"Asano..."
Suara panggilan bernada serak terdengar dari arah belakang, sementara pemuda yang merasa namanya dipanggil pun mau tidak mau mengalihkan pandangannya dari koran pagi yang sedang ia baca.
"Apa?"
Pemuda yang memiliki paras manis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain pertanda canggung, "Itu.. anu.." sedangkan lelaki yang memiliki surai jingga tengah menatapnya bosan.
"Ada apa?"
Beberapa detik kemudian pemuda pemilik nama Yuuma itu hanya bisa menunduk dan perlahan semburat merah memenuhi seluruh wajahnya, hal itu kontan membuat seorang Asano Gakushuu tergugah.
"Kau ini sebenarnya ingin mengatakan apa Yuuma?"
Tidak sampai satu menit berselang Asano tepat berada di depannya. Dari balik poni yang menutupi seluruh wajahnya, pria pemilik marga Isogai—lebih tepatnya sekarang Asano itu tetap mempertahankan diamnya.
"Yuuma." Panggilnya sekali lagi.
"Aku…"
Perlahan ia tidak dapat membendung lagi air mata yang semenjak tadi ia tahan, segera ia peluk pria yang memiliki surai senada langit senja di depannya, "Aku ingin bertemu Maehara…"
JLEB!
Perkataan Isogai bagaikan sebilah pedang yang langsung menghunus tajam ke arah Asano. DIa tidak pernah menyangka jika nama 'Maehara' kembali muncul dalam rumah tangga mereka.
"Hey."
"Aku tahu kau akan memarahiku karena menyebut namanya lagi, tapi—" lagi Yuuma tidak dapat menahan air matanya, dan yang bisa dilakukan Asano saat ini hanyalah memeluknya, meskipun hati sakit.
.
.
Eksistensi
Assasination Classroom (c) Matsui Yuusei
Pairing : Multi pairing
Genre : Romance, Drama
Rate : T
Warning : FutureAU!, OOC, Typo(s), Tidak berpedoman pada EYD yang benar, nganu, dll.
.
.
Happy Reading!
…
"Kecelakaan?"
Sementara sosok yang lebih pendek darinya hanya bisa mengangguk sambil menghapus air mata yang sudah beranak sungai di pipi imutnya.
"Ibuku baru saja mengabariku jika Maehara terkena kecelakaan dini hari tadi."
Ia berusaha berpikir positif dengan semua ini tapi tetap saja tidak bisa. Bagaimanapun Maehara dan Isogai sudah bersahabat sejak lama, dan Asano tidak suka akan fakta itu.
"Lalu kau ingin menemuinya?"
"Ya."
"Berapa lama?"
"Seminggu."
Isogai menatap takut-takut sosok di depannya. Berusaha mendapat restu dari seorang Asano Gakushuu itu bukan perkara mudah. Terlebih jika dia suamimu sendiri.
Apalagi ini menyangkut orang yang pernah menjadi 'penganggu' rumah tangga mereka.
"Baiklah, kali ini kuizinkan. Aku tidak tahan melihat wajah menangismu tahu." Asano berusaha menyingkirkan egonya terlebih dahulu, jika ia berada di posisi Isogai tentunya ia akan meminta hal serupa.
Seketika tangan kurus Isogai melingkar di bahu Asano tanpa pemberitahuan, "O-Oi!" sedangkan laki-laki yang memiliki antena lucu itu hanya bisa menangis bahagia.
"Terima kasih Asano! Aku senang sekali!"
Rona merah muncul di kedua pipi Asano saat Isogai tiba-tiba memeluknya, selang detik berikutnya ia tersadar akan suatu hal penting yang ia lupakan.
Isogai Yuuma tidak akan pernah melihatnya.
-o.O.o-
..
Ting nong!
Ting nong!
Suara bel yang ditekan berulang-ulang sukses mengusik ketentraman yang dirasa oleh sesosok pria yang sedang menikmati waktu tidur siangnya.
"Hngghh..? Siapa sih yang bertamu siang bolong begini?"
Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, akhirnya ia beranjak dari kasur kesayangannya dan melangkahkan kaki menuju pintu.
Derit pintu mulai terdengar, dan ia tidak menyangka dengan sosok yang saat ini berada di depannya. Surai merahnya bergoyang seiring dengan pergerakan angin.
Bibirnya terangkat mengulas senyum meremehkan.
"Selamat siang, Asano-kun."
Akabane Karma tepat berada di depan rumah Asano dengan gagahnya.
.
.
.
"Mau apa kau?" Asano menatap sosok di depannya dengan sorot mata kesal, hey memangnya siapa yang tidak kesal jika dibangunkan saat sedang tertidur pulas?
