Halo semuaaa \^o^/
Akhir-akhir ini aku sibuk MOS nih, makanya ga sempet bikin fic *curcol*
Tapi, tapi, tapi... Karena MOS-nya udah kelar, aku jadi bisa bikin fic deh buat kontes BTC
Semoga fic ini layak ikut kontes BTC ya~
Naruto © Masashi Kishimoto
Genre : Romance & Hurt/Comfort
Pair : SasuSaku
Rate : T
Warning : AU, typo bertebaran & yang paling penting, ini hasil otakku sendiri.
Second Chance by Hikari-hime Elf
Dedicated for Almh. Arnanda Indah (Kang Mas Neji Ganteng) & Alm. Christian Raphael Ariete (Raffa Part II)
DON'T LIKE? DON'T READ!
Wusshh
Angin berhembus pelan. Menerpa pepohonan rindang disebuah taman. Ditaman tersebut, tampak seorang gadis berambut senada dengan bunga sakura tengah duduk disebuah ayunan. Kaki jenjangnya mengayun pelan ayunan yang didudukinya. Disampingnya berdiri seorang pemuda berambut biru dongker yang mencuat ke atas. Pemuda itu bersandar pada tiang ayunan disamping sang gadis.
Wusshh
Angin kembali berhembus. Membelai lembut kedua anak manusia berbeda jenis itu. Suara hembusan angin dan gemerisik daun memecah keheningan yang tercipta. Bosan dengan keheningan yang mendominasi, sang pemuda -Uchiha Sasuke- membuka suara.
"Ada apa, Sakura?" tanyanya datar. Sang gadis musim semi -Haruno Sakura- menoleh. Menatap onyx yang juga tengah menatapnya.
"Ada yang ingin kutanyakan padamu, Sasuke-kun," ucapnya meminta persetujuan.
"Hn. Apa?" tanya Sasuke. Sakura terdiam. Hatinya bingung menentukan akan bertanya atau tidak. Tapi bila dia tak bertanya, dia tak akan mendapat kepastian atas hal yang telah mengganggu pikirannya. Akhirnya setelah mengumpulkan keberaniannya, ia pun mulai bertanya.
"Sebenarnya... siapa gadis... yang..." Sakura menelan ludahnya.
"...menciummu... kemarin?" tanyanya pelan. Dia melirik Sasuke yang tampaknya sedikit terkejut dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Tapi bukan Uchiha namanya kalau ia tak bisa mengendalikan emosinya sendiri. Sasuke kembali memasang tampang datarnya.
"Apa maksudmu? Siapa yang menciumku? Kau pasti salah lihat," elaknya.
Tidak. Sakura tak mungkin salah lihat. Masih segar dalam ingatannya, kejadian yang ia lihat setelah ia mengambil buku catatannya yang tertinggal di kelas.
Flashback ON
Tap tap tap
Suara langkah kaki menggema disebuah koridor sekolah. Seorang gadis berambut pink tengah berlari sambil merutuki kecerobohannya karena meninggalkan buku catatannya dikolong meja. Padahal materi dalam buku catatan itu akan dipelajarinya untuk ulangan besok. Setelah sampai di kelasnya, ia segera menuju ke mejanya. Tangan mungilnya perlahan meraba-raba kolong meja dan tak lama kemudian senyum menghiasi wajah manisnya kala tangannya berhasil menemukan buku bersampul coklat yang tengah dicarinya.
"Yokatta," gumamnya lega. Ia pun melangkah keluar dari kelas setelah sebelumnya memasukkan buku tersebut ke dalam tas.
Tap tap tap
Hanya suara langkah kaki yang mendominasi dikoridor sekolah yang telah kosong itu.
"Emh.." Sakura mengernyitkan alisnya ketika telinganya menangkap sebuah suara yang terdengar seperti suara err desahan.
"Sshh... Sasuke-kun."
Deg
Jantung Sakura berdegup kencang mendengar suara itu menyebut nama seorang pemuda yang tak lain adalah kekasihnya. Perlahan kaki jenjangnya melangkah menuju sumber suara.
Deg
Matanya membulat seketika melihat kekasihnya, Uchiha Sasuke, tengah berciuman mesra dengan seorang gadis berambut pirang dikuncir kuda yang dikenalnya bernama Yamanaka Ino.
Deg
Rasa sakit langsung menghantam ulu hatinya. Dadanya terasa sesak dan mata emeraldnya pun mulai berembun. Ia pun berlari sekuat tenaga meninggalkan dua anak manusia yang masih tenggelam dalam 'kegiatan' mereka. Ia berlari dan terus berlari. Sambil menahan rasa sesak didadanya. Sesekali tangan mungilnya menyeka kasar air mata yang mengalir deras dari kedua emeraldnya.
'Kau jahat, Sasuke-kun' batinnya miris.
Flashback OFF
"Jangan bohong, Sasuke-kun," lirih Sakura.
