngambang di empang," lanjutnya sambil ngakak. Beberapa orang di guild yang mendengarnya ikutan ngakak. Lucy jadi empet setengah mati sama Om Macao.

"Eh! Eek donk Om… Ampas dah lo, Om. Sialan. Btw, thanks udah kasih paketnya ke aku, Om." Om Macao melambaikan tangannya sambil tersenyum dan berjalan menjauh kembali ke mejanya bersama Romeo. Mirajane yang sedari tadi nguping nggak tahan juga buat tahu isi bungkusan di tangan Lucy.

"Cewek… buka donk, penasaran gue isinya apaan.." Si rambut silver sekarang udah nyorongin badannya ke counter demi melihat isi bungkusan itu. Lucy mengangguk dan celingukan melihat seisi guild. Semua sibuk seperti biasa. Ia berharap nggak ada orang tole yang gangguin prosesi buka bungkusan sakral miliknya. Terutama si rambut pink abnormal yang selalu bikin dia darah tinggi. Mendapati situasi sesuai dengan harapannya, Lucy menoleh ke arah Mirajane yang udah nggak sabar pengen ngerobek itu bungkusan.

"Cuma kita berdua aja ya yang tahu." Mira mengangguk senang dan semakin antusias menunggu Lucy membuka bungkusan itu.

"Erm.. kok ga ada nama pengirimnya.." gumam Lucy sambil membolak-balik bungkusan di tangannya.

"Mungkin penggemar rahasia lo kali.. Uwaahh… bisa jadi pertanda cintaaa..aaaa" pekik Mira tertahan. Matanya udah blink-blink. Lucy cuma bisa bersweatdrop ria melihat tingkah laku Mira. Dengan cepat ia melepas ikatan tali itu dan membongkar bungkusan itu. Mata Mira dan Lucy terpaku pada benda itu.

Buku usang tebal. Hard cover, kertasnya kecoklatan, baunya benar-benar bikin hidung buntu. Tidak ada judul, nama penulis, ataupun tanda-tanda kehidupan dari alphabet apapun. Lucy membuka buku itu dengan sangat hati-hati. Mira terbelalak karena isi buku itu…

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bokep..

hahaha.. somplak.. kaga mungkin ane bikin begituan… .. Isinya..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Isinya kosong. KOSONG. Nggak ada tulisan, gambar, atau apapun. Hanya kosong. Mira menyerngitkan alisnya dan mengambil buku itu dari Lucy. Ia membalik-balik setiap lembar yang ada tapi tetap aja, nihil. Mira mendengus kesal karena isinya jauh dari harapan. Lucy kembali mengambil buku itu dan mengikuti Mira, membuka setiap lembar. Nihil. Ia kembali melihat buku itu. Tiba-tiba, suatu huruf terukir perlahan di atas cover buku. Lucy melihat dengan takjub.

"Mira-nee! Ni buku beneran kosong kan?" Tanya Lucy sambil menyodorkan buku itu ke Mira. Mira sekali lagi melihat buku itu dengan seksama. Ia mendesah.

"Ia Lucy.. ni buku beneran kosong.. kaga ada tulisannya sama sekali kok.. kenapa emangnya?" Tanya Mira sambil mengembalikan buku itu dan kembali mengeringkan gelas-gelas yang kayanya ga kering-kering. Lucy benar-benar bingung harus memasang ekspresi apa. Jadi ia berdiri, membereskan semua barangnya termasuk buku itu dan bungkusnya.

"Engg… nggak kok… Cuma mastiin kalo ini beneran kosong, gue pengen jadiin buku ini lahan jajahan gue… hihi.." Mira melihatnya dengan heran kemudian memutuskan untuk menelan mentah-mentah ucapan Lucy.

"Gue balik dulu, neng… Bubye.." Lucy melambaikan tangannya pada Mira dan berjalan keluar guild dengan hati-hati, berharap tidak ada yang mengikutinya kembali ke apartmen. Mira menatap Lucy sampai hilang dari peredaran dan kembali mengeringkan gelas-gelas yang selalu basah.

"LUCE!" seseorang berteriak memanggilnya. Ia mempercepat langkahnya. Tinggal sedikit lagi sampai. Tapi emang dasar Lucy belum hoki. Orang itu dengan cepat mencegatnya.

