Halo, saya Higanbana Rin Lidde yang sudah lama hiatus dan menggila menulis fanfiction diluar situs ini, khilaf dan lupa menyelesaikan fanfic-fanic lainnya. *curhat colongan* Ok, happy reading saja lah.

.

Higanbana Rin Lidde-2011, presents

How I Made Your Son Pregnant

Pandora Hearts-2006 by Jun Mochizuki

Juno-2007 wrote by Diablo Cody

Humor/Family, semi-M *?*

Warning! MPREG, sho-ai, AU, OOCness, movie-based

.

Semuanya berawal dari sebuah sofa

.

#1: Musim Panas

.

Wow, aku tidak menyangka sofa butut inilah yang menjadi awal dari segalanya. Kenapa kami tidak melakukannya di jacuzzi atau di bawah pohon maple? Setidaknya dengan begitu aku bisa menyombongkan diri pada teman-temanku. Ya, mungkin tidak pada bagian suksesnya sofa tua ini membawa diriku—kami- pada masalah yang tidak pernah kuduga. Tapi harus kukatakan bahwa sofa itu adalah rongsokan perabotan rumah tangga terhebat yang pernah kulihat.

.

PRAAANG! Suara kaca jendela pecah membuat ketenangan kompleks perumahan itu terusik. Seorang anak laki-laki berambut pirang berdiri di dekat pagar rumah ber-cat krem itu sambil melempar-lemparkan kerikil ke udara.

"Siapa itu?" seorang wanita berambut ikal pendek membuka pintu rumah dengan kasar.

"Pagi, Vanessa!" sapa anak laki-laki itu dengan muka santai. "Maaf, aku sebenarnya ingin melemparkan kerikil ke arah pintu rumah kalian, tapi malah kena jendela,"

"Oz, kau tidak pernah mendengar istilah bel?" tanya Vanessa dengan nada menahan marah.

"Kupikir tidak keren seorang laki-laki mendatangi rumah temannya sambil membunyikan bel. Kau harusnya bersyukur aku tidak langsung memanjat dan masuk ke kamar adikmu itu," jawab Oz, masih tetap dengan wajah tidak berdosa dan nada bicara yang sedikit mengejek. Vanessa mendesah sebal, dia membanting pintu rumahnya dan berteriak memanggil nama adiknya. Tidak lama kemudian, yang dicari pun keluar.

"Yo, Oz!" sapa laki-laki bermata biru langit itu. Dia masih memakai boxer spongebob dan handuk, sepertinya baru selesai mandi.

"Yo, Elli!" balas Oz. Dia berjalan tiga langkah ke depan dan menatap Elliot dengan tatapan serius.

"Kenapa?"

"Coba tebak—" Oz memberikan jeda sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku hamil."

"…"

"…"

Elliot mengerjapkan matanya, tidak percaya. Dia nampak kesulitan mencari reaksi yang tepat.

"Ah… Selamat-?"

"Elli!" bentak Oz.

"Oh, maaf. Aku tidak tahu harus bilang apa, tapi… MPREG? Wow, kupikir kau yang akan menghamili anak orang—"

"Coba tebak lagi,"

"Apa?"

"Kau yang bertanggung jawab," Oz melemparkan kerikil yang dipegangnya tadi ke dahi Elliot.

"Hah? Aku? Mengha—" Elliot tidak melanjutkan kata-katanya, hampir saja dia memberitahu satu kompleks perumahan kalau dia menghamili anak laki-laki orang.

"Apa yang kau lakukan? Mencuri spermaku dan memasukkannya lewat 'barang'-mu?" bisiknya.

Oz mengangkat kedua tangannya, "Kau lupa? Wow, pantas banyak orang yang melakukan seks ketika mabuk," katanya sambil memijit dagunya. "Kalau kau lupa, akan kujelaskan kronologisnya—"

.

Malam itu sedang tidak ada orang di rumah Oz karena semuanya sedang pergi melayat ke rumah keluarga jauhnya. Hanya ada Elliot dan Oz di rumah itu.

Elliot melemparkan kaleng jus apel-nya ke sembarang tempat setelah tegukan terakhir. Mukanya memerah, dia duduk lemas di sofa tua yang ada di kamar Oz. Kepalanya mendadak pusing, pandangannya berkunang-kunang. Kondisi si pirang juga tidak jauh berbeda. Dia berjalan gontai seperti zombie, tidak jarang kepalanya membentur sesuatu yang dilewatinya.

"Panas…" desah Elliot. Masih dalam keadaan setengah sadar, Elliot melepaskan baju kaosnya. Masih tetap merasa panas, dia pun melepas celana jins-nya.

Dan dia merasa tanggung, maka celana dalamnya pun dilepas. Kini Elliot Nightray pun telanjang bulat, saudara-saudara!

