Gift Shop

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kisimoto

Story :

Punya saya, semua karakter dipinjam dari punya om MK

Inspired : Kawaii-kirei - Twentyfive Roses

Diubah dan disesuaikan dengan tema Valentine

Genre : Drama, Frienship & Romance

Rating : T, K+

Pairing : SasuNaru [Sasuke X Naruto]

Warning : AU, Multi Chapter, Typos, OOC, Boys Love Sasuke X Naruto, Don't like don't read! Feel free to leave this page if you don't like it. I've warned you already.

Summary : Bekerja disebuah toko coklat dan gift awalnya sedikit merepotkan, tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. SasuNaru special dedicated for Valentine's day.

.

.

.

Enjoy

.

.

.


~ナルトはサスケへ ~

Kau tahu, bekerja disebuah toko sebagai pekerjaan sampingan sebenarnya bukan hal merepotkan. Tapi, akan berbeda jika bekerja di toko coklat dan gift yang identik dengan kaum wanita dan sangat sedikit kaum pria yang berkunjung.

Merepotkan?

Sederhana, jika pengunjungnya adalah wanita atau pria yang menemani wanita-nya, meskipun mereka berkeliling toko lumayan lama, pada akhirnya tahu apa yang harus mereka dibeli. Beda jika pengunjungnya adalah seorang pria. Para pria ini biasanya masih kebingungan tentang hadiah atau coklat atau bentuk coklat jenis apa yang kira-kira dapat menjadi kejutan romantis bagi kekasih-nya. Jadi, pada akhirnya, mereka akan bertanya pendapatku tentang pemberian yang kira-kira membuat gadis-gadis mereka bahagia dan inilah yang membuat aku kesusahan.

Itu hanya coklat! Pilih saja salah satu lalu tinggal pilih dibungkus seperti apa dan masalah selesai, bukan?

Kenapa harus terlalu berpikir?

Oke, aku pria jadi tentu aku tidak begitu mengerti apa yang ada dikepala para wanita.

Aku yang pada dasarnya tidak menyukai pemikiran rumit pada akhirnya harus ikut berpikir keras, membantu menemukan pemberian ter-romantis untuk diberikan pada gadis pria-pria malang itu. Itulah aku, yang mendapat kesusahan karena menuruti kata hatiku yang lemah lembut ini.

Yep, aku Uzumaki Naruto. Pekerja sambilan disebuah toko coklat dan gift perbatasan kota Konoha.

Serius, aku selalu bernafas sangat lega, jika ada seorang pria memasuki toko, membeli coklat atau gift lalu segera keluar. Sungguh berpikir dan berasumsi tentang kemungkinan apa yang akan disukai dan bagaimana reaksi orang tersebut sangat melelahkan. Tapi, aku butuh uang, jadi tentu saja aku tidak punya pilihan lain selain bekerja secara profesional, kan?

Hampir semua pengunjung hanya kulihat sekali atau beberapa kali saja. Kecuali beberapa pelanggan setia yang ku ingat, tentu saja mayoritasnya wanita. Pengunjung selanjutnya tidak begitu aku ingat. Tapi, ada seorang pria yang selalu datang berkunjung lagi dan lagi setiap harinya dari beberapa hari lalu. Pria itu berpakaian jas rapi dengan sepatu pantofel mengkilap. Tipikal pengusaha sukses diusia yang masih sangat muda dan dia tampan.

Aku akui.

Pemuda ini sesungguhnya menyebalkan dan aneh...

Itu pemikiran awalku. Aneh karena setiap kali berkunjung, ia hanya berkeliling toko, sebelum akhirnya menerima panggilan telepon lalu berbincang tentang pekerjaan yang tidak aku mengerti. Setelah hampir satu jam, telepon selesai ia lalu menuju ke arahku -karena aku juga bekerja sebagai kasir- untuk membayar sebuah kotak kado persegi hitam dan satu coklat berbentuk kelopak bunga mawar seukuran kotak itu lalu memintaku untuk melipatkan pita berwarna biru dibagian tutup kotak, itu pun hanya menggunakan isyarat setelah aku bertanya panjang lebar.

