.
Wake Up Call in Saturday (Hui x E'Dawn)
BlueBerry's Random Fic
Don't Like, Don't Read
.
Hyojong menyukai hari libur di penghujung pekan, sebagaimana dia menyukai ranjang nyaman di ruang sewanya setelah menyelesaikan kegiatan harian yang melelahkan. Walau tidak berkeinginan menjadi peringkat satu yang dijadikan teladan bagi orang lain, setidaknya Hyojong ingin melakukan kegiatan kuliahnya dengan baik. Hyojong bangun dan mempersiapkan diri dengan terburu, sesekali melewatkan sarapan sekalipun hanya satu lembar roti selai, merutuki pengemudi kendaraan umum yang membuatnya bisa saja terlambat, juga serangkaian kegiatan di Kampus yang membuat harinya menjadi lebih berat –dan sesekali menjadi lebih ringan-.
Penghujung pekan adalah saat dimana hari menjadi jauh lebih ringan, hari dimana Hyojong tidak perlu menemui berbagai hal menyebalkan yang membuat kepalanya berat. Suara derai lembut dari air langit yang membentur jendela ruangannya seperti nyanyian indah yang membuat Hyojong mengurung keinginan beranjak dari tempat tidurnya, menggumam betapa indahnya akhir pekan yang menenangkan seperti ini. Hingga deringan ponsel yang kencang memaksa Hyojong untuk mengeluarkan tangan dari balik selimut tebal, mengulurkan tangan ke atas meja di sisi tempat tidurnya dan meraih benda tipis dengan bentuk persegi panjang.
Nama 'Hwitaek' terdengar dari umpatan samar yang dilontarkan Hyojong, menjadi kalimat kedua yang keluar dari bibirnya setelah memuji betapa indah nyanyian hujan di luar. Jemarinya menarik ikon hijau untuk menerima panggilan, mendekatkan ponsel pada telinganya tanpa mengubah posisi tidur yang dia rasa begitu nyaman . . .
"Selamat pagi, Sayang. Apa kau tidur dengan nyenyak, semalam?" Mata Hyojong yang sebelumnya rapat menjadi terbuka, tidak begitu bulat namun begitu lebar untuk mata sipitnya yang masih lengket karena baru kembali dari Pulau Impian
"Hwitaek, kau keracunan?" Sapaan paling 'manis' diberikan oleh Hyojong sebagai pembuka dari morning call mereka, membuat Hwitaek tersedak oleh ludahnya sendiri, tentu si Lee tidak mengharap balasan semacam itu dari Kim Kesayangan nya. Fiuh, untung sayang
"Aku hanya sedang ingin mencoba panggilan baru, Hyojong-ah" Balas Hwitaek dengan senyum kesan canggung yang tidak mungkin dilihat oleh Hyojong, Hyojong sendiri tengah mengangguk sok paham dan berhenti saat menyadari bahwa Hwitaek tidak melihat anggukannya
"Oh~" Hanya satu kata diucap dengan memainkan nada yang menjadi balasan Hyojong, menjadi penanda dia tidak begitu peduli dengan ucapan Hwitaek
"Aku sangat mengganggu istirahatmu ya, Hyojong-ah?" Tanya Hwitaek dengan nada pelan, tentu merasa bersalah karena dia sudah mengganggu waktu istirahat Hyojong yang berharga. Walaupun, dirinya memiliki kesibukan yang berbeda dari Hyojong, tapi Hyojong sering menceritakan kesibukan sebagai mahasiswa dan betapa Hyojong menyukai hari libur sebagai waktu istirahat
"Hm" Balasan ringan tanpa arti dari Hyojong yang disimpulkan Hwitaek sebagai 'iya', bibir si Lee membentuk senyum tipis yang menyedihkan kalau dilihat orang lain. Tentu Hyojong bukan diantara orang yang melihat senyuman itu, apalagi mata sipit si Kim kembali merapat
"Kau menanyakan hal yang aneh, Hwitaek. Kau adalah orang yang memiliki kesibukan lebih daripada kesibukanku, jadi seharusnya kau yang terganggu istirahatnya karena menghubungiku" Lanjut Hyojong seraya mengerjap perlahan, mengumpulkan kesadaran selagi mengubah posisinya menjadi duduk