Oz diam selama lima detik melihat temannya sedang tiduran di sofa dalam keadaan telanjang.

"Astaga, Elliot. Kau terlalu seksi bahkan untuk menarik perhatian laki-laki—" desis Oz.

Dia berjalan cepat mendekati Elliot sambil melepas kaosnya, celananya, semuanya. Kini ada dua pria naked di kamar yang sama, saudara-saudara!

"Oz—"

"Aku tidak tahan ingin 'memakanmu'. Sial, kau lebih seksi dari Miyabi!"

BRUAK! Oz melompat ke atas tubuh Elliot. Nafasnya tersengal-sengal, wajahnya makin merah. Bau yang cukup menyengat tercium dari mulutnya. Melihat wajah seperti itu, Elliot menarik bahu Oz agar mereka bisa—

.

"Stop! Stop! Iya, aku tahu kelanjutannya akan seperti apa!" Elliot mengacak-ngacak rambutnya, frustasi. Bisa-bisanya dia melakukan hal sakral begitu dalam keadaan mabuk, dan dengan teman laki-lakinya.

"Setidaknya aku yang berada di atas. Fufu.." Oz tertawa mengejek.

"Ini bukan sesuatu yang harus ditertawakan!" Elliot mengguncang-guncang bahu Oz dengan wajah panik.

"Jus apa yang sebenarnya kau berikan untukku malam itu, hah?"

"Jus apel, dengan kandungan alkohol empat puluh persen,"

"Apa? Kau tidak membaca labelnya benar-benar?"

Oz menepis kedua tangan Elliot dari bahunya, "Ayolah, ini bukan hal besar. Semua orang pasti melakukannya juga suatu saat nanti,"

"Mabuk karena jus apel?" tanya Elliot.

Oz menggeleng, "Melakukan seks,"

"Tapi tidak dengan yang sejenis, Oz Vessalius! Aku laki-laki 17 tahun yang sehat dan normal!"
"Sehat? Kau menghabiskan delapan tahun di sekolah khusus laki-laki, Elliot. Orang tidak akan heran jika kau mengaku homo,"

"Cobalah berhenti bersikap tenang dan paniklah sedikit! Kau hamil, Oz!" Elliot memelankan suaranya di kalimat terakhir.

Oz mengerutkan dahinya, "Hey, bukan kau yang hamil, kenapa kau yang repot-repot?"

"Aku tidak mau jadi ayah dan pelajar SMA di saat yang bersamaan!"

"Aku juga!"

"Ya sudah, aborsi!"

"Ok!"

"Hah?" Elliot bungkam. "Kau serius?"
"Kalau memang aborsi yang terbaik, ya sudah."

"Aaa—kau tidak mengikuti pelajaran biologi kemarin, Oz?" tanya Elliot. Oz menggeleng.

"Laki-laki tidak punya lubang yang cukup besar agar alat aborsi bisa masuk ke tubuhnya,"

"Kalian belajar MPREG?"

"Tidak, kami menonton film aborsi, disertakan juga foto-foto jasad dari bayi sisa aborsi," jelas Elliot. Oz diam, mukanya langsung pucat.

"O—Oz?"

"HOOEEEK!"

Elliot membelakkan matanya tidak percaya dan tidak terima saat Oz muntah di kakinya.

"Sandal Diego-ku!" erangnya. "Oz! Kehamilanmu itu adalah karma karena mabuk disaat keluargamu meninggal!"

"Berisik! Kau juga ikut mabuk! Ho—hoeeeek!"

.

"Kau minum empat kaleng lemon tea, Oz!" kata Elliot saat Oz membuang kaleng ke bak sampah. Mereka berdua kini sedang dalam perjalanan menuju sebuah toko apotik di pinggir kota.

"Ibuku minum dua teko teh es saat dia mau mengetes apakah dia positif mengandung Ada atau tidak. Aku tidak tahu kenapa, tapi kupikir tidak ada salahnya meniru,"

"Wow, aku tdak tahu itu, aku anak bungsu—" Elliot menghentikan langkahnya saat dia menemukan apotik yang dicari. "Ini tempatnya,"

.

Oz dan Elliot masuk ke dalam apotik dan langsung menemui penjaganya. Seorang pria tinggi berkacamata dengan seragam putih—seragam kerja di apotik itu-

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mencari alat tes kehamilan," kata Oz.

"Untuk ibu anda?"

Elliot menggeleng, "Bukan, untuknya." katanya sambil menunjuk Oz. Pria itu diam membisu, bingung ingin menjawab apa.

"Ada apa, Liam?" pria lain datang menghampiri si kacamata tadi. Tapi dibilang pria pun, rambut merah panjangnya dan juga matanya yang sipit membuatnya terlihat seperti banci Asia.

