Stay Alive

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

and others

Chanbaek /GS/

HAPPY READING

.

.

.

.

.

Byun Baekhyun...

Gadis cantik berbadan mungil yang memiliki kecerdasan diatas rata rata. Tentunya hal itu membuat bangga kedua orang tuanya. Mengingat orang tuanya...

"Ahh andaikan Appa dan Eomma disini, mereka pasti bangga kalau aku dapat nilau ujian tertinggi ... heumm ... ", mata Baekhyun berkaca kaca mengingat kejadian 3 tahun yang lalu.

"Baekhyun ayo bangun nak, ayo cepat bersiap kita akan berangkat ke jeju. Apa anak Eomma ini tidak ingat hari ini hari spesial." Ucap Byun Yoona dengan mengguncang badan anaknya yang masih terlelap.

Merasa ada pergerakan yang mengganggung tidurnya, perlahan Baekhyun mengerjapkan matanya.

"Hoaaammm... ada apa Eomma hoaamm... aku masih mengantuk sekali."

"Yaaakk Baekhyunnie, hari ini ulang tahunmu sayang apa kau tidak ingat?"

Dengan setengah sadar, perkataan ibunya berputar di kepalanya. Ulang tahun... ulang tahun ... ulang tahun. Mata pupy Baekhyun langsung terbelalak lebar

"ASTAGAA EOMMA INI HARI ULANG TAHUN KU... MENGAPA AKU BANGUN KESIANGAN AISSHH... SEHARUSNYA AKU SUDAH SIAP DAN CANTIK DENGAN GAUN KU SEKARANG... KENAPA EOMMA TIDAK MEMBANGUNKANKU."

Baekhyun melompat dari tempat tidur dan berjalan kearah lemari di depan ranjangnya.

Yoona menghela nafas "Sayang, Eomma sudah membangunkanmu dari tadi tapi sepertinya kau memilih melanjutkan tidurmu daripada bersiap di hari ulang tahun mu."

"Nneee... nneee Eomma maaf yaa, Baekkie lupa kalau hari ini Appa dan Eomma mengajak Baekkie ke Jeju untuk merayakan ulang tahun Baekkie."

"Tidak apa apa sayang, cepat bersiaplah Eomma dan Appa menunggu di bawah."

"Nnee Eomma..." Ucap Baekhyun tak lupa dengan senyum manis sampai matanya membentuk bulan sabit.

Di perjalanan menuju ke bandara, Baekhyun terus melemparkan lelucon yang membuat Appa dan Eomma nya tertawa. Namun sewaktu Appa nya kehilangan kendali dalam menyetir, sebuah truk dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan tinggi

"APPA AWASSS!!!"

Yoona yang terkejut langsung memeluk Baekhyun hingga

"BRAAKKKKK!!"

Mobil yang dikendarai Baekhyun dan kedua orangtua nya terbalik, orang orang yang berada di sekitar tempat kejadian mulai menggerumbuli lokasi kejadian dan menolong Baekhyun karena posisi nya yang mudah untuk di tarik keluar.

Baekhyun merasakan sakit berlebih di kepalanya. Kepalanya berdenyut sakit, cairan merah kental merembes keluar dari sudut keningnya.

"Sshhh.. Aa ap pa ... Eom mma ..."

Tidak perduli dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, baik darah yang merembes di kepalanya maupun luka sobek akibat pecahan kaca di bagian-bagian tubuhnya. Baekhyun hanya memikirkan kedua orang tuanya di dalam mobil.

"Tolong siapapun, orang tuaku terjebak di dalam mobil hikss ... hikss ..."

Baekhyun tidak dapat membendung rasa khawatir nya, matanya mulai berair dan ia menangis sesenggukan.

Orang orang yang berkerumun di lokasi kejadian tidak berani mendekat kearah mobil, hingga seorang pria paruh baya berusaha mendekat kearah mobil namun

"DUUUAAARRRR."

Mobil itu meledak dan membakar seluruh isi di dalamnya.

"APPPAAAAA ... EOMMMAAA ..."

