Disclaimer: Kishomoto, yo, yo… *dihajar massal*

Rated: T

0-o-0

.

Beta-Ed by FBSN

0-o-0

.

~Bus 313~

Chapter 1

by: Aoi no Tsuki


Shikamaru's House, 08.35 p.m.

KLEKK...

Pintu kayu berwarna cokelat pada rumah itu dibuka oleh seseorang yang memegang kenop besi pada pintu.

"Yosh, aku pulang dulu ya, Shikamaru!" seru seorang pemuda pirang yang baru saja keluar dari pintu cokelat itu.

"Hm, terima kasih sudah datang ke sini, Naruto, Sasuke," balas malas sang pemilik rumah, seorang pemuda dengan rambut terikat seperti nanas, Nara Shikamaru.

"Yak, sama-sama juga. Ayo, Sasuke-teme kita pulang!"

"Hn," gumam pemuda berambut hitam kebiruan yang berada di sebelah Naruto. Setelah memakai sepatunya pemuda berambut pirang ini pun berjalan menjauhi rumah besar bergaya Jepang kuno itu didampingi pemuda stoic di sampingnya.

"Ukh, dingin, ya, Teme. Kita terlalu malam pulang ke rumah. Main sampai lupa waktu!" seru Naruto sambil merapatkan jaket yang dikenakannya. Tapi pemuda di sampingnya tak menyahut dan terus berjalan. Naruto sedikit sebal karena Temenya itu tak menghiraukan dirinya yang berbicara. Dengan langkah yang dipercepat Naruto pun menyusul Sasuke lalu meninggalkan pemuda Uchiha itu di belakangnya.

'Rasakan kau, Teme!' batinnya mengejek. Naruto lalu mulai memperhatikan suasana yang ada, perasaan tak enak mulai menjalar dalam hatinya. Dia mengurungkan niatnya dan memperlambat langkahnya hingga Sasuke berjalan di sampingnya.

"Tak jadi meninggalkanku, Naruto-dobe?" seru Sasuke agak keras, mempermalukan pemuda bermata biru langit itu. Naruto hanya membuang mukanya dan tak menatap Temenya. Kedua pemuda itu terus berjalan menyusuri jalanan yang berada di kompleks perumahan Konoha. Suasana sepi menyelimuti keduanya, hewan-hewan malam pun menyambut keduanya dengan bunyi-bunyian khas mereka.

Angin malam semakin berhembus kencang, menusuk tulang dan membuat udara di sekitarnya bertambah dingin. Entah mengapa tak ada seseorang pun yang lewat ataupun berlalu-lalang di jalanan ini. Jalanan ini bisa dibilang sedang rusak dan mungkin dalam perbaikan. Tak jauh mereka berjalan, sampailah mereka di sebuah halte bis yang berada di pinggiran jalan tersebut. Naruto mendudukkan dirinya di sebuah kursi panjang di dekat papan tanda 'bus stop', Sasuke menyusul di sampingnya. Wajah tanpa ekspresi masih terpajang sangat lekat di wajah sang Uchiha.

Naruto menggosok-gosokkan telapak tangannya ditambah dengan sebuah tiupan karbondioksida dari mulutnya. Itu menambah hangat kedua tangan pemuda pirang tersebut. Sasuke menyandarkan punggungnya pada kursi panjang itu. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong sweater tebalnya. Mata onyx itu sedikit melirik ke arah pemuda yang berada di sampingnya. Ia terus memandangi aktivitas yang dilakukan oleh pemuda pirang miliknya. Menghangatkan diri. Dia ingin bergerak sebenarnya. Tapi apa daya, sang Uchiha terlalu malu sekaligus gengsi untuk mendekati si Dobe. Merasa diperhatikan mata biru itu pun langsung menatap ke arah pemuda berambut hitam yang masih melihatnya.

"Apa?" tanya Naruto pada pemuda yang sering ia sebut Teme itu. Aktifitas menghangatkan dirinya kini berhenti. Mereka terduduk dalam diam. Kedua mata itu saling berpandangan tak lepas dari suatu apapun. Terus saling memandang.

1 detik. 2 detik. 3 detik berlalu, hingga akhirnya pada detik ke 5…

"Akh!" keluh pemuda satunya, wajah putih pucatnya tak kuat untuk melihat secara terus menerus mata biru itu. Dia memalingkan wajahnya dan berusaha untuk mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. Naruto merasa biasa-biasa saja dengan hal itu. Dasar Uchiha!

"Jam berapa jadwal bis selanjutnya?" tanya Naruto sambil melihat jadwal pemberangkatan bis yang tertempel di sebuah papan.

"Jam sembilan malam," kali ini sang Uchiha menjawab pertanyaan Naruto. "Sebentar lagi, kurang lima belas menit dari sekarang," lanjut Sasuke membetulkan posisi duduknya.

"Hm. Lama, lima belas menit itu lama…" sahut Naruto dengan nada kecewa.

"Sebentar lagi, tunggu saja!"

Naruto beranjak dari duduknya, bokongnya terlalu panas untuk duduk lama di kursi panjang yang dia tempati. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Kegiatan yang sama yang dilakukan oleh Temenya.

"Ukh!" keluhnya, Naruto berjalan bolak-balik dari kanan ke kiri di depan Sasuke terus menerus tanpa henti. Itu membuat mata onyx Uchiha pusing melihat gerakan Naruto.

