Harusnya kita berjalan bersama
Harusnya kita bisa mempertahankan bersama
Harusnya kita bisa lebih terbuka
Harusnya kau jujur padaku tentang apapun itu
Harusnya, harusnya,harusnya
Harusnya aku tahu
Jika aku… tak pernah ada dihatimu
Sedari awal..
Aku tahu.. aku terluka sekarang ini. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Tiada cinta untukku dari dia yang kucinta. Cinta yang kujalani selama ini hanyalah cinta sepihak, baru aku sadari itu. Melihatnya bahagia dengan cintanya membuat hatiku sakit, sakit sekali. Apa boleh dikata, melepasnya mungkin pilihan yang terbaik. Toh, aku hanya mainan untuknya juga teman-temannya. Mereka yang kukira tulus berteman denganku ternyata.. menusuk dibelakangku.
Aku terus berlari tak tentu arah, menjauhi mereka yang sangat membuatku hancur dan terluka. Sungguh, aku telah dipermalukan. aku tak bisa menceritakan peristiwa itu namun percayalah peristiwa itu adalah peristiwa yang tidak ingin untuk aku kenang maupun aku ingat. Terhenti.. langkahku terhenti. Membawaku ke sebuah taman di tengah kota Tokyo, airmata tak berhenti bercucuran sangat deras mengalir. Orang-orang menatapku dengan aneh, aku tak peduli. Kulangkahkan kakiku ke bangku taman terdekat. Duduk dibangku dibawah pohon maple, menangis dan menangis yang bisa aku lakukan saat ini. Hancur sudah. Aku menyerah. Melepaskan pemuda brengsek yang tak ingin kudengar dan kusebut namanya. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa menundukkan kepala duduk terdiam, terus menangis. Membiarkan hujan membasahiku.
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : Typo dan belibet.
Saya orang baru yang butuh banyak masukan. Terimah kasih.
Waktu berlalu… langitpun menampilkan gradiasi merah ke orange-orange an. Terlihat indah memang namun tidak bagi seorang gadis yang terlihat acak-acak an di bawah pohon maple. Ia masih mematung disana, meratap miris nasibnya. Kejadian itu terulang lagi saat ini. Ketulusan yang selama ini ia cari dengan cara apapun itu hasilnya tetap sama. Tidak ada ketulusan yang ia dapat, membuatnya meragukan adanya ketulusan itu sendiri. Mengharuskannya untuk tidak lagi percaya kepada orang-orang sekitarnya maupun orang-orang yang baru dikenalnya. Gadis itu lelah dimanfaatkan. Percuma berbuat baik kalau tidak pernah mendapatkan kebaikan pula. Tidak maksud ingin mendapat balasan kebaikan hanya saja ingin dihargai. Itu saja.
Seorang pemuda berambut merah terlihat merenung sendiri dipojok ruangan. Saat ini ia tengah berkumpul dengan teman-temannya ditengah kesibukan mereka. Tidak tau kenapa hatinya diselimuti perasaan gelisah dan khawatir, memikirkan seseorang yang jauh ia tinggalkan. Biasanya tidak seperti ini tapi mengapa rasanya ia sangat ingin bertemu dengan seseorang disana, dirinya merasa telah terjadi sesuatu entah apa itu. Sekelabat bayangan masa lalu mampir dipikirannya membuatnya menegang, takut kejadiaan itu akan terulang kembali. Karena rasa khawatirnya saat ini sama seperti dulu, namun lebih besar sekarang.
Teman-teman pemuda itu bingung menatap teman seperjuangannya yang berbeda dari biasanya. Terlihat gurat takut dan khawatir diwajahnya seperti memikirkan sesuatu begitu menurut mereka. Salah satu dari mereka tidak tahan untuk bertanya, banyak pertanyaan diotak mereka sekarang.
" ada apa denganmu Sasori, un ?" pemuda yang memiliki rambut pirang panjang dengan poni menjuntai yang menutupi mata kiri dan setengah wajahnya. akhirnya mengajukan pertanyaan kepada orang yang cukup dekat dengannya diantara kedelapan sahabatnya yang lain.