"Heck…. Kapan sih hidup gue normal… skali-skali aja gitu kaga ada abnormal pinky.." gumamnya jengkel. Si abnormal pinky akhirnya menampakkan hidungnya dan nyengir kuda.

"Luce, anyok temenin gue ambil misi!"

"Gue mau kalo AMBIL lembar misinya doank… tapi KAGA MAU kalo ikut sama lo di misi tu." Jawab Lucy sadis. Matanya melirik dengan sadis ke arah Natsu dan kucing biru, Happy. Natsu tersentak mendapati Lucy menolaknya mentah-mentah.

"Hiih.. galak banget lo Luce! Lagi PMS ye..?" ia meringis. Lucy merengut dan menjawabnya dengan sadis.

"Gue lagi butuh ketenangan. Lagian ikut ambil misi sama lo malah bikin gue penuaan dini tau."

"Lhah, kok bisa? Bukannya lo emang uda tua?" Tanya Natsu dengan polos. Seketika urat kesabaran Lucy menongol dan menghajar Natsu dengan trademark Lucy Kick.

"Huaaaaaa…. Demon Lucy!" Happy terbang menjauh sambil menangis bombay.

"Heh! Lanang edan! Gue kaga tua! Sialan… Gue lagi pengen tenang. Kalo ambil misi sama lo, bisa-bisa gue kere slama-lamanya. Jewel lo buang buat biaya perbaikan, lo kira gue iklas, heh? Ngimpi!" bentak Lucy dengan aura pembunuh. Natsu yang keder dengan demon Lucy, langsung sembah sujud di kaki Lucy. Orang-orang di sekeliling mereka dan beberapa ibu-ibu menutup mata dan telinga anaknya dari sinetron gratis di tengah jalan itu.

"Ampun neng! Ampun! Ane masih polos, masih perjaka tong-tong, masih pengen kawin. Ampuni hamba, neng…" Lucy sekuat tenaga menahan hasrat untuk ngakak guling melihat Natsu yang udah lemes. Ia memasang wajah demonnya demi mengambil kesempatan untuk segera kembali ke apartmennya.

"Bangun!" suara Lucy menggelegar bagaikan macan bunting. Natsu tersentak dan langsung bangkit berdiri.

"Enyah. Gue lagi pengen sendirian. Awas sampe lo berani ganggu apalagi masuk apartmen gue diem-diem. Kalo sampe lo ganggu gue, ga ada ampun! Gue . Sunat . Lo ." dengan kalimat terakhir itu, Lucy meninggalkan Natsu dengan muka helpless-begonya. Beberapa bapak-bapak merasa kasihan dengan masa depan Natsu.

"Mati rodok gue… Jangan ganggu Lucy, gue ga mau ikut sunatan massal…" gumam Natsu dengan ketakutan. Ia kembali ke guild untuk mengambil misi. Lucy merasa sedikit blank, mungkin efek domino dari keidiotannya Natsu.

"Napa gue jadi kejem banget yak sama pinky?" gumam Lucy sambil merengut. Langkahnya berhenti saat ia sadar kalo ia sedang memeluk buku usang itu. Tanpa Lucy sadari matanya berkilau sesaat. Pikirannya dipenuhi obsesi untuk segera menenggelamkan diri dengan buku usang itu.

"Miss! Selamat sore!" suara nelayan (Me: kaga tahu mereka nelayan ato penghuni sungai… ane bilang aje nelayan yee..) yang biasa menyusuri sungai mengembalikan kesadaran Lucy yang nggak tahu udah melancong kemana aja.

"Ah! Met sore!" Lucy melambaikan tangannya kepada mereka dan kembali melangkahkan kakinya ke apartmen mungilnya. Sekitar 5 menit kemudian ia sudah duduk dengan damai di kursi panasnya. Buku usang itu tergeletak dengan manis di atas meja, siap diraba-raba (Lucy : -death glare- eeeekk… lo kata apaan raba-raba? Heh?! Me: -gulp- kan kaya duit neng, 3D neng, dilihat, diraba, ditrawang… -kaburrr-).

