Fiore Academy.

Sebuah sekolah menengah atas yang merupakan sekolah terbesar di Fiore. Selain terkenal dengan sekolah terbesar, Fiore Academy juga terkenal dengan jumlah muridnya yang seabrek-abrek. Selain itu, sekolah ini juga merupakan sekolah yang terkenal karena tingkah unik murid-muridnya. Penasaran dengan tingkah polah murid-murid Fiore Academy?

Fiore Academy

Fairy Tail © Hiro Mashima

Warning: bahasa suka-suka, (maybe) OOC and typo, dll. Don't like? Simple. Don't read.

.

.

.

.

CHAPTER 1

"Huaaa, aku hampir telat!"

Gadis cantik berambut pirang itu berlari sambil mengunyah roti bakarnya ala-ala komik shoujo. Sebentar lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup. Lucy segera mempercepat larinya dan melesat kearah ruang kepala sekolah.

"Kau hampir terlambat, Heartfilia-san."

Lucy membungkukkan badannya kearah kepala sekolah yang berupa seekor kucing betina putih itu. "Gomennasai."

Sebenarnya pada awal mula mendaftar disini, Lucy sempat pingsan melihat kucing yang bisa berbicara layaknya manusia. Tetapi setelah kepala sekolah yang bernama Charle itu menjelaskan bahwa ada seorang ilmuwan gila yang pernah mengadakan praktik rahasia di sekolah ini sehingga membuat beberapa kucing yang menjadi bahan percobaannya bisa berbicara, Lucy pun mulai untuk membiasakan dirinya.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Silahkan menuju ke kelas bersama wali kelas Anda, Makarov Dreyar-sensei."

Lucy menolehkan kepalanya kearah seorang kakek yang tersenyum kearahnya. "Selamat datang di Fiore Academy, Lucy Heartfilia-san. Aku adalah wali kelas barumu, Makarov Dreyar."

Lucy membungkuk sopan kearah Makarov. "Mohon bantuannya, Dreyar-sensei. Maaf jika saya akan banyak merepotkan Anda."

Makarov tertawa pelan. "Aku tidak merasa direpotkan. Kalau begitu, silahkan ikuti aku."

Lucy mengikuti Makarov yang membawanya menuju ke kelasnya. Lucy terkagum-kagum melihat kelas-kelas yang ada di sepanjang lorong. Bukan tulisan 2-A ataupun XI-B yang dijumpainya, melainkan papan tanda kelas dengan nama kelas disertai dengan lambangnya. Benar-benar suatu sistem yang unik.

Makarov berhenti di depan pintu sebuah kelas yang sangat ramai. Lucy melirik kearah papan nama kelasnya. Fairy Tail. Lucy langsung suka pada nama kelasnya.

Lucy terkejut begitu Makarov membuka pintu kelas dengan kasar. "Anak-anak nakal, kembali ke tempat duduk kalian masing-masing!"

Suasana kelas langsung sepi. Semua kembali ke tempat duduknya masing-masing. Setelah memberi salam, Makarov merapikan buku dan berdiri di meja guru. "Kali ini, kita kedatangan siswa baru. Silahkan masuk."

Lucy segera merapikan baju serta rambutnya. Kaki jenjangnya memasuki kelas dan menuju kearah depan kelas dengan anggun. Murid-murid langsung berbisik-bisik dengan heboh.

"Namaku Lucy Heartfilia, pindahan dari London! Walaupun aku pindahan dari London, aku lahir dan sempat lumayan lama tinggal di Fiore! Yoroshiku onegaishimasu!"

"Waa, kereeen, pindahan dari London!"

"Dia cantik sekali!"

"Dia benar-benar sangat JANTAN!"

Lucy agak sweatdrop mendengar teriakan yang terakhir.

"Nah, Lucy, silahkan duduk di samping Levy McGarden."

Seorang gadis bertubuh mungil mengangkat tangannya dan tersenyum hangat kearah Lucy. Lucy tersenyum dan mulai melangkah kearah bangkunya. Levy memutarkan badannya kearah Lucy dan menjulurkan tangannya.

"Levy McGarden!"

"Lucy Heartfilia! Senang berkenalan denganmu, McGarden-san!"