Seorang ahjumma yang berada di dekat Baekhyun berusaha menenangkan Baekhyun. Beberapa mobil polisi dan ambulance langsung memenuhi tempat kejadian.

Dunia Baekhyun serasa berhenti, suara ambulance dan mobil polisi memenuhi indera pendengarannya.

"Nak ... nak ... bisa kau dengar suaraku?"

Kepala Baekhyun semakin berdenyut nyeri, Baekhyun perlahan kehilangan kesadarannya. Mata puppy nya yang berair perlahan terpejam.

"Appa ... Eomma ..."

.

.

.

.

"Baekhyun ... Baekhyun.. kau kenapa?"

Luhan khawatir melihat Baekhyun yang menangis sesenggukan dengan mata terpejam.

"A a aku rindu Appa dan Eomma Lu." Baekhyun menangis sesenggukan.

Luhan memeluk Baekhyun, memngusap punggung sahabatnya itu dan berusaha menyalurkan ketenangan.

"Tenanglah Baek, orang tuamu sudah tenang di surga, mereka pasti bahagia sekarang karena kau dapat nilai ujian paling tinggi di Senior High School."

"Tapi aku merindukan mereka Lu, aku ingin mereka disini berbagi bahagia bersamaku hikss ... hikss ..."

"Sudahlah Baek, sekarang yang harus kau lakukan adalah fokus mengejar impian mu dan membahagiakan almarhum kedua orang tuamu."

"Terimakasih Lu, aku sangat bersyukur punya sahabat seperti dirimu" ucap Baekhyun dengan disusul Luhan yang ikut menangis.

Baekhyun sangat menyayangi Luhan, bahkan Baekhyun sudah menganggap Luhan sebagai eonni nya sendiri.

Semenjak 3 tahun lalu, Baekhyun berusaha hidup mandiri dan tidak ingin merepotkan saudara saudara nya yang membujuk Baekhyun untuk tinggal bersama mereka. Baekhyun memilih membeli rumah yang lebih sederhana dari rumah mewahnya yang sebelumnya ia tinggali bersama kedua orang tuanya. Warisan peninggalan kedua orang tuanya ia simpan untuk keperluan darurat saja. Baekhyun memilih bekerja paruh waktu di swalayan kecil di tengah kota daripada bergantung pada warisan kedua orangtuanya ataupun saudara saudaranya.

Byun Yunho, ayah Baekhyun merupakan pengusaha tekstil sukses yang cukup dikenal beberapa konglomerat di Korea. Sahabat karib ayahnya maupun rekan kerja ayahnya selalu menawarkan bantuan, namun gadis mungil bernama Baekhyun memang pekerja keras dan tidak putus asa. Bahkan ia pernah ditawari menjadi manager di sebuah restaurant mewah oleh rekan ayahnya, tetapi Baekhyun lebih memilih pekerjaan paruh waktunya. Memang benar gajinya tidak seberapa, tapi cukup untuk membayar persiapan kuliah dan memenuhi kebutuhan Baekhyun sehari hari.

.

.

.

.

Pagi yang cerah bagi kebanyakan orang, namun tidak untuk Chanyeol.

Lelaki jangkung tersebut melepas kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Menjadi seorang CEO muda di sebuah perusahaan terbesar di Korea membuat dirinya menjadi workaholic. Bahkan di umurnya yang ke 23 tahun ia masih belum memiliki kekasih.

Siapa yang meragukan seorang Park Chanyeol?

Muda, tampan, dan mapan.

Tentu saja Chanyeol tetaplah pria normal, namun ia tidak memiliki waktu hanya sekedar untuk berkencan. Chanyeol hanya berpikir jika suatu saat pasti ada waktunya untuk itu semua.

Chanyeol menghela nafas dan mengurut keningnya perlahan. Ia memejamkan mata sejenak, mungkin ia hanya butuh keluar berjalan jalan mencari udara segar daripada mengubur diri di ruang kerjanya yang sangat terlihat membosankan dengan tumpukan berkas berkas.

Cklek. Pintu terbuka menampilkan seorang pria berbadan tinggi tegap dan berkulit pucat.