Pemuda berambut merah bernama Sasori itu menoleh dari indahnya pemandangan malam kota Paris untuk melihat temannya yang bertanya tadi " hn ?" Deidara yang mendengar jawaban singkat itu hanya mendengus tak suka. Tanpa ada niatan untuk bertanya lagi.
" Sasori senpai kenapa, Tobi anak baik bertanya loh..? " Tanya pemuda berambut hitam jabrik yang terkenal paling berisik. Namun Sasori tak ada niat untuk menjawab. Lebih memilih untuk melangkah berjalan mendekati tempat duduk teman-temannya lalu duduk disalah satu tempat dekat pemuda bermata oniks gelap, bersurai hitam panjang yang diikat rendah. Cukup tampan dengan sedikit guratan diwajahnya. Yang sedari tadi juga memperhatikan temannya Sasori tanpa niat untuk betanya.
Sasori yang ditatap teman-temannya begitu intens dengan rasa keingintahuan yang besar hanya bisa menghela nafas. " ap…" belum selesai berbicara ponselnya berbunyi, diambilnnya ponsel dari saku celananya dan terlihat id caller tertera ponsel salah satu orang kepercayaannya dirumahnya di Tokyo. Mengernyit bingung lalu ia segera menerima panggilan tersebut.
"hn"
"…."
"apa..?
"…"
"aku akan pulang kesana malam ini, usahakan untuk membujuknya "
"…."
Setelah selesai bebicara dengan seseorang tadi, kini Sasori kembali mengutak atik kontak ponselnya mencari nomor seseorang yang bisa membantunya dalam keadaan darurat seperti ini.
" hallo, Yamato siapkan jet pribadi sekarang juga, aku akan kembali ke Tokyo "
" baik tuan"
Teman-temannya yang melihat Sasori buru buru dan gelisah hanya mengernyit bingung.
"tunggu Sasori, kau ini kenapa? Ada apa denganmu seperti buru buru dan gelisah, apa terjadi sesuatu?" Tanya pemuda berambut jabrik berwarna jingga mewakili teman temannya yang lain. Panggil saja dia Pain atau Yahiko. Ia mencegah Sasori yang hendak keluar ruangan dari tempat yang mereka tempati sekarang.
"aku akan ke Tokyo, ada sesuatu yang harus aku urus disana"
"kalau begitu pergilah Sasori, semoga lancar.." ucap satu satunya perempuan disana. Perempuan yang memiliki rambut pendek berwana ungu. ".. dan baik-baik saja "
"hn, aku pergi dulu"
Mereka semua menatap kepergian Sasori, meski tidak menjelaskan apa yang terjadi tapi apa boleh buat Sasori tidak menjawab.
Di dalam sebuah rumah sederhana, terdapat seorang perempuan yang memiliki rambut berwarna coklat bernama Ayame, ia sedang mondar mandir diruang tamu menunggu nona mudanya pulang. Tidak biasanya nona mudanya pulang terlambat seperti ini kalaupun iya, pasti nona mudanya itu selalu menyempatkan diri untuk mengabarinya. Sekarang masalahnya sudah hampir tengah malam namun nona mudanya belum juga pulang, ia sudah menghubungi pihak sekolah namun nona mudanya tidak ada disana dan pihak sekolah mengatakan nona mudanya meninggalkan sekolah saat waktu istirahat. Hal itu malah membuatnya semakin khawatir. Apa yang harus ia lakukan.
Kriet
Terdengar seseorang membuka pintu sehingga membuyarkan lamunan Ayame, segera saja Ayame belari menuju pintu masuk berharap itu nona mudanya.
"nona Sakura, apa yang terjadi nona?" dan ternyata benar. Nona mudanya yang datang tapi dia belum bisa bernafas lega setelah melihat keadaan nona mudanya yang terlihat sangat kacau dan berantakan.