"Tidak mempersilahkanku masuk dulu? Aku ini tamu loh~"
Baru saja ingin menjawab perkataan Karma, sosok surai merah itu dengan seenak jidat main masuk rumah orang tanpa permisi. Walaupun sebenarnya itu merupakan sebuah kebiasaan yang sudah lama ia terapkan jika berkunjung ke rumah kawannya itu.
"Akabane!"
"Kau masih kaku saja Asano-kun, kita sudah berteman kurang lebih setengah dasawarsa tahu." Sambil berkata demikian Karma melangkahkan kaki menuju dapur dan mengambil beberapa cemilan.
"Aku tidak menganggapmu teman." Sementara perkataan Asano diabaikan oleh Karma yang malah asyik makan cemilan dan duduk di sofa sambil menonton acara TV favoritnya.
"Hmm... kalau kita bukan teman berarti kita—"
"Aku juga tidak menganggapmu sahabat."
Setelah itu selera makan Karma mendadak hilang karena perkataan Asano yang menurutnya lucu. "Hahaha kaku sekali dirimu~" Sementara Asano memilih diam dan akhirnya ikut duduk di samping Karma.
Ada yang sedikit janggal di penglihatan Karma saat ia datang kemari.
"Mana Isogai?"
"Pergi."
"Ohhh jadi daritadi sensi gara-gara ditinggal istri ya?"
"Berisik."
Karma lagi-lagi hanya bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi kecut Asano. Yah, ia memang benar-benar pintar untuk menyulut emosi kawan jingganya itu.
"Asano-kun."
"Hmm?"
Sejenak ia nampak berpikir, dan akhirnya keputusannya sudah bulat untuk berucap. "Apa Isogai—"
"Ya." Asano sudah sangat paham apa yang akan ditanyakan oleh Karma.
"Ck, paling tidak dengar omongan orang sampai selesai dong… Jadi, Isogai menemui pria itu lagi?"
"Hmm."
Dari pandangannya pun siapapun tahu jika Asano tidak rela jika istrinya pergi menemui sahabat masa kecilnya itu.
"Kenapa kau tidak melarangnya?"
"Dia bilang Maehara Hiroto itu terkena kecelakaan dini hari tadi."
"Lalu kau percaya begitu saja?"
Asano terdiam, selanjutnya ia mengalihkan pandangannya dari acara TV yang menurutnya tidak menarik itu ke dalam dua iris mercury di sampingnya.
"Tidak."
-o.O.o-
..
Seiring derap langkah berjalan, antena yang berada di atas kepalanya tertiup angin dan menghasilkan gerakan yang sedikit lucu. Tapi sayangnya dia bukan teletabis.
"Aku jadi merasa bersalah pada Asano." Gumamnya entah pada siapa.
Sejak awal pernikahan mereka memang bukan kehendaknya, itu adalah pernikahan yang terencana. Sebelum berganti nama menjadi 'Asano' si pemilik mata emas itu sebenarnya sudah memiliki kekasih di kampung halamannya.
Pemuda itu adalah Maehara Hiroto.
..
Flashback
Suara tangisan bernada pilu terdengar di ruangan yang berukuran tidak terlalu besar, ditambah dengan kurangnya penerangan di ruangan tersebut membuat siapapun berpikir yang tidak-tidak.
Salah.
Kalian salah jika menilai itu merupakan ruang eksekusi atau prostitusi.
"Maehara…"
Suara serak bernada pilu keluar dari bibir lelaki yang memiliki kedua antena lucu diatas kepalanya. Tepat di pangkuannya sesosok lelaki yang memiliki surai kecoklatan tengah terbaring lemah dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya.
"…Menikahlah…uhuk—dengan.. Asano.."
Mendengar pernyataan itu keluar dari sosok yang berada di bawahnya kontan membuat hati Isogai semakin sakit.
"Tidak! Aku tidak ingin menikahinya Maehara!"
"Tapi—"
"Aku... Aku hanya mencintaimu.."
Dibelai pipi Isogai oleh pemuda yang berada di pangkuannya, "Aku tahu.." setelahnya air mata kembali mengalir dari pelupuk matanya.
Terkadang dunia ini tak adil.
Jika seseorang memiliki uang berlebih maka ia yang akan menjadi penguasa, Orang yang memilki status lebih tinggi seenaknya menindas yang lemah, dan anehnya hukum yang dijadikan alat untuk penegak keadilan pun dapat dijual-beli.
Belakangan ini Isogai mengetahui fakta bahwa sang ibu diam-diam bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Asano.
Hanya karena tidak sengaja menumpahkan saos pada tuan muda Asano—Ia terpaksa harus mengorbankan anak sulungnya untuk menikah dengan Asano Gakushuu sebagai bayarannya.