"Dia..." Sakura menghembuskan napasnya yang terasa berat. Ia menundukkan kepala. Menyembunyikan emeraldnya yang mulai berembun.
"...kekasihmu.. kan?"
Tes
Air suci itu pun menetes perlahan.
Menunjukkan betapa sakit hati pemilik manik emerald itu. Sasuke tak kunjung menjawab, membuat Sakura kembali membuka suara.
"Jawab aku, Sasuke-kun. Onegai," pintanya dengan suara serak. Air suci itu masih mengalir, membasahi pipi putih sang gadis.
Sasuke tertegun. Bingung harus menjawab apa. Akhirnya yang bisa ia ucapkan hanyalah sebuah pertanyaan yang membuktikan bahwa dugaan Sakura benar.
"Kalau sudah tahu, untuk apa bertanya lagi?" Jujur, saat ini Sasuke menyesal. Menyesal karena telah mengkhianati Sakura. Seharusnya saat itu ia tak menerima pernyataan cinta Ino. Seharusnya ia tak menduakan Sakura. Seharusnya ia bisa setia pada Sakura. Tapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Sakura sudah mengetahui semuanya sekarang dan ia harus siap menerima konsekuensi yang akan didapatnya dari perbuatannya sendiri. Disaat Sasuke tengah tenggelam dalam rasa bersalahnya, Sakura bangkit dan menyeka air matanya. Ia pun berdiri dihadapan Sasuke, lalu tersenyum miris.
.
.
"Aku hanya ingin mendengarnya langsung darimu, Sasuke-kun. Aku ingin tahu kenapa kau tega menduakanku."
Tap
Sakura melangkah mundur perlahan. Sedangkan Sasuke menundukkan kepalanya.
.
.
"Tapi sepertinya aku yang tak tahu diri."
Tap
.
.
"Aku hanya itik buruk rupa yang tak pantas berada disisimu. Wajar kalau kau bosan bersamaku."
Tap
.
.
"Mulai sekarang... aku akan melepaskanmu, Sasuke-kun."
Tap
.
.
"Aku akan pergi dari kehidupanmu."
Tap
.
.
"Aku tak akan pernah mengganggumu lagi, selamanya."
Tap
.
.
"Sayonara, Sasuke-kun."
Tap
.
.
"Semoga kau bahagia."
.
.
Sasuke masih menunduk. Ia tak menyadari kalau saat ini.. Sakura tengah melangkah mundur... ke arah...
.
.
.
.
.
Tiiinnnnn
.
.
.
.
.
Ckit
.
.
.
.
.
.
.
...jalan raya.
.
.
.
.
.
.
Duak
.
.
.
Bruk
.
.
.
.
.
"Kyaaaaa.."
.
.
.
.
.
.
Sasuke langsung menegakkan kepalanya. Segera ia berlari ke tengah jalan raya yang telah dikerumuni banyak orang.
Ia menerobos kerumunan tersebut. Matanya membulat seketika melihat sesosok gadis berambut pink -yang telah memerah dibeberapa bagian karena terkena darah- terbaring dengan darah yang telah menodai hampir seluruh bagian dari pakaian sang gadis.
'Kami-sama...' batinnya miris.
Tubuhnya terasa lemas seketika.
Bruk
Ia pun jatuh terduduk. Perlahan, diletakkannya kepala gadis itu diatas pangkuannya. Tangan kanannya menggenggam erat tangan kanan sang gadis. Air mata mulai menetes perlahan dari kedua onyxnya, mengalir menuju pipi tirusnya.
"Sakura... bertahanlah..." lirihnya dengan suara parau. Ia mengedarkan pandangan ke arah orang-orang yang tengah memandangnya iba.
"Tolong..." gumamnya pelan. Seketika itu juga, para lelaki membantu membopong tubuh sang gadis dan segera membawanya ke rumah sakit.
.
.
.
.
.
.
At Konoha Hospital
Sasuke duduk diruang tunggu dengan perasaan gelisah. Sesekali matanya melirik pintu ruang UGD yang tak kunjung terbuka sejak beberapa menit yang lalu. Berulang kali ia berdoa dalam hati, memohon agar gadis dalam ruangan itu selamat.
Cklek
Sasuke segera berdiri ketika telinganya mendengar suara pintu dibuka. Seorang wanita berambut pirang dikuncir dua keluar dari ruangan sembari menyeka keringat didahinya. Ia tersenyum melihat Sasuke yang tengah memasang wajah cemas.
"Tenanglah. Dia tidak apa-apa. Sekarang dia sedang tertidur karena pengaruh obat penenang," jelas wanita itu. Sasuke menghela napas lega. 'Yokatta,' batinnya. Ia menatap wanita dihadapannya dengan tatapan terima kasih.
"Arigatou, Tsunade-san," ucapnya. Tsunade mengangguk dan tersenyum.