"dingin"
"dingin nona, mari saya antar kekamar nona, sepertinya nona kehujanan"
Meskipun tak ada jawaban dari nona mudanya Ayame tetap membantu nona mudanya untuk menuju kekamar, mengganti seragam sekolah yang basah dan kotor lalu menyiapkan nona mudanya itu air hangat untuk membersihkan diri. Setelah membantu nonanya masuk kedalam kamar mandi juga memastikan nona mudanya mandi Ayame menuju ke dapur untuk membuatkan nona mudanya sup dan ocha hangat. Setelah selesai menyiapkan semuanya, Ayame menuju kekamar nona mudanya dengan membawa makanan dan minuman yang telah ia buat tadi. Ayame membuka kamar nona mudanya dan menemukan nona mudanya sedang berbaring bersandar ditempat tidur, menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong. Ada yang aneh dengan nona mudanya, begitu pikirnya.
"silahkan diminum teh ochanya nona, supaya tubuh anda hangat dan saya membuatkan sup untuk nona sakura"
" pergilah, aku ingin sendiri"
" tapi no.."
"pergilah Ayame, aku mohon"
Melihat wajah nona mudanya yang memohon seperti itu membuatnya tak bisa melakukan apa-apa selain menuruti perintah nona mudanya.
"saya taruh makanan dan minuman nya disini nona,saya permisi dulu" ucap Ayame sembari meletakkan makanan dan minuman nona mudanya diatas nakas dekat tempat tidur nonanya lalu pergi meninggalkan nona mudanya sendiri.
Setelah keluar dari ruangan nona mudanya, Ayame kemudian kembali kekamarnya sendiri meskipun rasa khawatir dengan keadaan nonanya membuatnya enggan untuk beranjak dari sana namun apa boleh buat seseuai perintah, ia harus pergi dari kamar nona mudanya. Ayame telah berbaring diranjangnya dan mencoba untuk tidur namun tetap tidak bisa. Pikirannya terus saja memikirkan nona mudanya sungguh, dia sangat khawatir dengan keadaan nona mudanya tersebut. Mengingatkannya akan kejadian beberapa tahun yang lalu.
Tanpa pikir panjang ia meraih handphonenya untuk menghubungi seseorang
"hn"
"tuan muda hari ini nona muda pulang dengan keadaan kacau dan kotor"
"Apa?"
" iya tuan, sekarang nona Sakura mengurung diri dikamar dan tidak mau makan, nona muda sangat kacau tuan. Apa yang harus saya lakukan tuan?"
"aku akan pulang kesana, usahakan untuk membujuknya makan"
"baik tuan"
Semoga tidak ada hal yang membuat nonanya kembali hancur seperti dulu, jangan lagi.. Ayame kemudian beranjak dari kamanya menju kamar nona mudanya. Dan apa yang telah ia lihat setelah memasuki kamar nonanya adalah tetap sama seperti saat ia meninggalkan ruangan ini. Kalau begitu ia hanya bisa berharap agar tuan mudanya segera sampai ke Tokyo.
Setalah menempuh perjalanan hampir selama kurang lebih 14 Jam akhirnya Sasori sampai juga ke Tokyo tanpa banyak pikir ia langsung menaiki mobil yang telah disiapkan Yamato sekretaris sekaligus orang kepercayaannya untuk segera pulang kerumah yang ditinggali adiknya dan melihat keadaan adiknya itu. Saat ini yang ada difikirannya hanya satu hal yaitu keadaan adiknya.
Terlihat enam orang pemuda dan enam orang pemudi sedang asyik membolos dikantin sekolah mereka. Melihat raut senang dan gembira di wajah mereka semua terlihat seperti sedang merayakan sesuatu.
"hari ini Sakura tidak masuk sekolah" Tanya pemuda klimis murah senyum kesemua orang yang ada disitu.
" kau benar, kenapa kau peduli ?. Biarkan saja. Biar tau rasa, aku sangat senang melihatnya menderita hahaha" jawab seorang perempuan pirang yang berada disamping pemuda klimis tadi sambil mengapit tangan pemuda itu. Dan disambut tawa yang lainnya menyetui pernyataan perempuan pirang itu.
"bukankah yang kemarin itu terlalu kejam, teme. Berhentilah mencium kekasihmu didepan kami" merasa terganggu dengan pertanyaan sahabatnnya membuatnya menghentikan aksinya dengan sang kekasih.