"Bisakah kau berhenti, Dobe?" pinta si Uchiha datar. Naruto menghentikan langkahnya menatap Sasuke lalu menggeleng kemudian melanjutkan langkah bolak-baliknya lagi, masih sama dari kiri ke kanan begitu pula sebaliknya.

"Dobe!" Sasuke memberi aba-aba agar Naruto berhenti melakukan kegiatan yang menurut Sasuke sangat konyol itu. "Hei!" panggilnya lagi, tapi nihil perintah tak dilaksanakannya. Uap panas mulai keluar dari ubun-ubun kepala Sasuke. Dia masih mencoba untuk bersabar menghadapi Dobenya. "Hah..." Sasuke menghela nafasnya lalu memejamkan kedua mata onyx miliknya dan mencoba menenangkan diri.

Akhirnya dia menarik lengan Naruto hingga pemuda pirang itu jatuh dalam pangkuannya.

"Eh? Teme!" pekik Naruto.

"Bisakah kau duduk, Dobe? Du-duk," kata Sasuke sembari memberi penekanan pada kata terakhir. Sang Uchiha kini telah memangku pemuda yang sempat membuatnya naik darah. Tapi tentu saja hal itu sudah terlupakan olehnya.

"Aku bisa duduk sendiri!" seru Naruto berdiri lalu mendudukkan dirinya di samping Sasuke. Kali ini jarak keduanya tidak lagi jauh melainkan sangatlah dekat.

Diam sejenak.

"Sasuke…" Naruto membuka suaranya, "kata Shikamaru... daerah ini angker." Naruto mendekatkan dirinya lagi ke arah Sasuke. Dan hal itu dilakukannya untuk menghilangkan rasa takut yang dirasakannya sekarang.

"Dan kau percaya itu?" tanya Sasuke melihat Naruto yang sekarang menundukkan kepalanya.

"Tadi aku melihat sesuatu..." Naruto berhenti berbicara sejenak, "...seorang perempuan, Teme. Aku takut." Pemuda pirang itu lalu meremas lengan Sasuke. Ketakutan mulai menghantuinya. "Dan perempuan itu tersenyum ke arahku." Jemari Naruto semakin menggenggam erat lengan yang terbalut sweater tebal itu.

"Tenanglah, Dobe. Tenang!" seru Sasuke, bukan lagi dengan nada yang datar melainkan dengan nada kekhawatiran yang jelas-jelas keluar dari mulutnya.

***

Sebuah cahaya putih perlahan-lahan mendekat ke arah Sasuke dan Naruto. Cahaya itu sangat menusuk mata onyx milik Sasuke begitu juga dengan pemuda pirang di sampingnya. Mereka berdua memicingkan kedua matanya untuk menghalau tajamnya cahaya yang datang. Sinar lampu itu ternyata berasal dari bis yang semakin mendekat ke arah tempat Naruto dan Sasuke.

"Bisnya datang, Teme. Bisnya datang!" seru Naruto riang, dia melepaskan genggaman tangannya dari lengan Sasuke dan itu membuat sang Uchiha sedikit kecewa. Naruto berdiri dari tempatnya dan menunggu bis itu berhenti tepat di depannya. Sasuke pun menyusul Naruto dan berdiri di sampingnya. Pemuda berambut pirang ini tersenyum lebar pada Sasuke. Membuat hati pemuda yang dilempari senyuman itu hangat. Sasuke sedikit tersenyum karenanya.

"Ini dia..."

Kini bis dengan lampu yang bersinar terang itu pun berhenti. Lampu bagian kiri dari bis itu sedikit retak begitu pula pada bagian kaca depannya. Warna putih dari bis tersebut sedikit luntur dan mengelupas. Banyak goresan-goresan yang terlihat dari bagian bis itu. Penyok di sebelah kanan dan kiri. Ban yang terkena lumpur menutupi warna hitam pada benda berbentuk bulat itu.

Dengan segera Naruto dan Sasuke pun mendekati pintu bis yang sudah terbuka lalu menaikinya perlahan. Naruto memegang besi panjang yang berada di dekat pintu bis, terasa sangat dingin. Dan itu mempermudahnya untuk berpegangan dan masuk dalam bis dengan kapasitas lebih dari sepuluh orang itu. Sang sopir yang berada di depan kemudian tersenyum ke arah Naruto dan juga Sasuke. Wajahnya yang tertutup masker itu sangat misterius, kulit putih pucatnya yang dingin menambah sesuatu yang berbeda darinya. Senyuman Naruto luntur setelah melihat hal itu. Naruto berjalan mendekati sebuah kursi yang berisikan seorang nenek tua yang mendudukinya.

"Nek, bolehkah saya duduk di samping nenek?" tanya Naruto dengan sopan. Nenek berambut putih itu hanya menganggukkan kepalanya saja dan menatap Naruto tanpa ekspresi yang jelas. Pemuda pirang ini belum memperhatikan secara seksama isi dari bis yang dinaikinya… Bis 313.


Maaph jika masih ada kesalahan dalam fict Tsuki ini. Dan terima kasih kepada Megu-nee yang udah nge-beta fict Tsuki juga para agen FBSN lainnya. *merunduk dalam-dalam*

…skaLi ripiew tetep ripiew ayo maju kasih ripiew…

Arigatou Gozaimashu

Aoi no Tsuki