Miracle of Moon
Crossover HM FoMT X Detective Conan
Hope you enjoy!
Chapter 1: Permintaan pada Bulan
Ran menatap bulan yang sedang bersinar terang tanpa terhalangi apapun dari jendela kantor Detektif Mouri. Bulan itu hampir bulat sempurna, yang menandakan kalau sebentar lagi akan purnama. Dia menatap bulan itu dengan ekspresi sedih.
Beberapa hari ini, dia selalu kesepian. Ayahnya sibuk mengurus kasus-kasus dan dia tidak bisa ikut pergi ke TKP karena sibuk dengan latihan karate. Sonoko beberapa hari ini tidak ada di Beika karena dia menghadiri acara dengan keluarganya di Hokkaido. Dan Conan sendiri, beberapa hari ini menginap di rumah Profesor Agasa. Conan bilang dia ingin menemani Ai karena Ai sedang sakit.
Jujur saja, entah kenapa Ran merasa agak iri pada Ai karena Conan begitu perhatian padanya dan kelihatan tidak ingin melihat Ai terluka atau semacamnya. Mungkin karena dia selalu melihat kalau Conan itu mirip dengan Shinichi, sehingga melihatnya dekat dengan Ai membuatnya seperti melihat Shinichi perhatian pada gadis lain.
Dan pikiran itu membuat Ran memikirkan Shinichi. Ran memang selalu memikirkan Shinichi, tapi itu hanya sebatas bertanya kapan dia akan pulang dan bagaimana kabarnya. Tapi sekarang dia benar-benar merindukan Shinichi dan ingin dia segera pulang dan kembali ke sisinya.
Dia sebenarnya mulai merasa ragu apakah Shinichi akan pulang padanya atau tidak. Dia tak pernah mengatakan pada siapapun, tapi sebenarnya ada saat-saat di mana dia begitu membutuhkan sosok pendamping – pacar – untuk berada di sisinya. Dan saat ini adalah salah satunya.
Ran menghela napasnya – merasa penat dengan keadaannya. Dia merasa kalau dia itu begitu jahat. Dia tahu Shinichi sudah berkata padanya kalau dia akan kembali, tapi sekarang, perasaan Ran pada Shinichi seakan-akan bisa lenyap. Mungkin itu karena Ran mulai lelah menunggu Shinichi. Dia tahu itu jahat, tapi dia tidak bisa membohongi perasaannya. Ya, dia mencintai Shinichi. Tapi dia juga butuh cinta untuk dirinya sendiri.
Segala pemikiran itu membuat Ran pusing. Dia segera menutup jendela dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Dia tahu kalau terus memikirkannya, dia bisa sakit karena terlalu lelah. Dia pun memutuskan untuk segera tidur. Dia tidak khawatir pada ayahnya karena Kogoro mempunyai kunci duplikat kantornya.
.
Hari ini Ran terbangun sebelum alarmnya berbunyi. Dia segera mandi dan bergegas untuk membuatkan sarapan untuknya dan Kogoro. Setelah selesai, dia segera menghidangkannya di meja makan. Di situ Kogoro sudah duduk sambil membaca Koran.
"Ohayou, Tou-san," sapa Ran sambil tersenyum.
Kogoro menurunkan korannya dan menatap Ran. "Ohayou, Ran." Kogoro meminum kopinya. "Oh ya, Ran, nanti Ayah akan pergi mengurus kasus. Kemungkinan Ayah tidak akan pulang sampai besok. Kau tak apa sendirian di rumah?"
"Aku tak apa-apa. Lagipula, kurasa Conan akan pulang nanti malam. Ayah tenang saja," jawab Ran. "Tapi, awas saja kalau aku tahu Ayah minum-minum di saat aku tak ada!" mendengarnya ancaman Ran, Kogoro tersenyum getir. Mereka pun melanjutkan sarapan mereka dan siap memulai aktivitas mereka.