"Tidak usah terlalu formal begitu, panggil saja aku Levy. Dan aku akan memanggilmu Lu-chan. Boleh?"

"Tentu saja!"

"Hoi anak baru, panggil saja dia Pendek. Panggil Kecil apalagi. Boleh banget! Geehee!"

"Urusai yo, Gajeel no Baka! Bwee!" Levy menjulurkan lidahnya kearah seorang pemuda bertubuh kekar dan berambut gondrong hitam yang duduk di belakang Levy. Satu kelas mulai heboh menggoda mereka berdua. Makarov memukul papan tulis dengan penghapus papan tulis.

"Diam! Sekarang, buka buku cetak halaman 57! Kita mulai dari bab baru!"

Kelas kembali tenang dan membuka halaman yang dimaksud. Dan Makarov pun sudah sibuk menuliskan sejarah Fiore di papan tulis.

.

.

Bel tanda istirahat pun berbunyi. Seluruh murid merapikan buku-bukunya dan melesat meninggalkan kelas. Beberapa murid menghampiri Lucy dan bertanya-tanya kepada Lucy. Lucy pun menjawab pertanyaan mereka dengan senang hati.

Sebelum Lucy mulai kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mulai aneh seperti, 'punya kebiasaan aneh ga, Lucy?' atau 'ukuran bra-nya berapa?', Levy menyelamatkannya dan menyeretnya meninggalkan kelas.

Lucy pun mulai dibawa berkeliling Fiore Academy. Lucy terpukau menyadari besarnya perpustakaan di Fairy Academy.

"Ini namanya surga dunia, Levy-chan!" Lucy berbisik kearah Levy dengan bersemangat.

"Kau suka baca buku, Lu-chan?"

"Sangat!"

"Aku juga! Waah, sepertinya kita akan menjadi sahabat yang tidak dapat dipisahkan, ne?"

Lucy tertawa pelan dan mulai mengekori Levy lagi kearah atap. Terlihat beberapa laki-laki dari kelasnya sedang memakan bekal mereka dengan lahap.

"Ini bento yang dibuat oleh Nee-chanku! Ini sangat JANTAN!"

"Oi, Natsu, yakin tuh mau nambahin roti kare sama tabasco?"

"Yup! Enak, lho! Mau coba?"

"Hey, boys! Sedang menikmati bekal, hm?" sapa Levy.

"Tidak, kita semua sedang berolahraga, Cil."

"Gajeel berisik!" Levy menggembungkan pipinya.

"Levy, itu murid baru yang tadi, kan?" seorang pemuda berambut spike pink menunjuk kearah Lucy.

"A-ah, biarkan aku memperkenalkan diri lagi! Namaku Lucy Heartfilia! Salam kenal!"

Seorang pemuda berambut spike pink dan raven mendekatinya. Lucy mulai salah tingkah, terutama kepada cowok berambut raven dengan kalung salib melingkari lehernya itu bertelanjang dada.

"Hhhaaaii," sapa cowok berambut pink itu kepada Lucy, membuat Lucy berjengit begitu mencium bau mulut pemuda bercampur dengan bau kare dan tabasco. Bau yang membuat seekor burung yang berjarak 100 m darinya kejang-kejang. Untung iman Lucy kuat, jadi dia masih bisa berdiri di hadapan pemuda itu. "Namaku Natsu Dragneel! Panggil aja Natsu! Aku panggil kamu apa, ya?"

"Lucy boleh, nama margaku juga boleh. Terserah aja."

"Kalo gitu… aku panggil sayang aja boleh ngga? EAAAA!"

Natsu dan pemuda yang bertelanjang dada tadi berhigh-five ria sambil melakukan selebrasi di atap, membuat yang lain sweatdrop melihatnya.

"Emm… kenalin, Gray Fullbuster," Gray menjulurkan tangannya kearah Lucy. "Tadi siapa, namanya? Lucy, ya?" Lucy mengangguk.

"Lucy, abis kenalan sama kamu kok aku jadi takut, ya?"

"Emangnya aku setan?" Lucy memanyunkan bibirnya.

"Bukan. Aku takut… jatuh cinta sama kamu. EAEAEA!"

