KRISTAL AIR

LEGENDA DESA ELAIRE

Hatsune Miku adalah salah satu pengendali air yang berbakat sejak lahir, suatu hari desa Elaire terserang mantra hitam yang membuat sebagian warga desa membeku sepertu patung, hanya keturunan dewi air saja yang tidak terkena dampak mantra tersebut, termasuk keluarga besar kerajaan. Miku bertekad untuk menghilangkan mantra hitam dengan kristal air. Namun ditengah perjalanannya ia bertemu dengan "Phantom" yang berusaha mengagalkan misi besar Miku.

Sampai kapanpun, kalau tidak ada yang membuktikannya, legenda hanyalah legenda (Hatsune Miku)

INTRO

Namaku Hatsune Miku, lahir dengan kemampuan mengendalikan elemen yang tentunya tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah. Kedua orang tuaku selalu mengajarku untuk melatih emosi dalam diriku agar dapat menggunakan elemen air secara maksimal demi kepentingan desa. Ketika usiaku 8 tahun, aku sudah bisa mengendalikan air hujan yang turun, aku bisa memisahkan air yang baik untuk kegiatan sehari-hari dengan air yang baik untuk kegiatan pertanian desa. Aku merasa, menjadi pengendali air adalah hal yang menyenangkan sampai saat aku menginjak usia 13 tahun, aku mengalami kegaglan. Aku terbawa oleh elemen airku dan semua bagain tubuhku menjadi air. Apapun yang aku lakukan, tidak ada hasilnya. Aku hanya kumpulan air berbentuk tubuh gadis. 2 tahun lamanya aku berusaha mengembalikan tubuhku.

Usia 16 tahun tubuhku baru bisa kembali seperti semula. Kekuatanku semakin bertambah, dan aku bisa mengontrol kapan aku menjadi air sepenuhnya atau hanya sebagian saja. 18 tahun aku dinobatkan menjadi putri kerajaan, karena kedua orang tuaku sudah harus pensiun. Tugas ku semakin berat, untungnya kakaku, Mikuo selalu mendukngku dan terus melatih kemampuanku.

Kini di usia ku yang ke 20 aku sudah bisa membuat berbagai ramuan untuk pengobatan, aku bisa membuat binatang dari air untuk sekedar menemani kakek dan nenek yang merasa kesepian, tidak hanya itu aku pun sudah bisa menguasai elemen air sepenuhnya termasuk untuk berperang.

.

Sekeliing desa telah aku pasang pelindung dari gelembung yang tak kasa mata. Gelembung ini sanggup bertahan selma 30 tahun lamanya, ia bisa menyaring udara yang bersih dan tidak tercemar, ia juga bisa menahan serangan dari hewan-hewan liar apapun itu. Sayangnya, aku melewatkan satu titik terpenting. Saluran air suci, yang berada di dalam istana. Setiap orang dapat mengambil air dari sana sebebasnya, karena air itu tidak akan habis sampai selamanya. Karena terlalu berfokus pada kondisi diluar istana, seorang penyusup dapat dengan mudah menyamar dan masuk ke desa dan ia memberikan mantra pada aliran air suci.

Saat ini hampir sebagian warga desa menjadi patung es. Hanya aku dan keluargaku saja yang tidak terkena dampaknya. Kakaku berusaha menetralkan air suci, ibuku berusaha mencairkan warga desa yang telah membeku, sementara ayahku memperketat sistem kerajaan dan desa agar tidak ada penyusup lagi disaat sistem pertahanan kerajaan lemah.

Maka dari itu, aku, Hatsune Miku, telah membulatkan tekad untuk mengikuti legenda "kristal air" meskipun belum ada yang pernah melihat bentuk kristal yang sebenarnya, aku yakin dan percaya aku dapat menemukan kristal tersebut. Legenda akan terus menjadi legenda sampai ada yang merubahnya, dan orang yang akan merubahnya adalah aku.

Legenda kristal air telah aku dengar sejak lama, bahkan sejak usiaku yang masih sangat muda. Konon katanya disebuah tempat terdalam di dasar laut ada pohon besar yang tumbuh disana. Didalam bagain pohon itu terdapat banyak kristal, namun hanya ada 4 kritstal yang asli dan mewakili empat elemen di planet jupiter ini. Empat elemen itu adalah air, api, udara, dan tanah. Belum pernah ada yang mendapatkan keempat kristal itu, walaupun sudah pernah ada yang melihat pohon di dasar air itu namun mereka tidak bisa mendekati pohon itu. Hanya orang dengan kemauan yang tulus dan hati yang bersih saja bisa menemukan kristal yang sebenarnya.

