"Namun aku yang sekarang, aku yang telah melihat banyak hal bersamamu ini, telah berubah. Ada banyak hal dalam diriku yang berubah tanpa kusadari. Caraku berpikir, caraku melihat, caraku mendengar, caraku merasakan. Semuanya tidak sama lagi."


When She Was Pregnant

Naruto belongs Masashi Kishimoto

This story is mine

AU, OOC, Gaje, Abal, Bad

DLDR

Enjoy Reading


Haruno Sakura―ah, dia telah berganti nama menjadi Uchiha Sakura―adalah istriku. Gadis yang masih sangat belia yang baru saja lulus dari sekolahnya beberapa bulan lalu. Statusnya yang sebenarnya dulu adalah murid asuhanku, kini berganti dari 'murid' menjadi seorang 'istri'.

Keputusanku pada saat melamarnya―atau dengan kata lain 'merebutnya'―bukanlah suatu keputusan yang terburu-buru bahkan tanpa pemikiran yang panjang. Darah Uchiha yang mengalir dalam tubuhku ini sudah lama menginginkan adanya Ia hadir di sisiku.

Namun, karena darah Uchiha inilah juga dia 'menderita' dengan segala tatapan juga cemooh yang keluarga besar Uchiha torehkan padanya. Tapi, dia adalah gadis kuat yang tak gentar hanya karena tatapan dan cemooh itu.

Dia sudah berates-bahkan berpuluh-puluh ribu kali pernah mendapatkan hal yang serupa seperti itu. Hingga akhirnya keluarga besar Ia marah dan mengusirnya dan hatiku yang tatkala masih berstatuskan 'guru' melamarnya dengan segenap keberanian juga kebahagian yang membuncah.

.

.

.

Uchiha Sakura adalah seorang gadis yang manis. Dia adalah seorang yankee yang sangat manis. Wajahnya tidaklah sangar namun lebih berkesan cantik yang sadis. Rambut merah muda alaminya sering ditakuti oleh berbagai kalangan anak sekolah SMA kala itu. Julukannya ada The Pink Butterfly.

Mengapa Ia dijuluki seperti itu? Karena 'tarian' miliknya saat menghajar sesama musuhnya bagai kupu-kupu yang menari di udara. Cepat hingga melambat menjadi anggun.

Walau dia seorang yankee dia selalu datang ke sekolah bersama temannya yang satu geng. Walau begitu dia juga selalu dicemooh oleh murid bahkan guru. Terkecuali aku.

.

.

.

Aku adalah Uchiha Sasuke. Seorang pengajar pengganti dari sepupuku Hatake Kakashi yang tak lain adalah wali kelas istriku dulunya. Sebenarnya aku adalah anak jurusan fakultas ekonomi management namun seribu sayang mendapat amanat dari kakak sepupuku untuk menggantikannya mengajar pelajaran sejarah.

Pertama kulihat istriku dahulu ketika kami berpapasan di tangga menuju atap. Rencanaku ke atap untuk merokok dan dia untuk makan bekalnya sendirian. Dia sungguh manis, dengan gaya yankee namun anggun itu dia memakan bekalnya sendiri dan aku memerhatikannya dari jauh sembari merokok.

Dia mengataiku guru yang tak bermoral, karena merokok di wilayah sekolah. Dan aku mengatainya yankee yang anggun dan rendah.

Kami berdua saling bertengkar mulut. Dimanapun kami bertemu kami selalu bertengker. Tak pernah melawan dengan menggunakan kekuatan fisik tetapi hanya beradu argument.

Dan sejak saat dekat dengannya aku bagai terhipnotis untuk jujur pada diriku dan juga jujur padanya.

Kehidupanku dan kehidupannya tidaklah jauh berbeda. Kami sama-sama berada di keluarga dengan strata menengah ke atas. Tak heran dia yankee namun sikapnya anggun. Hanya saja dia bisa mengekspresikan dirinya dengan jalan pemberontakan. Menjadi yankee dan hidup bebas di luar sana tanpa tahu bahwa dirinya tersakiti sangat dalam.

Sedang aku hanya seorang pria pengecut yang masih menuruti keinginan orangtuaku, dan menjadi bayangan kakak laki-lakiku, Uchiha Itachi.