Gray dan Natsu kembali berhigh-five ria dan melakukan berbagai gerakan senam lantai seperti roll depan, roll belakang, kayang, koprol, sikap lilin, sampai headstand. Semua orang tambah sweatdrop dibuatnya.

"Mendingan jangan liatin mereka deh, ntar katarak," sebuah suara berat mengalihkan pandangan Lucy dari Natsu dan Gray yang kejang-kejang. "Oh iya, kenalin. Elfman Strauss. Cowok terjantan seantero Fiore," seorang cowok bertubuh sangat kekar seperti Ade Rai menjabat tangan Lucy dengan sangat keras, sampai-sampai Lucy merasa tulang tangannya patah.

"Yang lagi tiduran disana itu Gajeel Redfox. Biasa dipanggil Gajeel," lanjut Elfman sambil menunjuk kearah Gajeel.

"Yo, Bunny Girl."

"Bunny Girl?" Lucy mengerutkan keningnya.

"Dia memang suka ngasih julukan ke orang-orang," Levy menjawab pertanyaan Lucy. Lucy membulatkan mulutnya.

"Hehehe, maaf ya buat yang tadi. Tadi kita bercanda, kok," Gray tersenyum kearah Lucy.

"Iya, bercanda, kok! Itu sebagai tanda perkenalan kita! Ye gak, Gray?"

"Yoi, bro!"

"Hehehe, maaf ya, Luigi!"

"Lucy!" empat siku-siku muncul di kening Lucy.

"Oh iya, Luce."

"Terserah," Lucy mengurut-urut kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.

"Oh iya, sekedar informasi, ini adalah tempat nongkrong kebanggaan Fairy Tail. Jadi, jangan sungkan-sungkan kalo mau nongkrong disini," saran Natsu. "Tiga perempat dari bagian atap ini punya Fairy Tail, sisanya punya kelas lain," Natsu menunjuk kearah sekumpulan cowok-cowok yang sedang duduk berdesakan sambil memakan bekal mereka. Lucy sweatdrop berat.

"Kadang-kadang kalo lagi baik, mereka suka bagi-bagi tempat sih ke Lamia Scale, Blue Pegasus, sama Sabertooth."

"Siapa yang terakhir, Levy?" tanya Gray.

"Sabertooth," jawab Levy polos.

"Cih! Sampai kapanpun kita tidak akan sudi jika mereka menginjakkan kaki mereka ke lantai suci milik Fairy Tail ini!" tiba-tiba Natsu emosi. "Jika mereka mau makan makanan disini, masih ada pojok yang mampu menampung mereka!" Natsu kembali menunjuk kearah sekumpulan cowok-cowok yang berdesak-desakan itu.

"La-lantai suci?" Lucy tidak habis pikir dengan teman-teman barunya ini.

"Aku dengar tadi mereka berencana untuk merebut hak milik kita di atap ini," ujar Gray. Dia masih bertelanjang dada. Bahkan celananya pun hampir dibukanya jika Lucy tidak cepat-cepat berteriak histeris memperingatkannya.

"UAPUA?!"

"Duh Natsu, teriak sih teriak. Tapi ngga usah pake kuah juga, dong," Lucy mengelap mukanya yang sempat terciprat oleh 'kuah' Natsu. Natsu hanya memamerkan grins andalannya.

"Hehehe, maaf, Luce. Tapi ini tidak bisa dibiarkan! Mereka sudah menyatakan perang kepada kita!" kata Natsu berapi-api.

"Demi Tuhan, ini hanyalah atap! Kenapa kalian sampai harus bertengkar hanya karena atap yang sudah jadi hak milik warga sekolah ini?" Lucy mulai mengeluarkan suara hatinya. "Di samping itu, apa kalian tidak kasihan dengan orang-orang itu?" Lucy menunjuk kearah cowok-cowok yang berdesakan di sebuah pojokan itu. "Mereka kan juga berhak duduk di manapun di atap ini!"

"Lucy-san…," gerombolan cowok-cowok itu menatap Lucy dengan penuh haru, seakan Lucy adalah sosok dewi yang turun dari langit untuk menyelamatkan mereka dari takdir yang kejam.