Tanpa diduga buku itu terlihat bersinar dan suatu tulisan muncul di cover. The Story. Mata Lucy melebar seakan-akan mau melompat. Tangannya gemetar menyentuh buku itu. Dengan perlahan ia membuka buku itu.

"Aneh…. Gue yakin gue lihat buku ini ada tulisannya waktu di guild! Tapi napa Mira kaga bisa lihat yak? Penasaran gue…" Sesuatu melintas di benaknya. Lucy celingukan. Akhirnya pandangannya berhenti saat ia menenmukan bungkus coklat yang dibawanya tergeletak di meja ruang tamu. Cepat-cepat ia ambil dan kembali ke kursi panasnya. Dibacanya label yang tertempel di bungkus itu.

"Uh? To Blonde Celestial Mage… dari mana dia tahu gue pirang dan celestial mage? Ajaib bener…" Lucy menyerngitkan alisnya.

"Ahhhh… mungkin! Mira ga bisa lihat tulisan di cover ini karena dia bukan celestial mage kaya gue! Brati ni buku beneran khusus buat gue yang notabene celestial mage….hmmmm.. yo yo yo…. Betul itu…." gumam Lucy kepada dirinya sendiri. Saat ini, pemikiran itu adalah pemikiran yang paling mendekati logika atau kenyataan dari situasi saat ini. Setelah puas dengan pemikiran briliannya, cewek pirang ini kembali focus dengan buku usang yang saat ini sudah terbuka lebar. Perlahan suatu tulisan muncul di lembar buku itu. (Me: inget waktu Harry Potter nemu buku yang bisa muncul tulisannya waktu dia bertanya dengan cara menulis? Buku ini muncul tulisannya dengan merespon pikiran Lucy)

Wanna Try?

"Huh? Maksudnya?"

Ambil penamu kalau kau penasaran…

"Wii… ni buku bisa baca pikiran gue…. Amazing! Oke." Ia mengambil penanya sesuai dengan yang diperintahkan oleh buku itu. 'Berbahaya ga ya..? Gue agak-agak takut nih.. jangan-jangan ni buku buat nyantet…hiiiii…' pikir Lucy sambil bergidik.

Gue kaga berbahaya, Non. Lo kata gue dukun, maen santet-santetan. Kasian dah, cakep-cakep otaknya separo alias oon…

Urat kesabaran Lucy muncul. 'Gue pikir ni buku ngomongnya sopan, sialan bener gue dikatain oon sama buku jelek. OTAK GUE UTUH! Kaga separoh…Grrr… Heh Buku! Gue cuma waspada. Ngerti ga lo? WASPADA.' Geram Lucy dalam hati. Baru kali ini ia dihina dina oleh sebuah buku. BUKU! Demi Holy Mavis!

Waspada sama oon kadang beda tipis, Non.. Balik ke awal, lo penasaran kaga? Kalo kaga, gue bertapa lagi neh…

"Sarap ni buku emang. Ada jinnya kali yak.. Iye iyee! Gue penasaran. Terus kudu ngapain nih?" Tanya Lucy dengan nada kesal. Cewek pirang itu bersandar dengan malas di kursinya. Tangannya terlipat di depan dadanya. Ia sedikit geli melihat kenyataan kalau ia sendirian, di kamarnya, berbicara, dengan buku, lebih sialnya lagi, dikatain bego sama buku jelek. Kalau ada yang lihat kondisinya saat ini, bisa dipastikan mereka bakal telpon penerangan, ambulance bakal datang dan kirim dia ke rumah sakit jiwa.

Kaga segitunya kali… sampe jadi sarap di rumah sakit jiwa…

"Heh! Bajigur oncom lo jawab-jawab mulu daritadi. Sarap beneran gue lama-lama…" dengusnya kesal. Ia bersandar di meja. Kedua tangannya menyangga kepalanya. Pikirannya udah butek dengan segala hina dina yang sedari tadi ia jalani dengan buku edan ini.

Let's Start.. :)


Tadaa…. Sekian chapter pertama saya…..

Maafkan kalo ada yang kurang berkenan di hati pemirsa…. :(

Masih newbie… masih cupu… butuh RnR.. Jangan galak-galak ya minna…..

Matursuwun…:3