Semenjak waktu berjalan bersama dengan dirinya aku berubah dan diapun berubah.

Menjadi jiwa yang lebih baik dan manis.

Namun seribu sayang, jalan ke depannya tidaklah semulus yang dipikirkan kita berdua. Rasa cinta kami tumbuh dengan indahnya. Rasa cinta yang sangat indah dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Jalan yang berbatu di depan kami adalah status social. Dia diusir dari keluarga, hanya karena terjadi kesalahpahaman semata. Sakura adalah seorang yankee yang adil dan baik hati. Dia hanya membela temannya yang benar. Dia tidak emncuri, dia tidak berkelahi hanya karena perebut wilayah kekuasaan semata, dia bukan gaadis yang kotor. Dia hanya gadis rapuh yang butuh kasih sayang lebih.

Dan sejak saat itulah aku ingin menjaganya. Mengiringnya ke dunia hanya ada kita berdua dan itu sudah cukup baik. Tidakkah itu cukup sempurna untuk kami berdua?

.

.

.

Kami tinggal dipesisir pantai. Rumah idaman yang kami rencanakan berdua. Rumah minimalis dengan cat hijau muda dan taman kecil yang dihiasi oleh bebungaan dan juga pagar kayu dengan tinggi sedang.

Kami berdua sudah tiga bulan menikah. Dia menjadi ibu rumah tangga tentu saja, mengingat dia hanya baru lulus sekolah dan dia 'dibuang' oleh keluarganya. Sedang akulah yang bekerja meneruskan usaha perusahaan pakaian milik Ayahku.

Aku tidak mengerti mengapa keluargaku menyukai Sakura, padahal dia tampak sangat gugup saat bertemu dengan mereka. Terutama Ayahku, yang aku kira dia akan menentangku habis-habisan dengan menikahi Sakura. Namun hasil yang kudapat Ayahku merestuinya bahkan dia sangat menyayangi Sakura.

Kami hidup berdua.

Kehidupan yang sangat nyaman, aman, dan tentram selalu kita jalani bersama. Setiap akhir pekan aku selalu kencan dengannya. Sambil membawa jalan-jalan anjing golden retriever peliharaan kami menuju tepi pantai dan merasakan deburan ombak ringan menerpa kaki-kaki kami yang telanjang.

Hidup kami berdua sangat bahagia.

Berdua saja sudah cukup membahagiakan bagi kami.

Hanya saja, pada suatu hari aku tidak pernah menyangka hari seperti itu akan datang kepadaku…

Sakura hamil.

.

.

.

Aku memasuki rumahku saat hari menjelang sore hari. Pekerjaanku kali ini lebih cepat dari hari-hari sebelumnya. Namun, keanehan muncul saat aku biasa melepaskan sepatu. Biasanya Sakura akan berdiri dihadapanku sembari tersenyum dan berakata, "Okaerinasai."

Namun kali ini sosoknya tidak ada. Rumah dalam keadaan sunyi senyap, lampu-lampu temaram yang biasanya sudah Sakura nyalakan kini terlihat padam. Kemana dia? Pikirku terus dengan keanehan ini.

Sayup-sayup terdengar suara kran air yang terbuka, dimana itu adalah dapur kami. Aku berjalan menuju sumber air yang mengalir deras tersebut dan mendapati Sakura tengah berjongkok dengan kedua lututnya ia peluk dan wajahnya ia sembunyikan dalam lekukan kedua lengannya.

Aku menghampiri istriku itu. Berjongkok untuk menyamai kesejajaran kami. Kuelus puncak rambut merah mudahnya. Terdengar isak tangis kecil dari bibirnya. Sakura sebelum ini tidak pernah menangis, bahkan saat 'tragedi' tersbut pun dia tidak menangis. Hanya saat dilamar olehkulah dia menangis.

"Ada apa?" tanyaku dengan suara selembut mungkin. Dia bagai kucing yang ketakutan.

Sakura memberikanku sebuat alat panjang berwarna putih dimana ada kolom kecil yang membuat tanda dua garis merah lurus sejajar di sana. Aku membulatkan mataku.

"Kau… hamil?" tanyaku tak percaya. Ada rasa kaget, haru, dan bahagia menggelitik relung hatiku. Sakura mengangguk. "Kita harus ke dokter secepatnya."