.
"Shinichi, kapan kau akan pulang?" tanya Ran di telepon pada Shinichi. Malam itu, Shinichi menghubungi Ran.
"Maaf, Ran. Aku sedang terlibat kasus saat ini. Aku tidak bisa pulang sementara waktu," jawab Shinichi di telepon.
Ran yang mendengarnya terdiam. Perasaannya yang tidak nyaman muncul kembali. Merasa Ran hanya diam, Shinichi pun bertanya, "Ran, kau tidak apa-apa?.
Belum sempat Ran menjawab, Shinichi segera berkata, "Maaf, Ran. Tapi aku harus segera kembali. Jika tidak, kasusnya akan semakin buruk. Jaa~" dan Shinichi pun memutuskan teleponnya.
Ran meletakkan ponselnya di atas meja. Air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya. Dia berusaha agar air matanya tidak jatuh. Akhirnya, dia mengambil makan malam yang sudah disiapkannya dan membawanya ke ruang keluarga.
Malam ini Ran kembali makan malam sendirian. Tadi Conan meneleponnya dan bilang kalau tidak bisa kembali karena Ai demam lagi. Dia baru akan pulang dua hari lagi. Ran tidak tahu kalau sebenarnya Conan ada di rumah Profesor Agasa untuk menyelidiki Organisasi Hitam dari data yang mereka dapatkan dari kasus sebelumnya.
"Mereka berdua itu sama saja," ucap Ran pada dirinya sendiri. "Apakah mereka tidak mengerti kalau aku ingin ditemani? Aku juga… tidak sekuat yang orang lain pikirkan," air mata Ran tak bisa ditahannya lagi. Perlahan, air mata mulai mengalir di pipinya.
Tak punya niat untuk menghapus air matanya, Ran melangkah menuju kamarnya. Dia tidak berniat menyalakan lampu kamarnya. Dia lalu membuka jendela di berandanya. Dia duduk, menarik kedua kakinya ke dada, dan memeluknya. Dari situ dia bisa melihat bulan yang berbentuk bulat sempurna, bulan purnama. Ran terdiam saat melihat bulan itu.
"Indah," gumamnya. Ran seperti terpana melihat bulan purnama itu. "Rasanya… ada yang lain dari bulan itu," batinnya. Ran pun terus menatap bulan itu. Dia tidak mempedulikan waktu yang terlewat. Air matanya pun sudah berhenti mengalir, meninggalkan bekas di pipinya.
Mata Ran mulai terasa berat. Tapi, dia memaksakan dirinya untuk terus menatap bulan. Entah kenapa, dia tak ingin berpaling dari pemandangan itu. Seperti ada sesuatu yang menariknya untuk tetap menatap bulan itu.
Tapi, rasa kantuknya tak bisa dilawannya. Sebelum dia menyandarkan kepalanya di kakinya, dia berbisik pada bulan itu, "Aku ingin ada yang menemaniku dan tidak meninggalkanku,". Ran pun menutup matanya dan tertidur.
.
Matahari yang bersinar cerah mewarnai pagi yang tenang di Beika. Seperti yang dikatakannya pada Ran dua hari yang lalu, pagi itu, Conan kembali ke kantor detektif. Dia Saat masuk, dia menyadari kalau kantor itu sepi. "Tadaima," ucapnya. Tapi tak ada sahutan balasan yang biasanya dari Ran. Conan mengerutkan keningnya. Dimana Ran? Dia tahu kalau Kogoro tidak ada di rumah.
Conan pun segera menuju kamar Ran. Mungkin Ran ada di kamarnya dan tak mendengar dia pulang. "Ran-neechan, aku pulang," katanya saat dia masuk. Bukannya disambut dengan senyum dari Ran, Conan tidak menemukan apapun selain jendela beranda yang terbuka.