"Tuan, 10 menit lagi jadwal meeting anda dan semua laporan sudah saya persiapkan."

"Batalkan saja meeting hari ini Sehun, aku hanya ingin berjalan jalan dan mendinginkan kepalaku sejenak."

"Oh iya Tuan, saya akan atur lagi jadwal meeting selanjutnya."

"Sehun, sudah kubilang kan jika hanya kita saja kau cukup memanggil ku hyung atau Chanyeol saja."

"Errrr ... Baiklah h-hyung ..."

"Bagus, aku pergi sebentar." Ucap pria jangkung itu dengan melenggang pergi.

Dua hari lagi Baekhyun akan menjadi mahasiswa di sebuah universitas ternama di Seoul. Itu semua berkat kerja kerasnya dalam belajar, hingga ia bisa masuk universitas yang diinginkan nya tsb melalui beasiswa.

Hari ini Baekhyun mengajak Luhan melihat pameran lukisan, Baekhyun sangat menyukai seni karena menurutnya semua seni mempunyai makna yang indah dan sebagai pengekspresian diri dalam sebuah karya. Gadis cantik itu sangat antusias menghadiri pameran tersebut, tapi Luhan juga tidak kalah antusias dari Baekhyun.

"Baek kau masih ingin melihat lihat bagian disini?"

"Iya lu, aku sangat menyukai lukisan lukisan di bagian sini." Ujar Baekhyun sembari menunjuk lukisan lukisan karya pelukis Perancis idola Baekhyun.

"Yasudah kau disini dulu, aku ingin ke bagian lukisan lukisan bunga itu."

Luhan menunjuk jejeran lukisan yang terpampang rapi di pojok kanan berhias tirai cantik tersebut, Baekhyun menganggukkan kepalanya tanda ia mengiyakan keinginan Luhan.

.

.

.

.

Ya, disinilah seorang Park Chanyeol mendinginkan isi kepalanya.

Di sebuah pameran lukisan di tengah kota.

Meskipun di cap sebagai workaholic, Chanyeol masih memiliki hobi yaitu megoleksi lukisan. Ia mulai berjalan mengitari isi pameran hingga

Brak.

"Aww shh ..."

Chanyeol melihat seorang gadis mungil tersungkur di lantai dengan tidak elitnya karena tertabrak punggung Chanyeol beberapa detik lalu. Chanyeol mengulurkan tangannya dan membantu gadis itu berdiri.

"Hey, kau tidak apa apa?" tanya Chanyeol dengan memperhatikan gadis itu dari atas ke bawah

"Ah tidak apa apa, maafkan aku ini salahku sendiri, aku tidak sengaja menabrak punggung anda."

Baekhyun meringis menyadari kebodohannya sembari menepuk nepuk bagian kemejanya yang kotor.

"Aku tidak bertanya hal itu, aku hanya ingin bertanya apakah kau baik baik saja?"

"Ahh i-iya, aku baik baik saja"

Baekhyun menatap lekat mata hitam kelam Chanyeol, membuat suatu getaran aneh dalam dirinya. Ia menatap lekat wajah Chanyeol, tampan pikirnya. Hidung mancung, rambut yang ditata keatas memperlihatkan jidat mulusnya, oh bagaimana bisa hanya dengan jidat bisa setampan itu? jangan lupakan bibir tebal penuh Chanyeol. Membuat siapapun ingin membawa pulang ciptaan tuhan satu ini, pahatan yang sempurna Baekhyun akui dalam setiap lekuk wajah Chanyeol.

"Hei, kenapa kau malah melamun?"

"Y ya? ohh tidak papa aku hanya sedikit linglung tadi." Baekhyun mengerjapkan matanya lucu

Sekali lagi Chanyeol menatap lekat gadis di depannya itu

Menarik dan menggemaskan. Batin Chanyeol tak lupa dengan sebuah senyum di wajahnya.

.

.

.

.

Hai chingu, maapkeun aku yang masih amatir nulis fanfict kaya gini ya. Semoga kalian suka baca, tungguin next chapter ya!!

see u!