"Douita." Dia pun melangkah pergi meninggalkan Sasuke yang segera masuk ke dalam ruang UGD.
.
.
.
Cklek
Terlihat seorang gadis tengah terlelap diatas sebuah ranjang. Kepalanya dililit perban dan pada salah satu tangannya terpasang infus. Sasuke melangkah masuk dan duduk dikursi yang disediakan disamping ranjang itu. Tangan kirinya menggenggam tangan Sakura, sang gadis. Sedang tangan kanannya merogoh saku celananya untuk mengambil handphone. Setelah itu dia mencari nama kontak dalam phonebook-nya lalu menekan tombol hijau. Tak lama kemudian terdengar jawaban dari seberang.
"Moshi-moshi, Sasuke-kun. Ada apa?"
"Hn. Aku ingin kita putus," ucap Sasuke to the point.
"A-apa? Kenapa?"
"Aku tak ingin membuat gadisku menderita lebih dari ini. Lagipula aku tak serius denganmu," ucapnya datar.
"Ka-kau... brengsek! Aku tidak mau!"
"Hn. Terserah. Yang jelas, antara kau dan aku tak ada hubungan apapun lagi."
Klik
Sambungan itu pun terputus. Sasuke tersenyum puas. Ia memandang wajah terlelap Sakura. Perlahan ia mendekatkan wajahnya.
"Cepatlah bangun, Sakura-ku," bisiknya ditelinga Sakura.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Engh..." Sakura menggeliat. Kepalanya terasa pusing. Ia menolehkan kepalanya melihat ruangan serba putih yang ia yakini pasti ini dirumah sakit. Ketika ia menolehkan kepala ke arah kiri, emeraldnya sedikit membulat. Napasnya serasa tercekat. Saat ini, wajah Sasuke berada tepat dihadapannya. Ia bahkan bisa merasakan napas hangat pemuda itu.
Perlahan Sasuke menggeliat. Matanya mengerjap berkali-kali, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang menerpa wajahnya. Setelah onyxnya terbuka sepenuhnya, ia sedikit terkejut melihat Sakura telah sadar. Senyum terkembang diwajahnya.
"Kau sudah bangun, hime?" tanyanya dengan senyum lembut. Membuat semburat merah muncul diwajah Sakura. Sakura hanya mengangguk pelan. Keduanya lalu terdiam.
.
.
"Sakura," panggil Sasuke. Sakura menoleh.
"Ya?" tanyanya.
"Gomen." Sakura mengernyitkan alisnya, bingung.
"Untuk?" tanyanya lagi. Sasuke memandang lembut Sakura.
"Untuk semua perbuatan bodohku yang telah menyakitimu. Gomen, telah mengkhianatimu. Gomen, telah membuatmu terluka. Kumohon, berikan kesempatan kedua untuk kembali bersamamu, mendampingimu dan menjagamu. Aku tak akan menyakitimu lagi. Aku janji." Sakura tertegun. Ini pertama kalinya Sasuke mengucapkan kalimat yang cukup panjang. Terlebih dengan tatapan yang memancarkan kesungguhan. Pertanda bahwa Sasuke serius dengan ucapannya. Sakura bingung. Apa yang harus ia lakukan. Disatu sisi, ia tak mau tersakiti lagi. Tapi disisi lain, ia masih sangat mencintai Sasuke.
"Kau tak bohong kan, Sasuke-kun?" tanya Sakura. Sasuke tersenyum miris. Ia sudah menduga, Sakura pasti meragukannya. Inilah akibatnya bila ia melukai perasaan gadis itu. Tapi, meski begitu, ia tak akan menyerah untuk mengembalikan kepercayaan sang gadis padanya. Sasuke mengangguk mantap.
"Hn. Aku janji. Jadi, masih ada kesempatan kedua untukku kan?" tanyanya. Onyxnya memandang emerald Sakura penuh harap. Sakura tersenyum dan mengangguk. Seketika itu juga, Sakura merasa tubuhnya terdorong kebelakang akibat pelukan Sasuke yang tiba-tiba. Meski sedikit terkejut, ia tetap membalas pelukan Sasuke.
"Arigatou," bisik Sasuke ditelinga Sakura.
"Ne, douita, Sasuke-kun," balas Sakura.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku pernah menyakitinya
Mengkhianati cintanya
Bahkan membuatnya hampir merenggang nyawa
Tapi aku akan memanfaatkan sebaik mungkin
Kesempatan kedua yang ia berikan padaku
Karena aku tak mau kehilangannya
Tak mau, dan tak akan pernah mau
OWARI
Yak, akhirnya selesai juga, fiuuuhhh #lapkeringet
Ah iya, Otanjoubi omedetou Sasu-koi, semoga cepet pulang ke Konoha dan cepet nikah sama Sakura hihihi ^^
Ne, semoga ficnya menghibur ya, jangan lupa review minna ^^
Mind to RnR? ^^
