Jaemin berjan dengan gontai di ruang tamu, pandangannya sayu. Beberapa kali ia kehilangan keseimbangannya dan berpegangan pada sofa. Mark yang baru saja keluar kamar, menghampiri Jaemin yang wajahnya terlihat pucat.

"Kau kenap―JAEMIN-AH!"

Mark berlari kearah Jaemin yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Ia mememangku kepala Jaemin dan menepuk-nepuk pipi Jaemin. Mark bingung apa yang harus dilakukannya. Mark pun menggendong Jaemin ala bridal style, membawanya ke ranjang milik Jaemin. Mark berlari ke dapur untuk mengambil air dan handuk. Setelah itu ia menelepon seorang dokter yang ia kenal.

Mark menunggu diluar selagi dokter memeriksa kedaan Jaemin. Tak lama kemudian, dokter pun keluar. Mark langsung menanyakan keadaan Jaemin.

"Suhu tubuhnya naik. Ini hanya demam biasa. Mungkin ia akan segera sadar."

Mark segera masuk dan duduk di kursi sebelah ranjang Jaemin. Ia menggenggam tangan Jaemin dan beberapa menit sekali, ia kembali membasahi handuk yang digunakan untuk mengompres dahi Jaemin.

"Kenapa kau sering sekali sakit, eoh? Beberapa hari yang lalu kau juga sakit. Tapi kenapa dahimu tidak sepanas waktu itu ya?"

Mark melihat bibir Jaemin melengkung.

"Jaemin? Kau taka apa?" tanya Mark.

"BWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA."

Jaemin tertawa dengan lantang. Ia terduduk sembari memegangi perutnya yang kram. Jauh berbeda dengan Mark yang kini melihat Jaemin dengan wajah yang bingung.

'Sebenarnya kenapa dia? Apa aku baru saja dibohingi?'

"Yak hyung, wajahmu bwahahahahahahaha. Kenapa wajahmu melas sekali eoh? Bwahahahaha."

"Kau pikir ini gurauan, hah! Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku melihatmu pingsan tadi! Ternyata kau membodohiku. Kau keterlaluan Jaemin!" Mark membanting handuk yang ia egang dan keluar dari kamar.

Jaemin terkejut dengan sikap Mark. Tak pernah terpikirkan jika Mark akan semarah ini padanya. Ia tahu jika kekasihnya itu sangat menyayanginya. Ia pun segera turun dari ranjang dan mengejar Mark.

Jaemin melihat Mark duduk di depan televisi. Ia menghampiri Mark dan duduk disebelahnya.

"Hyung, kau marah?" tanya Jaemin sembari menggerakkan lengan Mark. Tapi yang ditanya hanya diam tak bergeming. Pandangannya lurus pada televisi didepannya.

"Hyung~~. Jangan marah dong. Aku kan Cuma bercanda."

"Dan kau pikir itu lucu eoh! Untung saja tadi cuma bercanda. Jika itu terjadi betul bangaimana? Kau keterlaluan Jaemin."

"Mianhae~~. Kau mau memaafkanku kan hyung?" tanya Jaemin memelas.

Mark tetap diam dan tetap menonton tayangan televisi didepannya. Jaemin menundukkan kepalanya. Ia memikirkan cara agar Mark mau memaafkannya. Tak lama kemudian, sebuah bohlan berwana kuning menyala diatas kepalanya.

Dengan kecepatan kilat Jaemin menyentuh bibir Mark dengan bibirnya. Hanya menyentuh. Ketika Jaemin hendak menjauhkan wajahnya, Mark malah menatik tengkuk Jaemin untuk memperdalam ciuman mereka.

Beberapa menit kemudian, mereka saling melepaskan ciuman. Jaemin menatap mata Mark. Raut kekhawatiran terpancar dari bola mata Mark. "Mianhae hyung, aku membuatmu khawatir. "

Mark membawa Jaemin ke pelukannya dan Jaemin menyembunyikan wajahnya kedalam ceruk leher Mark.

"Jangan lakukan hal seperti itu lagi ne?"

Jaemin mengganggukkan kepalanya dalam pelukan Mark.

. . .

FIN

. . .

A/N : Big Thanks to IceuDoger yang udah memberiku ide yang sangat cemerlang(?). Hahahahaha. Lebay ya? Yes! Semakin lama semakin banyak. MarkMin sipper mana suaranya? Reviewnya ya! :D