"aku tak peduli, sampah sepertinya tidaklah berguna. Dan lebih baik dibuang"
"benar Sasuke-kun, ayo kita lanjutkan lagi" tanpa merasa malu kedua orang berbeda gender melakukan aksinya kembali berciuman panas dan ganas didepan teman-temannya. Mereka semua yang melihat hanya bisa megelengkan kepala melihat kelakuan kedua orang itu.
"kejam sekali teme, kau memang brengsek"
Mereka kembali bersenang senang dengan tawa menggema dikantin tanpa tahu bahaya yang akan mereka hadapi kedepannya nanti. Kita lihat saja siapa yang kejam disini sebenarnya.
Terdengar suara deru suara mesin mobil didepan rumah, membuat Ayame menghentikan aktvitasnya didapur. Mungkin itu tuan mudanya. Sedikit berlari ia menuju pintu depan untuk membuka pintu untuk tuan mudanya.
" syukurlah tuan muda sudah sampai "
" hn, dimana Sakura ? "
" dikamarnya tuan"
Tanpa babibu lagi Sasori langsung menuju kamar adik kesayangannya. Ia sungguh khawatir dengan kondisi adiknya itu. Sesampai didepan pintu kamar Sakura, Sasori kemudian membuka pintu kamar adiknya lalu masuk kedalam kamar tersebut. Terlihat sang adik sedang meringkuk tidur dan makanan yang masih utuh disampingnya. Sasori mendekat lalu duduk disisi ranjang sang adik. Pucat itulah yang pertama kali Sasori lihat dari wajah sang adik, tangannya ia julurkan untuk memeriksa suhu tubuh adik kesayangannya dengan menyentuh dahi adiknya. panas, sangat panas itulah yang Sasori rasakan.
" Ayame.." teriaknya kemudian, tak berselang lama Ayame datang.
" cepat ambilkan baskom isi dengan air hangat dan handuk kecil lalu panggilkan dokter Ayame Sakura demam tinggi " ucap Sasori dengan nada khawatir yang kentara.
"baik"
Setelah Ayame keluar dari kamar sang adik, Sasori kembali menatap iba adiknya. Digenggamnya tangan sang adik seolah memberi kekuatan pada adiknya itu.
" ada apa dengan mu Saki ?"
"ja..nga a..ku mo..ho..n sa.. ..nga…n" igau sakura membuat sasori membelalakkan matanya, khawatir sekaligus bingung. Apa yang telah terjadi dengan adiknya, kenapa adiknya gelisah dalam tidurnya, menangis dalam tidurnya. Apa ada yang terlewatkan olehnya selama ini. Kalau benar terjadi sesuatu dengan adiknya dia benar bukan kakak yang baik untuk sang adik.
" ber..hen..ti. ak.u ..n. sa..kii.t" igauan Sakura menyadarkan Sasori dari lamunannya.
"tenanglah Saki, ada apa dengan denganmu.? Hei, tenanglah jangan menangis. Niichan disini menjagamu Saki" Sasori berusaha menenangkan Sakura dengan membelai rambut merah mudah adiknya. Cukup lama sampai kemudian Sakura kembali tidur dengan tenang. Tak berapa lama kemudian Ayame datang dengan membawa apa yang diperintahkan Sasori kepadanya tadi. Segera saja Sasori mengompres adiknya sambil menunggu dokter datang.
Setelah dokter datang , Sasori langsung menyuruh dokter tersebut untuk langsung memeriksa kondisi adiknya. Cukup lama dokter memeriksa keadaan Sakura didalam kamar Sakura sementara Sasori menunggu diluar. Kemudian dokter keluar dari kamar Sakura lalu menghampiri Sasori yang juga mengahmpiri dokter tersebut.