Sakura menggeleng cepat. "Aku sudah pergi ke sana." Suaranya serak parau. Aku menangkupkan kedua tanganku di telinganya, berusaha melihat wajah istriku yang masih tenggelam di lipatan lengan dan lututnya.

"Kenapa kau menangis?" tanyaku heran. Sakura memejamkan matanya, bibir ranum merah mudanya dia gigit kuat-kuat hingga berwarna putih.

"Aku… takut!" Sakura berteriak histeris. Dilepaskannya kedua tanganku paksa. "Dia… Yang ada diperutku ini manusia, bukan? Bagai… bagaimana… kalau dia tidak menginginkan untuk dilahirkan ke dunia ini? Bagaimana bila dia membenciku? Bagaimana kalau―" ucapan Sakura terhenti.

Dia pasti ingat dengan 'tragedi' itu. Dia pernah mengatakannya sekali bahwa ia tidak ingin dilahirkan ke dunia ini dan dia sangat membenci Ibunya. Bagaimana perasaan dia?

"Oh, Tuhan―Apa yang telah kukatakan pada Ibu waktu itu?" Sakura semakin berteriak histeris. Aku menatapnya dengan tatapan datar dan penuh kasihan. Istriku ini…

Kemudian aku memeluknya. Membawanya dalam kehangatan dan perlindungan dalam sebuah pelukan. Kukecup puncak kepalanya dan kuelus rambutnya.

"Tenang saja. Dia adalah anak kita," ucapku berbisik di telinga Sakura lembut. Dia tampak merinding ketakutan. "Dia adalah manusia yang kita buat dengan kasih sayang nantinya. Dia adalah anugerah daru Kami-sama. Jikalau dia berbuat yang tidak baik maka kita akan menghukumnya."

Sakura sontak kaget. "Jangan menghukumnya!" serunya.

"Dengar, menghukum anak bukan berarti menghukumnya dengan cara kekerasan. Kita akan menghukumnya dengan cara kita sendiri. Kita akan menghukumnya dengan sebuah senyuman, mengelusnya, emmbuatnya merasa nyaman, dan berharap dia tidak akan melakukan hal buruk lagi. Karena dia adalah anak kita, pasti dia akan mengerti." Ucapku kemudian disertai anggukan setuju dengan Sakura.

"Anak kita akan mensyukuri bagaimana hidupnya nanti bersama kita. Janganlah kau sesali dengan kehamilan ini. Dia adalah manusia." Aku mengelus perut Sakura yang masih rata dengan kasih sayang. "Aku bersyukur kau mengandung anak kita."

Dan setelah itu buyarlah tangisan Sakura.

.

.

.


Anak adalah kertas putih yang siap untuk anda torehkan catatan atau apapun didalamnya. Maka tuliskanlah yang baik- baik, sehingga ketika setelah bertahun- tahun catatan tersebut dibuka, maka anda akan tetap terkenang sebagai orang tua yang baik.


Tsudzuku


Arena Bacotan Ceria

Lagi-lagi saya nekat buat bikin fic yang multi-chap! Aish!

Tapi saya janji sih fic ini bakalan tamat pas waktunya umur kehamilan Sakura 9 bulan dan saya akan menstak-nya hanya kurang dari lima chapter!

Dan bagaimana chapter satu ini? Memang di sini agak kurang nyambung sama judul ceritanya, tapi nna mau kasih tau dulu bagaimana ketakutan seorang ibu ketika dia hamil apalagi yang hamil dari latar belakang keluarga yang seperti Sakura!

Yosh, ide chapter ini diambil dari komik Furuba, dan saya masih lupa-lupa ingat bagaimana jalan ceritanya Furuba -_-"

Nah, butuh kritikan, saran, flame juga boleh. Saya sih suka dapet yang seperti itu daripada diam-diam baca dan gak kasih saran apapun. Saya cuma merasa ke diri saya sendiri bahwa saya pengecut juga karena cuma baca fic orang tapi ga pernah mereview -_-

dan sekali lagi mohohn jangan seperti jadi saya, ya. Saya ga gila akan review, kalau ga mau review PM juga gapapa, banyak yang cerita-cerita seru juga ke aku :D

Sampai jumpa lagi temans FFN! Buhbey :*