"Bukan masalah, kalau aku yang harus melakukan sesuatu. Aku bisa melakukan banyak hal untukmu" Kata Hwitaek dengan senyuman tampan, membuat Hyojong mendecak sebal. Ingatkan dia untuk menarik telinga Wooseok karena sudah mengajarkan hal tidak jelas pada Hwitaek-nya
"Serius, aku pikir Hongseok memasukkan sesuatu pada makananmu" Rengut Hyojong, tidak biasa mendengar Hwitaek melontarkan gombalan. Walau, bukan hanya sekali atau dua kali Hwitaek berusaha melontarkan kata manis padanya, Hyojong selalu merespon dengan pandangan 'hei-apa-kau-sakit?' dan dibalas tawa canggung Hwitaek
"Hanya melakukan morning call denganmu sudah membuatku merasa lebih baik" Tawa Hwitaek lolos dari bibirnya sewaktu Hyojong berakting seolah dia muntah karena perkataan gombal Hwitaek, satu contoh gombalan dari buku gombal yang sempat dilihatnya dari jajaran buku berbahasa Korea milik Yanan –Hwitaek masih tidak tahu kenapa Yanan memiliki buku itu-
"Tapi, kau tidak memiliki pekerjaan penting hari ini kan? Kalau kau memiliki pekerjaan sekitar satu jam lagi, lebih baik kau menggunakan waktumu untuk beristirahat" Hyojong bukan tipe orang yang cerewet seperti pedagang pasar sebenarnya, tapi ada saat dimana Hyojong menjadi begitu cerewet. Dan, Hwitaek senang bisa menjadi satu diantara alasan kecerewetan Hyojong
"Aku tidak memiliki pekerjaan penting hari ini, jadi aku bisa tidur selama satu hari penuh setelah menyelesaikan panggilan denganmu" Jawab Hwitaek dengan tenang, tangannya melebarkan tirai yang meloloskan sinar hangat matahari pagi pada sisi kamar
"Kau harus menggunakan waktu libur dengan baik, tidurlah lebih banyak dan makanlah makanan sungguhan" Ujar Hyojong selagi mengusap sisi mata, mengomentari dalam hati bahwa hujan di pagi hari libur sungguh membuatnya tidak ingin beranjak dari tempat tidur
"Hamburger dari restoran cepat saji itu makanan sungguhan, bukan properti busa yang diberi cat warna" Bibir Hwitaek melengkung dan melontarkan tawa kecil, sementara Hyojong mendengus sebal
"Jangan terlalu sering memakan makanan seperti itu. Kau harus memakan makanan sungguhan seperti nasi dengan sayuran rebus, sayur pedas, atau daging asam manis. Pokoknya, makanan yang dimasak dengan benar, bukan hanya makanan asal jadi seperti itu" Kaki Hyojong menapak pada lantai dan beranjak menuju dapur untuk membuat sarapan sederhana, membuka laci atas dan menemukan sekitar belasan cangkir mi instan
"Coba lihat siapa yang mengatakan padaku, untuk mengunyah makanan yang dimasak dengan benar. Aku bertaruh sepuluh ribu won, bahwa kau ingin mengambil cangkir mi instan untuk sarapan pagi ini" Perkataan Hwitaek menghentikan gerakan tangan Hyojong, membuat Hyojong kembali menutup laci atas dengan keras
"Datang ke Seoul, dan ambil sepuluh ribu won dariku karena kau benar" Nada sebal dalam ujar Hyojong membuat Hwitaek melontarkan tawa, perlahan membuat Hyojong lupa dengan rasa sebal dan turut melengkungkan senyum di wajahnya
"Tunggu saja, aku akan datang ke Seoul dan menagih sepuluh ribu won darimu" Balas Hwitaek selagi menyandarkan tubuh pada kepala tempat tidur, mengistirahatkan punggung yang semalaman berjaga dengan tegak karena dia mengerjakan tugas dari cabang perusahaan milik keluarganya. Hari ini memang hari libur dan Hwitaek tidak perlu mengerjakan tugas dengan terburu, tapi Hwitaek ingin menyelesaikan banyak tugas agar bisa beristirahat secara penuh dan segera kembali ke Seoul
"Kau pergi ke Incheon untuk mempelajari bagaimana mendapat banyak uang dari mengurus perusahaan, lalu kau ingin datang ke Seoul untuk menagih sepuluh ribu won padaku? Kau ini pengusaha sejati" Lontar Hyojong yang membuat Hwitaek melontarkan tawa tipis, tawa ringan tanpa beban yang tidak sering didengar oleh rekan kerjanya karena Hwitaek lebih sering memasangkan senyum formal dalam urusan kerjanya