"Tuan Rufus, dua anak muda ini mencari alat tes kehamilan, tapi—"

"Temanku ini pengidap MMPREG yang langka," Elliot melirik Oz yang berdiri di sebelahnya.

"Pengidap? Tidak ada kata lain? Kurasa MPREG bukan suatu candu,"

"Siapa bapaknya?" tanya Liam.

"Aku," jawab Oz.

"Bukan, bapak yang satunya,"

"Oh, dia." kata Oz sambil menunjuk Elliot.

"Kami tidak tahu apakah ada alat tes kehamilan untuk MPREG, jadi—"

"Ah! Berikan saja alat tes kehamilan biasa! Aku tidak tahan ingin ke toilet sekarang!"

.

Oz keluar dari toilet sambil memainkan alat tes kehamilan di tangan kirinya. Baik Elliot, Liam, atau si bos—Rufus- nampak tegang menunggu berita dari Oz.

"Hey, tuan rambut merah! Bagaimana cara kita tahu apakah kita hamil atau tidak?"

"Lihat saja, kalau garisnya berbentuk tanda tambah, berarti kau hamil."

Oz melihat kembali alat tes-nya, dia mengerutkan dahinya, "Bentuknya seperti pembagian,"

"Hah?" si bos langsung merebut alat tes kehamilan itu dari tangan Oz. "Iya juga," katanya.

"Jadi itu artinya setengah hamil?" tanya Elliot asal.

"Tidak ada yang namanya setengah hamil, kau pikir aku mengandung bayi tanpa alat kelamin?" protes Oz.

Rufus memandang karyawannya, Liam. Liam mengangkat bahunya lalu melirik ke arah Elliot. Elliot menoleh ke arah Oz. Oz membuang alat tes kehamilan ke bak sampah.

"Ada alat tes dengan merk lain?" tanyanya.

"Ada," Rufus mengambil sebuah kotak yang terlihat sedikit lebih berkelas dari yang sebelumnya. Jika yang tadi bergambar perut wanita hamil, yang ini bergambar suami yang sedang memeluk istrinya dari belakang.

"Harganya cukup mahal, karena ini alat tes bagus." katanya.

"Ok, Elliot. Kau yang bayar," Oz membuka kotaknya dan mengambil alat tes yang diperlukannya, lalu pergi ke toilet lagi.

"Aku sudah membayar untuk empat kaleng minumanmu, kau mau membuatku bangkrut!" protesnya. Tapi percuma saja, Oz sudah masuk ke dalam toilet. Dengan sangat tidak ikhlas, Elliot mengeluarkan dompetnya dan membayar.

"Hei…" panggil Liam.

"Hn?"

"Kau pasti sangat hebat. Kehamilan pria bukan sesuatu yang sering terjadi." bisiknya.

"Ah, aku tidak bangga menghamili laki-laki,"

"Lalu? Dia—"

"Aku dijebak jus apel," sanggah Elliot, menutup pembicaraan. Tidak lama setelah itu, Oz keluar lagi dari toilet.

"Bagaimana?" tanya Elliot.

Oz mendesah sambil melemparkan alat tersebut kepada Elliot. "Tanda tambah merah yang sangat tidak suci,". Elliot tidak menjawab, dia pingsan.

.

"Uh…" Elliot membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan seluruh tubuh bagian belakangnya sakit, seperti habis di seret.

"Oh, kau bangun juga," kata Oz yang duduk di sampingnya sambil membaca komik. "Kita di rumah Alice," lanjutnya.

"APA?" Elliot langsung bangun dari ranjang dan menatap Oz dengan tampang tidak percaya.

"Kau kenapa?"

"Aku di kamar anak perempuan?" Elliot panik.

"Kau menghamili teman laki-lakimu, tapi kau panik karena tidur di kamar anak perempuan?"

BRAK! Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang dibanting dengan keras. Oz dan Elliot menengok ke arah pintu, benar saja itu Alice.

"Elliot Nightray, apa yang kau dan Oz lakukan, hah?" Alice berjalan cepat ke arah mereka berdua, mengambil bantal dan memukul kepala Elliot dengan bantal tersebut.

"Kenapa cuma aku yang dipukul?"

Alice menoleh ke arah Oz, "Kau yang hamil?" tanyanya. Oz mengangguk sekali.

"Tidak mungkin aku memukul orang yang sedang hamil,"

"Itu curang, Alice! Ayolah, itu juga bukan ideku!" Elliot membela diri.

"Kau telanjang di kamarku dan membuatku jadi ingin melakukan seks denganmu!" tuduh Oz.

"Kau membuatku mabuk dan menyerangku dari atas!" balas Elliot.

"Aku mengambil keperjakaanmu, Elliot!"

"Hanya itu? Aku membuatmu hamil seperti perempuan!"

"Kaliab berdua diamlah!" Alice memukul kepala dua temannya itu agar diam.