"Sebenarnya Ran ada dimana?" ucapnya. "Perasaanku mulai tidak enak." Conan segera berlari untuk mencari Ran di sekitar blok. Mungkin Ran sedang pergi berbelanja. Karena ini hari Minggu, Ran tidak mungkin punya kegiatan di sekolah.
Saat akan keluar, pintunya terbuka dan Kogoro masuk. "Aku pulang, Ran."
"Paman? Paman sudah kembali," ucap Conan.
"Ng, kenapa kau? Terlihat panik seperti itu. Dimana Ran?"
"Ran-neechan tidak ada di rumah. Aku baru mau mencarinya di luar," jawab Conan.
"Mungkin dia hanya pergi berbelanja sebentar. Dia pasti segera kembali," ucap Kogoro sambil berjalan masuk dan menuju ruang keluarga.
"Mungkin memang seperti itu," pikir Conan. Dia pun mengikuti Kogoro masuk ke ruang keluarga.
"Apa ini?!" Conan kaget saat mendengar teriakan Kogoro. Dia segera berlari dan masuk ke ruangan itu.
"Ini…" Conan melihat Kogoro sedang memeriksa makanan di meja. Ekspresi terkejut ada di wajahnya. Conan pun segera mendekat. "Makanan ini, sudah lebih dari sehari dibiarkan. Kemungkinan makanan dua hari yang lalu," kata Conan. Tak lebih dari semenit, Conan langsung mengerti. "Ran…!" ucapnya tertahan.
Sepertinya, Kogoro juga mulai mengerti. "Jangan-jangan ini makan malam dua hari yang lalu. Itu berarti –" kata-kata Kogoro terpotong saat Conan langsung menyambar ponsel milik Ran yang ada di meja.
Di situ ada lima panggilan tak terjawab dan dua e-mail. Conan membuka e-mail pertama dan kedua. Keduanya berasal dari Sonoko yang mengabari kalau dia sudah pulang. Semuanya dikirim kemarin hari. Itu berarti Ran tidak membuka ponselnya sejak kemarin.
"Paman, sebaiknya Paman menelepon polisi. Aku akan mencari Ran-neechan di sekitar sini," kata Conan. Dia segera berlari kelauar meninggalkan Kogoro yang masih terdiam. Kogoro pun mengambil ponselnya dan menelepon polisi.
Conan masuk ke Poirot Café dan disambut oleh Azusa, pelayan Poirot Café. "Ada apa, Conan-kun? Kau terlihat panik."
"Apa Ran-neechan datang ke sini hari ini atau kemarin?" Conan bertanya balik.
"Eh, Ran? Tidak. Sebenarnya, aku tidak melihat Ran sejak kemarin. Kupikir Ran tidak keluar rumah karena libur," jelas Azusa.
"Sial!" umpat Conan dan langsung berlari keluar, meninggalkan Azusa yang bingung.
Sudah seharian Conan dan Kogoro mencari Ran. Polisi, Eri, Sonoko, Profesor Agasa dan Shonen Tantei pun sudah ikut mencari, tapi mereka tidak menemukan Ran. Karena sudah malam, pencarian mereka dihentikan dan akan dilanjutkan besok. Besok siang juga Heiji dan Kazuha akan datan untuk membantu mencari Ran.
Conan masuk ke kamarnya dan Kogoro. Dia berbaring di futon-nya. Sebelum tertidur, Conan berbisik, "Dimana sebenarnya kau, Ran?
.
Seperti biasa, Mary dan keluarganya pergi ke Mother's Hill. Sesampainya di sana, Basil segera meneliti tumbuhan di situ dibantu oleh Anna. Mary berjalan pelan-pelan di sekitar situ. Dia tak ingin terpeleset karena salju. Ya, di Mineral Town sedang winter.
"Padahal, winter baru beberapa hari, tapi saljunya sudah menumpuk," katanya pada diri sendiri. "Ayah, Ibu, aku mau jalan-jalan sebentar. Boleh, kan?" tanyanya.