"Luce, kau adalah anak baru di sekolah ini, jadi aku maklum dengan kata-katamu tadi," Natsu melipat kedua tangannya di depan dada. "TAPI-" Natsu menekan ucapannya di tiap suku kata. "-disini, kita harus mempunyai daerah kekuasaan masing-masing dan berhak untuk mempertahankannya. Jika tidak, wilayah kekuasaan kita akan diambil. Contohnya saja, dulu Fairy Tail punya kekuasaan di atap sekolah dan taman belakang sekolah. Tapi semenjak Mermaid Heel menyerang taman belakang sekolah yang sebelumnya jadi tempat nongkrong para cewek dengan cara yang picik –mereka menyerang saat Erza sedang rapat OSIS dan Mirajane sedang sakit-, sekarang, Levy, para cewek makan bekal dimana?"

"Di kelas?" jawab Levy ragu-ragu.

"Ya! Benar! Tempat nongkrong para cewek sudah digusur dan diambil oleh Mermaid Heel! Apa kau mau kita tidak punya tempat nongkrong lagi hah, Luce?!"

'Orang ini ngomong apa, sih?' batin Lucy sweatdrop. "Kalau aku sih tidak masalah. Aku masih bisa nongkrong di perpus," kata Lucy cuek. "Lalu, kenapa kalian mau berbagi 'lantai suci' ini dengan Lamia Scale dan Blue Pegasus saja?"

"Mereka berbaik hati menyediakan senjata untuk kita menyerang tempat nongkrong milik kelas lain. Selain itu, mereka juga sudah banyak menolong kita di saat sedang susah. Begitu pula sebaliknya. Jadi kami saling berbagi. Kami berjanji tidak akan saling menyerang."

"Apa pihak sekolah mengizinkan hal ini?" tanya Lucy.

"Psstt, Lu-chan, pihak sekolah malah mendukung kita, kecuali Kepala Sekolah. Beliau tidak tahu mengenai hal ini sama sekali. Bahkan para wali kelas pun saling bersaing untuk melihat siapa yang mempunyai daerah kekuasaan paling luas. Lain kali jangan tanyakan pertanyaan yang tabu itu," bisik Levy, membuat Lucy tambah sweatdrop. 'Sepertinya aku salah telah masuk ke sekolah ini…,' tangisnya dalam hati.

"Sudahlah. Tiba-tiba aku capek. Aku kembali ke kelas dulu ya. Jaa," Lucy melambaikan tangannya.

"Lu-chan, tunggu aku!"

.

.

Braaak!

Pintu kelas Fairy Tail dibuka dengan kasar. Terlihat Max datang membawa kabar gembira. Sebuah kalimat yang mengatakan kalau para guru sedang rapat sampai 2 jam ke depan disambut para murid dengan gegap gempita.

"Eh? Erza-san mau mengajak Jellal-san kencan?" seorang gadis manis mantan anak akselerasi, Wendy Marvell, bertanya dengan muka memerah.

Buaakh!

"Sssst! Ssst! Jangan keras-keras! Aku malu, tahu!" Erza memperbaiki letak kacamatanya setelah menghajar Wendy yang terbaring dengan sangat tidak elit di lantai kelas. Lucy menatap Wendy dengan pandangan ngeri sekaligus iba.

Ketika sesi perbincangan ala perempuan itu akan dimulai kembali, pintu kelas kembali dibuka dengan keras.

"NATSU! GRAY! JANGAN BANTING-BANTING PINTU KELAS!" teriak Erza, membuat satu kelas hening ketakutan. Mirajane yang tadi melepas kacamata Erza kembali memasangkannya ke tulang hidung Erza dengan santai.

"E-eh? Apa yang kulakukan tadi?" Erza memperbaiki letak kacamatanya.

'Kepribadian ganda,' catat Lucy dalam hati. Kata-kata Levy ketika istirahat tadi terngiang-ngiang di otaknya. 'Erza itu memang cewek yang sedikit pemalu dan sangat tegas serta disiplin. Tapi, jangan pernah sekali-kali membuka kacamata Erza atau kau akan habis dibuatnya.'

"Kau bisa memarahiku nanti, Erza! Tapi tadi Sabertooth sudah menyatakan perang secara terang-terangan kepada kita!" seru Natsu.

"Apa?! Ini tidak bisa dibiarkan!" teriak para murid-murid yang lain dengan heboh.