'Mau sekalian dibuatkan pita?'

Dia mengangguk.

'Pita berwarna apa?'

Dia menunjuk pita berwarna biru polos.

'Pita-nya mau diletakkan dibagian mana?'

Dia menatapku sesaat lalu menunjuk bagian ujung, tidak tepat bagian ujung, sedikit agak ke tengah kotak kado.

Aku mulai membuat pita dan melingkarkan pita ke kotak kado tersebut.

'Seperti ini?'

Dia mengangguk lalu mengeluarkan nominal uang sesuai harga, membayar dan bergegas keluar toko tanpa berbicara sepatah katapun.

Sialan!

Apa bocah sukses ini sebenarnya bisu? Jelas tidak mungkin, sebab tadi dia berbicara ditelepon, bukan? Rasanya aku ingin mencekiknya sampai sekarat karena tidak menjawab pertanyaanku.

Itu kesanku dipertemuan pertama kami.

Pernah suatu kali sesaat setelah dia selesai membeli, aku pergi ke sudut toko tempat biasanya dia menerima telepon, aku melihat sebuah dompet terjatuh di lantai. Aku membuka dompet untuk melihat kartu identitas pemilik dompet ini, aku sadar pemilik dompet sama dengan pemuda pelanggan berambut unik itu. Aku segera berlari mengejarnya sampai nafasku tersenggal-senggal untuk mengembalikan dompet, tapi lagi-lagi dia tidak mengucapkan apa-apa, sekedar terima kasih juga tidak. Dia hanya menatapku sekilas sebelum masuk ke dalam mobil mewahnya.

Uchiha Sasuke, teme huh?!

Kebiasaannya terus berlanjut. Pemuda ini selalu melakukan hal yang sama. Akhirnya aku mulai berpikir. Betapa beruntung kekasihnya, mungkin Sasuke teme ini tidak banyak berbicara dan berekspresi datar, tapi dia lumayan romantis. Memberikan hadiah coklat setiap hari pada kekasihnya, bukankah itu romantis? Apalagi ini menjelang valentine's day...

Ah valentine's day,

Hari yang ditunggu dan menyenangkan bagi hampir sebagian besar orang. Tapi, tidak untukku, sebab hari itu adalah hari tersibuk. Toko akan ramai dikunjungi, jadi aku tidak begitu berharap banyak dihari valentine.

Oh pernah satu hari, karena penasaran, aku bertanya untuk siapa hadiah-hadiah yang sama ini diberikan, bahkan sempat mengakui kalau yang dilakukannya itu romantis. Tapi, rupanya Uchiha Sasuke itu benar-benar brengsek, ya? Dia menyeringai dan balik bertanya apa aku punya alasan khusus bertanya seperti itu? Meskipun itu kalimat pertama yang diucapkan, tapi aku hampir saja melempar vas bunga di depanku tepat dikepalanya, sebab seringai dan nada berbicaranya terdengar sangat menyebalkan. Semenjak saat itu, setiap kali membayar, dia selalu tersenyum menyebalkan atau berbuat menyebalkan seperti menatapku lekat saat aku melipat pita.

Aku menyukai tatapan itu, sebenarnya. Tapi, tentu saja aku berbuat seolah tidak menyadari.

Dari semua kejadian-kejadian bersama Uchiha Sasuke ini, ada satu yang paling membekas. Hari itu sedang hujan, dia tidak datang berkunjung lalu dengan alasan tidak jelas, pemilik toko menutup toko lebih larut dari biasanya. Toko yang seharusnya tutup jam 9 malam menjadi tutup jam 11 malam. Aku hampir berteriak frustasi, si pemilik toko sialan ini seenaknya menutup toko jam 11, sedang tugas kuliahku menumpuk. Aku sungguh kesal! Sasuke sepertinya menyadari betapa jeleknya mood-ku hari itu. Dia datang hampir jam 10.20 malam, hanya sebentar, membeli barang yang sama, sebelum akhirnya buru-buru keluar tanpa berkata apa-apa. Tapi kejutan tidak sampai situ, mood-ku berangsur-angsur membaik saat dia kembali lagi dengan sekantong ramen ditangannya.