Sebenarnya itu hanyalah sebuah kedok dan Isogai tahu akan hal itu.
Semenjak SMP Asano sudah lama menyukai dirinya dan berniat menjadikannya kekasih, tapi perlu diingat bahwa hak kepemilikan Isogai Yuuma telah jatuh kepada pemuda yang memiliki julukan Cassanova sejak SMP itu.
Baik dulu hingga sekarang.
Ah perlu diketahui juga, penyebab Maehara sampai babak belur seperti itu karena dihabisi oleh orang suruhan Asano. Yah, Asano tidak suka jika calon istrinya itu masih berhubungan dengan kekasihnya.
"Maehara… maaf.. seharusnya kau tidak perlu mengalami hal ini.." Sementara Maehara hanya bisa menatap jauh ke dalam iris emas Isogai yang sarat akan kebulatan tekad.
"Aku akan menikahi Asano Gakushuu."
Isogai sendiri merasa jika permainan takdir perlahan akan merenggut kebahagiaannya. Meski berat ia harus menjalaninya.
Sebelum segala yang berarti untuknya akan sirna.
…
JIka mengingat kenangan itu rasanya Isogai benar-benar ingin kembali saja ke kampung halamannya.
Bukan.
Bukan karena selama ini Asano suka menyiksanya atau apapun itu, malahan orang yang bersangkutan sangat menyayanginya.
Ia hanya tidak tega untuk membohongi Asano lebih dari ini. Sesungguhnya Isogai memiliki sedikit hati untuknya, sebenci apapun kau pada musuhmu jika ia memperlakukanmu seperti raja perlahan dinding kebencian itu akan terkikis bukan?
Selama ini ia dengan mudahnya selalu mengatakan 'Aku sangat mencintaimu, Asano.' Dengan segala tipu daya tersebut, Asano yang sedanng dimabuk cinta seketika percaya dan tidak menaruh curiga. Yah, sepertinya ia harus berterima kasih kepada Bitch-sensei karena telah mengajarkan cara merayu saat ia menduduki kelas 3-E dulu.
Tapi pada dasarnya menjalani kehidupan yang dikategorikan sangat mewah dengan seorang Asano Gakushuu itu tidak lantas membuatnya bahagia.
Oh ayolah dia meninggalkan seorang kekasih di kampung halamannya, bahkan statusnya lagi digantungin sekarang.
Dibilang pacaran enggak, diputusin enggak.
Sementara jika dari sisi Asano.. sebenarnya Isogai sangat Ingin meminta cerai darinya, tapi ia takut sosok yang bersangkutan nanti malah depresi dan ujungnya bunuh diri.
Jadi intinya Isogai itu sebenarnya serba salah.
.
.
Tanpa sadar ujung kakinya tepat berdiri di depan sebuah rumah bertuliskan "Maehara" di pintu masuknya. Perlahan ia menghela napas panjang agar menenangkan perasaannya yang berkecamuk.
Tidak bertemu dalam jangka waktu 6 bulan tentu membuat siapapun akan sedikit gugup bukan? Terlebih jika kau akan menemui kekasihmu sendiri.
Setelah memantapkan hati, akhirnya Isogai mengetuk pintu berpoleskan cat putih itu dengan perasaan gugup.
Tok!
Tok!
"Maehara!"
Tidak ada panggilan.
"Maehara!"
Tidak ada panggilan lagi.
"MAEHARA!"
"Berisik."
Sontak setelah mendengar suara yang terasa familiar dari arah belakang, segera ia alihkan pandangannya.
"Jangan berteriak di depan rumah orang dong."
Rambut model belah tengah dengan warna kecoklatan, manik mata tajam namun cantik, serta rahang tegas yang memperindah wajahnya, dan sepertinya ia bertambah tinggi sekitar 2-3 cm.
Isogai langsung dapat mengenali siapa orang itu.
"M-Mae...ha..ra..?"
"Fuh, tampangmu lucu sekali Isogai."
Segera ia berhambur ke pelukan Maehara dalam hitungan beberapa detik saja.
"Okaeri, Yuuma."
-o.O.o-
…
Kembali lagi ke kediaman mewah Asano.
Saat ini telah terjadi acara tatap-menatap intens yang dilancarkan oleh kedua pemuda yang memiliki surai dengan warna berbeda. Si rambut merah mendadak jadi canggung sendiri ditatap sedemikian rupa oleh iris violet Asano, perlahan ia mengalihkan pandangannya ke arah TV yang menjadi saksi bisu pertemuan mereka.
"Kalau tidak percaya kenapa membiarkannya pergi?"