TUKANG KAYU

Tetesan air mentes dari ranting pohon dan semak yang dimana Mikuo berada. Rambut hijau toscanya sangat basah, seperti orang yang baru membersihkan rambutnya. Ia membasuh wajahnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang kendi kosong.

"Miko, lihatt! Aku bisa buat kembang air sekarang hihihi" Miku tersenyum tanpa rasa bersalah. Mikuo tersenyum memandang keceriaan adik semata wayangnya.

"Iya sih, Mi tapi sekarang kamu harus beresin semuanya. Kan kasihan kalau ada yang mau lewat sini nanti." Mikuo menghampiri Miku yang masih kagum akan kemampuannya.

"Tenang, Miko, aku bisa beresin ini sebelum kamu sempet kedip tiga kali!" gadis berkucir dua itu membelakangki kakaknya tanpa menunggu balasan atas pernyataanya tadi.

"O—okee.."Miku mulai menghitun.

"Satu kedip.." Ia merentangkan tangannya, mengarahkan kedua telapak tangannya ke udara, menutup matanya lalu menarik nafas. Semua percikan air bahkan genangan air yang ada di sekeliling mereka terangkat keudara dan berputar di atas kepala Miku. Bahkan air yang menempel di rambut Mikuo pun ikut terangkat. Mikuo ikut melihat ke atas menyaksikan pemandangan yang begitu indah diatasnya. Sekali-kali cahaya matahari memantulkan pelangi dari bola-bola air tersebut.

"Dua kedip.." Miku membuka matanya, ia tersenyum dan menyatukan kedua tangannya. Bola air itu kemudian bergabung dan menjadi satu bola air yang besar.

"Miku, kalau kamu gagal, hari ini kamu traktir aku makan di kedai ya hahaha.." Mikuo tertawa sambil menyilangkan kedua tangannya didada lalu mengambil beberapa langkah mundur. Ia tau, adiknya sering melakukan satu kesalahan di tahap ini, yang berujung bola itu jatuh dan membasahi Miku.

"Siap-siap kendi ya Miko! Hitungan tiga aku kembaliin airnya." Miku masih membelakangi Mikuo.

"H—hei, a—apaa Mi?" Mikuo panik. "TIGAAA!" Seketika Miku membaikan badan sambil mengayunkan tangan kanannya ke arah Mikuo. Bola air pun bergerak mengikuti tangan Miku.

.

.

Mikuo menutup matanya, namun aneh. Badannya tidak basah sedikitpun. Ia membuka matanya perlahan. Terkejut. Gelombang air itu tepat berada didepan mukanya. Kendi kecil yang berada ditangan kanan Mikuo bergoyang perlahan. Miku menarik posisi kuda-kudanya dan mengarahkan gelombang air itu agar masuk kedalam kendi.

"Wouw, Miku kamu..." belum sempat Mikuo melanjutkan kalimatnya, gemuruh tepuk tangan terdengar dari belakang semak-semak.

"Hebat tuan putriiii!"

"Putri Mikuuuu!" tidak lain itu adalah apresiasi dari para pemotong kayu yang tidak sengaja melihat Miku berlatih. Kedua mata saphire Miku selalu berbinar setiap mendengar penduduk desa yang memujinya.

"Ahaa terima kasih.. tapi maaf, aku mohon jangan beri tahu pada siapapun ya, kami pamit!" Mikuo mengedipkan satu matanya lalu menarik Miku yang asik menerima pujian, keluar dari hutan. Suara tepuk tangan mengiringi perjalanan mereka keluar dari hutan.

"Yahh, Iko, padahal aku lagi asik dadah-dadah tuh.." Miku sedikit kesal.

"Yaa, mau bagaimana lagi, kalau keterusan nanti kamu jadi sombong loh." Mereka berhenti tepat didepa gerbang masuk hutan.

"Hmm, bisa jadi.. tapi yauda deh, yu ke kedai ramen. Kan ada yang kalah taruhan. Hahahaha.." Miku berjalan melewati Mikuo yang masih menatapnya.

"Hufff.. ya udah deh.." mengakui kekalahan, Mikuo berjalan mengikuti langkah kaki adiknya yang kegirangan. Tawa dan canda Miku bersama Mikuo adalah pelengkap sore hari desa Elaire yang penuh dengan kicau burung pipit.

Kemeja putih dan jas hitam andalan Mikuo selalu ia kenakan walaupun sekedar melatih kemampuan Miku. Sementara gadis berusia 20 tahun itu selalu menggunakan dress putih selutut lengkap denan jubah biru laut yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. 3 tahun perbedaan usia tidak menjadi penghalang bagi Miku dan Mikuo untuk saling membantu dan mendukung satu dan lainnya.