"Mereka sudah tahu kalau para guru rapat. Mereka udah nunggu di lapangan lari," kata Natsu.

Semua berlarian ke luar kelas. Tangan Lucy ditarik oleh Levy untuk turut ikut keluar kelas.

"Tunggu, tunggu, Levy-chan, sebenarnya aku sangat bingung dari tadi. Kenapa mereka sangat heboh hanya untuk memperebutkan atap?" tanya Lucy sambil terengah-engah. Dalam hati dia merutuki sekolah yang sangat besar ini sehingga perjalanan ke lapangan lari saja membutuhkan waktu 5 menit.

"Daerah kekuasaan itu menunjukkan siapa yang paling berkuasa di sekolah. Dulu, Fairy Tail hampir menguasai satu sekolah. Tapi, kelas-kelas lain tidak terima dan mulai menyerang, sehingga yang tersisa hanyalah atap tempat kita tadi. Kalau kita tidak melindunginya, kita bisa dicemooh oleh orang-orang lain. Derajat kita bisa turun," ujar Levy dengan mata berkaca-kaca. Lucy iba sekaligus masih bingung dengan penjelasan Levy tadi. Tapi dia menganggap dirinya sudah mengerti dan berlari menuju lapangan lari.

Terlihat banyak anak-anak kelasnya sudah mengerumuni lapangan lari. Dan di sisi yang lain, terlihat beberapa anak yang diduga anak kelas Sabertooth tengah menyeringai sambil membawa-bawa tongkat baseball, kayu, dan beberapa tongkat besi. Lucy terbelalak ngeri.

"Mereka benar-benar mau tawuran disini?!"

Lucy menerobos kerumunan anak-anak kelasnya. Dia berusaha untuk berbicara dengan Natsu yang berada di garis depan agar masalah ini bisa diselesaikan secara baik-baik.

"Akan kubunuh kalian semua!"

Itu suara Natsu! Lucy mempercepat jalannya dan menepuk pundak Natsu.

"Na-Natsu…"

"Ada apa, Luce? Kau tidak lihat aku sedang apa disini?" Natsu melirik Lucy dengan tajam, sampai-sampai Lucy ketakutan dibuatnya.

"Ti-tidak, aku hanya…"

"Oi, Natsu! Lanjutkan omong kosongmu lagi!" teriak salah satu murid kelas Sabertooth. Natsu kembali melirik mereka dengan tatapan ganas.

"Natsu…," Lucy memegang pundak Natsu dan mengelusnya dengan lembut. "Tenangkanlah dirimu. Dan kalian, Sabertooth! Eh?"

Lucy agak kaget melihat satu sosok laki-laki yang sedang berdiri di hadapan Natsu. "Sting?"

"Lho, Lucy?"

"Kyaaa! Sting, apa kabar?" Lucy melupakan niatnya untuk memberi ceramah kepada Sabertooth dan berlari kearah pemuda yang dipanggil Sting itu dan memeluknya. Semua terkejut melihatnya. Mata mereka tambah melotot begitu Sting membalas pelukan Lucy.

"Baik. Kau sekolah disini, ya?"

"Iya! Kau tambah tinggi ya, Sting? Aku merasa tambah pendek," Lucy menggembungkan pipinya. Sting mengacak-acak rambutnya.

"Luce, kau kenal orang ini?" tanya Natsu dengan nada tidak suka. Lucy menoleh kearah Natsu dan mengangguk riang. "Ya! Dia Sting Eucliffe, tetanggaku pas kecil," Lucy tersenyum manis kearah Natsu. Senyuman Lucy menghilang begitu Natsu menariknya dan berdiri di depannya.

"Jangan sekali-kali kau menyentuh anggota kelas kami, brengsek," Natsu memandang Sting dengan pandangan membunuh.

"Benarkah? Bukannya dia duluan yang memelukku?" tanya Sting sambil tersenyum mengejek, membuat darah Natsu naik hingga ubun-ubun. Tangannya mengepal keras. Begitu dia akan menyerang Sting, Lucy memeluknya dari belakang, mencoba menahannya.

"Jangan, Natsu!"