"Baiklah. Tapi, hati-hati dengan langkahmu," kata Anna. Mary mengangguk dan segera berjalan ke arah gunung.
"Oh, salju ini benar-benar membuatku sulit berjalan," kata Mary. Dia berusaha untuk menyingkirkan salju dari jalannya.
Kegiatannya itu terhenti saat dia melihat seseorang terbaring di dekat pohon. Salju menutupi sebagian tubuhnya. Mary segera berlari ke arahnya. Orang itu gadis seumurannya. Mary mencoba membangunkan gadis itu. "Dia dingin sekali."
Mary segera membuka jaketnya dan memakaikannya pada gadis itu. Dia lalu bergegas ke tempat ayah dan ibunya. "Ayah, Ibu, tolong!" teriaknya saat melihat orang tuanya.
"Ada apa, Mary?" tanya Basil khawatir.
"Ada seorang gadis yang terbaring di kaki gunung. Dia tak sadarkan diri," jelas Mary. Tanpa banyak bicara, mereka segera ke tempat gadis itu.
Sesampainya di tempat gadis itu, Basil segera memeriksa nadinya. "Dia masih hidup, tapi detaknya sangat lemah."
"Kita harus segera membawanya ke klinik. Mungkin, dia pingsan karena badai kemarin," kata Anna. Mereka pun segera membawa gadis itu ke Mineral town.
Di klinik, mereka disambut Elli yang terkejut melihat gadis yang mereka bawa. "Elli, tolong gadis ini!" kata Mary.
"Tolong letakkan di kamar pasien. Aku akan memanggil dokter," katanya. Mereka segera meletakkan gadis itu di tempat tidur. Sedangkan Elli bergegas memanggil Dokter Trent.
"Bagaimana dia bisa seperti ini?" tanya Trent saat dia datang memeriksa.
"Kami tidak tahu. Kami menemukannya di Mother's Hill," kata Basil. "Kurasa dia tak bisa melewati badai kemarin."
Trent mengangguk. "Elli, tolong ambilkan turbojolt," ucapnya. Elli segera mengambilnya dan memberikannya pada Trent. Trent pun meminumkannya pada gadis itu.
"Bagaimana keadaannya, Dokter Trent?" tanya Mary.
"Dia hanya kedinginan. Aku sudah meminumkan turbojolt padanya, mungkin dia akan segera sadar."
"Ugh…" mereka berbalik melihat gadis itu mulai terbangun. "Di..dimana aku?" tanyanya sambil memegang kepalanya.
"Kau ada di Mineral Town, tepatnya di klinik. Bagaimana perasaanmu?" tanya Trent.
"A..aku masih agak pusing. Kenapa aku bisa ada di sini?"
"Kami menemukanmu di Mother's Hill tidak sadarkan diri. Lalu, kami membawamu ke sini," jawab Anna lembut. "Siapa namamu?"
"Ran, Mouri Ran," jawabnya. "Apa kalian bisa mengatakan jalan ke kota Beika?"
"Beika? Kami tidak pernah mendengar tentang kota itu. Tapi tenang saja. Kami akan meminta Mayor kota ini untuk membantumu. Sekarang, kau masih harus istirahat, Ran."
Ran yang memang masih merasa pusing dan lemah, mengangguk. Dia lalu tidur sementara yang lainnya keluar dari kamar itu. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini?" pikir Ran sebelum dia benar-benar tertidur.
.
.
.
Akhirnya aku bisa menulis fic ini. Aku sudah lama kepikiran tentang fic ini. Aku pikir akan bagus jika Ran akhirnya menemukan seseorang lain karena Shinichi tidak juga kembali. Lagipula, aku juga bukan ShinRan shipper *dikejar ShinRan FC*. Apakah mereka terlihat OOC? Oh ya, ini cross-fic pertamaku. Jadi, aku minta nasehat, saran, dan kritik dari kalian. Review, please?