" dia mengalami beban yang cukup berat, ada beberapa luka lebam di sekitar wajah, tangan dan kakinya. Jangan membuatnya banyak fikiran. Ini resep obat penghilang lebam dan vitamin silahkan ditebus. Saya permisi dulu"
Rahang Sasori mengeras mendengar ucapan dokter yang memeriksa adiknya. Ia tidak tahu kalau adiknya memiliki luka lebam dan Sasori sungguh menyesali itu. Seberapa besar beban adiknya dan siapa yang telah melukai adiknya. Siapapun itu ia tidak akan bisa memaafkannya. Tangan Sasori mengepal erat lalu meninju tembok disamping kamar adiknya. Sasori jatuh terduduk ia menyesali meninggalkan Sakura ditempat ini tanpa pengawasan yang ketat atas permintaan sakura tentunya. Andai ia tidak menuruti permintaaan Sakura mungkin semuanya tidak akan menjadi seperti ini. Brengsek umpatnya dalam hati. Sungguh ia akan mencari orang-orang yang memperlakukan adiknya seperti ini lalu menghancurkan mereka. Sehancur hancurnya.
" nngghh.."
Sasori yang mendengar adiknya melenguh, segera menghampiri Sakura yang terlihat berusaha untuk mendudukan dirinya dan ia pun ikut membantunya. "niichan" Sakura cukup kaget melihat kakaknya disini pasalnya kakaknya berada di Paris untuk melanjutkan bisnis kedua orang tua mereka di Eropa.
" hn " Sasori mendudukkan diri disisi Sakura " apa yang terjadi denganmu Saki ? hmm?" ia menundukkan kepala dan mencekram erat sprei adiknya " maafkan niichan, niichan bukan kakak yang baik untukmu, niichan tidak bisa menjaga mu Saki " Sakura yang melihat kakaknya menundukkan kepala dan mencekram erat sprei dengan bahu bergetar tanda ia menahan tangis mencoba mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan kakaknya yang mencekram erat sprei.
" jangan berkata seperti itu niichan, niichan tidak salah. Niichan kakak yang baik untuk Saki. Kakak telah melakukan banyak hal untuk Saki. Mengorbankan masa muda kakak hanya untuk menghidupi Saki. Itu sudah cukup untuk membuktikan niichan adalah kakak yang baik , kakak adalah segalanya dalam hidup Saki. segalanya" lirih Sakura sambil memandang kakaknya yang sekarang telah berani menatapnya, terlihat olehnya mata kakaknya yang berkaca kaca. Air mata tak terelakkan dimata Sakura ia ikut menangis melihat kakaknya menangis.
Grreebb
Sasori memeluknya, dan berkali kali mengucapkan maaf. Sakurapun membalas pelukan kakaknya itu dengan mengelus elus punggung sang kakak mencoba untuk menenangkannya. Isakkan tangispun hadir di mata Sakura .Setelah cukup lama berpelukkan, Sasori kemudian melepaskan pelukkannya. Sakura menatap Sasori yang menatapnya, tangan Sasori terjulur menghapus air mata Sakura " niichan akan membawa makanan untukmu. Tunggu ya" sebelum Sasori beranjak dari duduknya, sakura terlebih dahulu memegang tangan Sasori.
" nii-chan, bawa aku bersamamu ke Paris" lirih Sakura menatap Sasori dengan wajah memohon. Sasori bingung apa maksud Sakura, kenapa? Tapi kalau dipikir pikir lagi jika Sakura ikut dengannya ia bisa lebih mudah untuk menjaga Sakura dan bisa selalu bersama Sakura. Sasori menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Sakura.
" niichan tidak tahu, kenapa kau ingin ikut dengan niichan. Tapi niichan pikir ini yang terbaik agar niichan bisa lebih menjagamu dan selalu bersamamu Saki. Jangan lupa kau masih punya hutang penjelasan padaku" Sakura tahu apa yang dimaksud kakaknya dengan hutang penjelasan tentu saja kondisinya yang sekarang. Sakura hanya bisa mengangguk senang atas kakaknya yang meng iyakan keinginanya.
" aku tidak bisa menjelaskannya niichan, tidak untuk sekarang" mendengar jawaban lirih dari adiknya, Sasori hanya menghela nafas. Ia menjulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk pelan kepala adik kesayangannya.
" hn, aku mengerti. Jangan difikirkan. "
" arigatou niichan"