Hey! Itu Ichiraku Ramen, kesukaanku!

Dia meletakkan di meja kasir lalu bergegas pergi lagi untuk kedua kalinya dan itu membuatku tersenyum sangat lebar.

Beberapa hari setelah kejadian itu, ia membeli hal yang sama ditambah satu kotak kado persegi panjang berwarna hitam dan pita yang sama seperti biasanya. Hanya saja kotak kado persegi panjang itu kosong.

Jadi, karena tidak bisa menahan rasa penasaranku lagi, saat dia selesai membayar, aku bertanya sambil melipat pita.

"Kenapa kau selalu memesan hal yang sama?"

"Bukan apa-apa...-"

Dijawab seperti itu, aku memilih diam dan terus menyibukkan diri untuk melipat pita. Membiarkan dia menatapku dengan lekat seperti biasanya. Saat aku selesai memasang pita dikotak kado dan menatapnya, dia tersenyum. Sejujurnya senyuman itu sangat hangat dan memaksaku untuk balas tersenyum dengan lebar.

"-Itu hanya alasan untuk melihatmu..."

Senyumku luntur berganti dengan jantung yang berdetak kencang, darahku berdesir hebat. Dia meraih kotak kado berbentuk persegi panjang dan tersenyum tipis lalu pergi.

Sasuke Uchiha tidak pernah muncul lagi setelah hari itu. Terhitung hampir seminggu. Kotak kado persegi berisi coklat berbentuk kelopak mawar yang tidak dibawanya, aku letakkan di meja kasir. Aku mulai melamun, rasanya mulai merindukan sosoknya. Kadang aku hanya menatap ke arah pintu masuk dan berharap yang datang adalah Uchiha Sasuke.

Sampai hari itu tiba...

Valentine's day.

Aku begitu sibuk, bekerja lembur dari pagi sampai jam toko ditutup. Saat aku baru saja ingin membalikkan tanda 'close' dipintu. Seorang pria berjas muncul dengan kotak kado besar ditangannya.

"Uzumaki Naruto-san?"

"Ya?" Aku menatapnya dengan kebingungan.

"Pemberian Uchiha Sasuke-san..." Pria itu menyodorkan kotak besar itu lalu bergegas pergi.

Aku membawa benda itu ke meja kasir dan membukanya. Di dalamnya ada kotak kado berbentuk persegi dan satu kotak kado berbentuk persegi panjang dengan pita biru yang sangat aku kenal.

Itu kotak kado dan pita dari tokoku dan tentu saja aku ingat karena itu adalah hasil kerjaku.

Aku mulai menghitung.

Empat belas kotak kado persegi dengan coklat berbentuk kelopak mawar di dalamnya. Aku membuka kotak kado persegi panjang, setangkai mawar merah segar terikat pita biru dengan sebuah notes tergantung diujung pita.

Setangkai mawar dan 14 buah coklat

Happy Valentine's Day.

Tertulis rapi di-notes.

Aku tersenyum sambil memegang mawar merah itu.

Setangkai mawar merah, ada artinya,

Cinta pada pandangan pertama.

.

.

.

THE END

.

.

.


Note

Happy Valentine's day y'all~

Yua lagi kebentur kepalanya jadi pengen buat fic dengan sudut pandang orang pertama, eerrr sebenarnya ngikut gaya Kawaii-Kirei san sih, khekeke. Karena saya suka sekali gaya penulisannya beliau. Mudah-mudahan tetap suka dan nggak merusak karya Kawaii-Kirei san.

And the least not the last...

Our Ship Doesn't Need A Canon For It To Sail!

.

.

.

Best Regards.

~14/02/2017~