"Hm, begitulah. Jadi, kau harus bangga memiliki Kekasih sepertiku" Kata Hwitaek dengan tingkat percaya diri yang membuat Hyojong menggelengkan kepala, mendecak malas seolah bosan mendengar kata seperti itu
"Aku akan merasa bangga memiliki Kekasih sepertimu, kalau kau bisa datang ke Seoul dan berjalan santai denganku pekan depan" Ujar Hyojong dengan santai, bukan nada sendu yang memiliki arti 'aku rindu padamu, kapan kau bisa datang ke Seoul?'. Hyojong bukan tengah merengek untuk mendapat banyak waktu bersama Kekasih yang sibuk, dia lebih seperti menantang pada Hwitaek yang ingin dibanggakan Kekasih Hyojong
"Kau akan merasa sangat bangga memiliki Kekasih sepertiku, dan aku juga akan menagih sepuluh ribu won tadi. Tunggu saja, Sayangku" Panggilan Hwitaek pada bagian akhir membuat Hyojong kembali mengernyit tidak nyaman, mengabaikan ini mungkin sudah ratusan kali Hwitaek ingin memanggilnya dengan panggilan manis sedari mereka memulai hubungan satu tahun lalu
"Hm, makan dan istirahatlah dengan baik agar aku bisa membanggakanmu sebagai Kekasihku saat kau datang ke Seoul. Sampai jumpa" Hyojong menyelesaikan panggilan dan memutuskan untuk kembali melanjutkan tidur, hampir melabuhkan diri pada pulau impian saat dering bel terdengar dari bagian depan rumah susunnya. Changgu menawarkan sarapan bersama dengan menu masakan yang dibuatnya, bukan menu handalan ala masakan restoran, tapi setidaknya makanan yang dimasak dengan benar bukan hanya asal jadi.
Pada tempat yang berbeda, Hwitaek tidak mempermasalahkan Hyojong yang memutus sambungan begitu saja dan memilih membaringkan diri pada tempat tidur, ingin melabuhkan diri pada pulau impian yang tidak dikunjunginya dengan benar sedari dua hari yang lalu. Sosok Hyojong yang berjalan santai di sisinya dalam mimpi, mengembangkan senyuman dalam istirahat Hwitaek.
.
Ini adalah akhir pekan lainnya, hari dimana Hyojong baru merampungkan tugas pada pukul tiga dini hari dan terus merapatkan mata tanpa peduli dengan matahari yang semakin terik di luar jendela kamar. Ponsel Hyojong berada di tas dengan mode sunyi, sengaja dipasang oleh Hyojong agar tidak mengganggunya saat mengerjakan tugas. Beberapa panggilan atau pesan masuk terabaikan, lagipula beberapa diantaranya memang tidak begitu penting karena hanya berisi obrolan tidak jelas diantara teman-temannya. Jam menunjukkan pukul sebelas lebih empat puluh enam menit, saat Hyojong mulai membuka mata dan meraih tas yang diletak sembarang di bawah tempat tidur.
Hyojong hanya membaca beberapa pesan dengan acuh, membalas singkat pada Changgu yang berkata tidak bisa makan bersamanya karena memiliki jadwal kencan dengan Kekasihnya (teman lama yang bisa dia temui setiap hari tentu kalah dengan Kekasih Hubungan Jarak Jauh asal Tiongkok, jadi Hyojong tidak melontarkan protes atau semacamnya). Pesan paling akhir yang dibuka oleh Hyojong adalah pesan dari Hwitaek, menyuruhnya untuk mendengar pesan suara yang dia tinggalkan karena Hyojong tidak menerima beberapa panggilan darinya. Hyojong membuka kotak pesan selagi berjalan ke kamar mandi, membasuh wajah dan menyikat gigi dengan seadanya.
Sama dengan biasanya, suara Hwitaek menjadi suara makhluk hidup pertama yang Hyojong dengar pada bangun pertama di akhir pekan. Hanya saja, ini bukan panggilan pagi yang biasa dilakukan oleh Hwitaek (seharusnya begitu, tapi Hyojong terlalu nyaman dengan tidurnya hingga tidak menyadari panggilan Hwitaek) . . .