"Luce, lepas! Dia musuh kelas kita," Natsu melirik kearah Lucy yang masih memeluknya dengan erat.

"Ne, Natsu," Natsu menolehkan pandangan tajamnya kearah Sting. "Kali ini, aku akan melepaskan daerah kalian. Gantinya…," Sting melirik kearah Lucy yang memejamkan matanya dengan erat. "Jika kami menang, Lucy Heartfilia jadi anggota Sabertooth. Bagaimana?"

"APA?!" seluruh murid Fairy Tail terpekik tidak percaya. Lucy membuka matanya dan menatap Sting dengan bingung.

"APA KATAMU, BRENGSEK!" Natsu mencoba menggerakkan tubuhnya untuk menghajar Sting, tapi tidak bisa. Tangan Lucy masih melingkar di badannya.

"Dia masih akan tetap belajar di kelas Fairy Tail. Tapi, dia tidak boleh berinteraksi dengan kalian," kata Sting sambil menampilkan seringaiannya. Tangannya bergerak menarik tangan Lucy, membuat gadis tinggi langsing itu hampir terjerembap.

"Sudah kubilang jangan sentuh dia, bajingan," Natsu memegang tangan Lucy yang lain dan menatap Sting dengan aura membunuh yang sangat kuat, membuat Lucy yang berada di antara mereka merinding.

"Kalau begitu, lawan aku. Satu lawan satu," tantang Sting. Natsu pun menyanggupinya. Sting 'menculik' Lucy saat Natsu sedang lengah dan mengikat kedua tangannya di sebuah tiang kayu.

"Sting, lepas!" Lucy meronta-ronta begitu Sting mengikat tangannya.

"Nah, putri cantik diam saja. Pangeran Sting berjanji akan menyelamatkanmu dari naga ini."

"Siapa yan kau sebut naga, heh?!" amuk Natsu.

"Nah, ayo kita mulai pertarungan kita, Natsu," Sting membunyikan leher dan tangannya. Begitu pula dengan Natsu.

"Hoo… aku jadi makin bersemangat."

Tidak lama kemudian, terjadi baku hantam antara Natsu dan Sting. Lucy terbelalak ngeri. Seumur hidupnya dia belum pernah menyaksikan adegan seperti ini.

"Tidak buruk juga," Natsu mengelap darah yang turun dari bibirnya dan menyeringai.

"Hentikan!" teriak Lucy, tapi Sting dan Natsu tidak mengacuhkannya dan saling meninju.

"Pssstt, Lu-chan, sepertinya Natsu menyukaimu," goda Levy yang tiba-tiba muncul di samping Lucy.

"Ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan itu, Levy-chan," Lucy hampir menangis. "Bukakan tali sialan ini. Please," rengeknya. Nasibnya benar-benar apes. Hari pertama sekolah malah ditahan begini.

"Tidak bisa. Aku ingin melihat siapa pria beruntung yang akan menyelamatkanmu," goda Levy. "Tapi kalau kau mau tali itu cepat-cepat dibuka, minta tolong saja pada Natsu untuk cepat-cepat menyelesaikan pertarungannya."

"Natsu...," rintih Lucy. Mau tidak mau, Natsu menoleh kearah Lucy. "Cepat selesaikan pertarungannya dan bukakan tali sialan ini! Tanganku sakit…," mata Lucy mulai berkaca-kaca.

"Yosh, kalau kau bilang begitu, Luce…," Natsu menyeringai kejam kearah Sting. "Aku akan menghabisi dia dengan satu pukulan."

.

.

.

.

TBC


Hai-hai, Minna-san!

Ini adalah FF kedua Acan di Fairy Tail. Acan makin bersemangat ngetik setelah mendapat review-review yang membangkitkan semangat dan beberapa readers bersedia memfavorite fic Acan. Terima kasih banyak, ya! ^^

Kali ini Acan ngga akan banyak bacot. Acan cuma pengen mengucapkan terima kasih untuk para silent readers ataupun readers yang bermurah hati untuk meninggalkan jejaknya di kotak review yang sudah disediakan :D Dan mungkin buat chapter ini humornya belom berasa, tapi gapapa. Acan usahakan agar chapter depan humornya lebih ngena XD

So, see you in the next chapter!

Arigatou gozaimasu! :D