Sementara itu Asano bingung harus menjawab pertanyaan sahabat merahnya itu, "Aku tidak tahu." Dan akhirnya dia hanya berucap demikian.
"Orang aneh."
"….."
Pria bersurai jingga itu sebenarnya tidak tahu mengapa ia seenaknya membiarkan Isogai pergi, padahal jelas-jelas ia membohonginya dan Asano tidak bodoh akan hal itu.
Mungkin karena cinta?
Bisa jadi.
"Bagaimana jika aku menggantikan posisi istrimu selama seminggu?"
Kontan pernyataan yang lebih seperti penawaran dari Karma membuat Asano terbelalak kaget, "HAAAAH!?" sementara Karma hanya memasang cengiran khasnya, "Jangan berpikir yang tidak-tidak, Ba-ka~"
"KAU—"
"Sebenarnya aku jarang menawarkan diri untuk menemani seseorang. Yah, tapi karena kau itu sahabatku maka tidak apa lah." Ucap karma bernada (pura-pura) bosan.
"Aku tidak perlu orang sepertimu."
"Maaf deh jika aku tidak berguna seperti istrimu itu."
"Bukan, maksudku—"
"Iya iya aku paham, yah itu terserah padamu sih mengizinkanku menginap disini atau tidak."
Asano nampak menimang keputusannya sejenak, jika Karma menemaninya selama seminggu ke depan… entahlah masih terlihat abu-abu di penglihatannya.
Tapi daripada sendirian di rumah lebih baik jika Karma menjadi teman ngobrolnya, walaupun ia yakin obrolan itu akan lebih banyak terisi kata-kata sarkas sih.
"Baiklah, kemasi barang-barangmu untuk seminggu nanti Akabane."
"Hmm? Untuk apa? Aku bisa meminjam bajumu kan?"
Mendengar hal itu Asano jadi agak salah tingkah, "Jangan bertindak bodoh!" Karma lagi-lagi hanya bisa tertawa karena berhasil mengerjai sahabatnya yang agak tsun itu.
"Oh satu hal yang perlu diingat olehmu Asano-kun, aku tidak bisa memasak. Kalau begitu aku pulang dulu ya~"
Setelah itu suara pintu tertutup pun terdengar, seiring dengan itu Asano jadi agak menyesal menyetujui jika Karma akan tinggal bersamanya selama seminggu ke depan.
-o.O.o-
…
Di sebuah ruangan berukuran minimalis, seorang pemuda bersurai kecoklatan tengah menatap pria yang memiliki antena lucu di depannya. Dari sorot matanya dapat disimpulkan jika ia tengah bingung.
"Jadi.. ada apa kau mendadak menemuiku Isogai?"
"Panggil namaku."
"Baiklah, Yuuma."
Mendengar namanya disebut oleh pemuda yang notabene adalah kekasihnya itu perlahan senyum mereka h di wajahnya.
"Aku senang kau memanggilku seperti itu." sementara Maehara hanya bisa menyunggingkan senyum tipis, "Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Ah itu—"
Perlahan Maehara mendekati Isogai yang baru saja ingin menjawab, namun perkataan itu harus berhenti karena bibirnya dibungkam oleh bibir Maehara.
"—Hmph!"
Isogai yang kaget mau tidak mau langsung menghentikan aktivitas pertautan bibir mereka tersebut.
"Jangan langsung menciumku Maehara!"
"Aku rindu rasa bibirmu Isogai."
"Sudah kubilang—"
"Kalau kau ingin aku memanggil namamu, maka kau harus melakukannya juga." Perlahan Maehara kembali mendekati Isogai, namun kali ini ke arah kuping.
"Panggil namaku, Yuuma."
Sensasi aneh perlahan menjalar seiring Isogai mendengar suara Maehara yang tepat berucap di telinganya, "H-Hiroto.."
"Kurasa Hiro terdengar lebih cocok, Yuuma."
Setelah itu bibir mereka kembali bertautan—dan kali ini Isogai membiarkan Maehara kembali menciumnya.
.
.
-To Be Continued-
A/N : Akhirnya mencoba nyumbang MC juga disini haha (lalu menangisi mc yang belom kelar di fandom sebelah). Awalnya ini pengen dibikin oneshot, tapi kalo diliat dari plotnya… kayaknya bisa dikembangin jadi MC deh /maso kamu o)—(
Kemungkinan genre atau ratingnya bisa berubah seiring berjalannya chapter, buat yang puasa disaranin baca kalo udah buka aja ya semisal fik ini nantinya berubah rating /kemudian digampar.
Diusahakan update tiap 4 hari sekali (kalo inget) atau engga seminggu sekali (kalo ga lupa) /sama aja-_-
Yap, sekian dariku~
Mind to RnR?^^