["Hei, Hyojong-ah. Ini sudah pukul delapan pagi, dan kau masih nyaman dengan bantal juga ranjang nyaman milikmu. Tentu kau tidur begitu larut hingga waktu ini masih terasa begitu pagi bagimu, jadi istirahat saja dengan nyaman. Aku akan menghubungimu, beberapa saat lagi"] Pesan suara pertama selesai, begitupun Hyojong yang masih menyikat deretan giginya dengan bentuk bulat
["Ini sudah pukul sembilan pagi, Hyojong-ah. Panggilanku seharusnya membangunkanmu dari tidur nyamanmu, dan lagi aku tidak masalah untuk menemukan kantung mata menghitam karena kau sering tidur larut untuk mengerjakan tugas. Ah, kudengar makan apel di pagi hari sangat baik, jadi kau harus mengambil setidaknya satu gigit apel. Aku masih menunggumu bangun, Sayang"] Hyojong sempat melirik pada ponsel yang diletak pada sisi kering wastafel, mengambil gelas dengan isi air bening dan melanjutkan dengan obat kumur
["Kau sudah terbangun, dan sedang membersihkan diri? Aku berharap, aku bisa membantumu mengambil handuk dan mengeringkan wajah. Ayolah bangun dan hubungi aku, pemandangan Seoul jadi sangat membosankan karena kau tidak ada disini. Sayang, ini menjadi akhir pekan yang sia-sia kalau aku hanya duduk di kafe dan meminum latte sendirian"] Acuh pada panggilan 'sayang' yang belum bisa diterimanya, Hyojong menghentikan gerakan untuk mengeringkan wajah dan menaruh handuk pada tempat handuk seadanya. Dia meraih ponsel di sisi wastafel dan melangkah dengan terburu, pijakan langkahnya begitu keras pada tangga darurat yang hening
"Sialan kau, Lee Hwi Taek. Kau membuatku olahraga begitu pagi" Perkataan yang dilontarkan Hyojong sewaktu berhenti di hadapan Hwitaek dengan nafas terengah, sempat membuat Hwitaek tersedak dengan minuman mahalnya yang dipesan hampir satu jam lalu
"Kantung matamu menghitam, tapi itu masih terlihat menarik bagiku. Selamat pagi, Hyojong-ah" Hwitaek menenggelamkan matanya dalam lengkungan senyum, bermaksud membuat Hyojong lupa dengan perasaan kesalnya. Lagipula, dia yang lebih wajar merasa kesal karena diacuhkan selama hampir empat jam, waktu yang lebih dari cukup untuk menyelesaikan perjalanan dari Incheon menuju Seoul dengan kereta cepat
"Pagi" Jelas bahwa Hyojong tidak mungkin mengaku senyuman Hwitaek memang membuatnya lupa dengan rasa kesalnya, tapi senyuman tipis di wajah Hyojong menandakan bahwa Hyojong menyukai pagi dari akhir pekannya saat ini. Lupakan tentang teman-teman yang mengisi kotak obrolan dengan percakapan tidak jelas, lupakan tentang Changgu yang pergi dan tidak memasak makanan sungguhan untuknya, lupakan tentang dirinya yang harus melakukan olahraga pagi sebelum sempat mengonsumsi sesuatu. Hal yang perlu dipikirkan saat ini, suara Hwitaek dalam panggilan paginya yang gagal juga sosok Hwitaek yang ditemuinya secara langsung pada akhir pekan ini.
.~~~KKEUT~~~.
Ini fanfic request chochopanda99 (SF81-9), terinspirasi dari Wake Up Call nya VROMANCE (tapi bukan songfic sih). Aku masih perkenalan sama couple couple di Pentagon, jadi maaf kalo kurang sesuai. Rencananya sih, ini mau jadi kumpulan fanfic dari grup lain yang ngga sering aku tulis (aku utamanya nulis BTS, SF9, NCT). Aku tahu masih banyak kekurangan dan kesalahan, jadi Oklahoma review ^v^
Untuk chapter berikutnya : antara KNK, UP10TION, atau ROMEO (plis, jangan bilang cuma aku yang suka sama mereka).