"Ini hari minggu yang tenang, lalu Oz datang menyeretmu yang pingsan sampai ke kamarku, dan sekarang kita membahas kehamilan Oz dan siapa yang bersalah. Kalian pikir aku siapa? Staff Woman Now?" celotehnya. Oz dan Elliot saling berpandangan, lalu melirik ke arah Alice.

"Kami mau menggugurkan kandungan ini," kata Oz dan Elliot bersamaan.

"Lalu?"

"Dimana aku bisa menggugurkan kandungan ini?" tanya Oz sambil memukul-mukul perutnya pelan.

"Kukira aborsi bukan ide baik. Jasad calon bayi yang hancur itu tidak akan muat keluar lewat barangmu," kata Alice.

"Aku sudah mengatakan itu pada Oz tadi. Lalu ide baiknya apa?" kali ini Elliot yang bertanya.

"Pertama-tama kalian harus mengatakan ini pada orang tua kalian. Atau paling tidak orang tua Oz dulu," saran Alice.

.

Zai dan istrinya, Rachel, duduk dengan wajah bingung. Sementara Oz hanya berjalan mondar-mandir di depan mereka dan Elliot cuma duduk di tangga dengan wajah tidak sabaran.

"Hhh…" Oz mendesah. "Aku tidak yakin aku harus mengatakannya seperti apa—"

"Kau dikeluarkan?" tebak ibunya dengan wajah sedih.

"Tidak—maksudku, belum-. Pihak sekolah akan menghubungi kalian terlebih dahulu jika aku dikeluarkan,"

"Oh. Hanya menduga," ibunya mengangguk-anggukan kepala.

"Oz, kau butuh uang untuk menyewa pengacara?" tebak ayahnya.

"Hah? Memangnya aku ini apa? Seorang kriminal yang membunuh guru fisikaku sendiri? Aku tidak butuh pengacara!" protes Oz.

"Ya, kau kriminal. Secara tidak langsung kau melakukan penipuan dan pencurian padaku," gumam Elliot.

"Diamlah!" bentak Oz.

"Baiklah, kembali ke topik utama. Sebenarnya ada masalah apa?" tanya ayahnya.

"Aku—aku berharap setelah ini aku akan mendapatkan pengampunan. Dan akan lebih baik jika tidak ada kekerasan dengan memukul kepalaku menggunakan benda tumpul—"

"Ya?"

Oz menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Aku—"

"Aku pulang!" suara Ada memecahkan konsentrasi Oz.

"Hei, Ada!" sapa Oz.

"Hei, kak!"

"Kau baru pulang les? Sepertinya bukumu ketinggalan di tempat les. Sebaiknya kau cepat mengambilnya sekarang," Oz mendorong tubuh Ada dan membawanya ke pintu depan lagi.

"Tapi, aku—"

"Periksa saja," kata Oz sambil menutup pintu.

"Apa yang kau lakukan? Mengusir adikmu sendiri?"

"Dengar, bu. Ini bukan sesuatu yang pantas didengar olehnya—" Oz menerangkan.

"Dan jika Ada mendengarnya, harga diri Oz sebagai kakak dan sebagai pria akan runtuh," timpal Elliot. Oz mendelik, "Bisakah kau diam sebentar, Elliot Nightray?"

"Baiklah, lanjutkan. Aku ingin kalian berdua memaafkanku—kami- karena hal ini—"

Oz memberikan jeda sebelum melanjutkan kata-katanya. "Aku hamil,"

Orang tuanya tidak bisa berkata apa-apa, mereka terlalu kaget.

"MPREG?" ayahnya terlihat tidak yakin.

"Aku mempersiapkan diriku jika suatu hari Ada yang bicara begitu, tapi kau, Oz—" ibunya menghela nafas berat.

"Siapa bapaknya?" tanya ayahnya lagi.

"Aku. Aku kan laki-laki," kata Oz.

"Bukan, bapak yang satunya,"

Oz melirik ke arah Elliot sambil menunjuknya dengan jempol.

"Ah, aku minta maaf, paman, bibi. Tapi kejadian itu sama sekali diluar kesadaranku." Elliot langsung berdiri, dan dengan sedikit panik, dia mencoba menjelaskan apa yang terjadi agar tidak ada vas bunga melayang ke arahnya.

"Aku pria normal, begitu juga dengan Oz. Kami melakukan itu secara tida sengaja karena mabuk setelah minum jus apel yang ternyata kadar alkoholnya empat puluh persen." Elliot menjelaskan.

"Dan karena kami berdua memang sangat menarik dan menggairahkan bahkan bagi yang sesama jenis, kejadian itu tidak bisa dihindari." lanjut Oz. Elliot mengangguk setuju.

"Siapa yang diatas?" tanya ibunya. Oz dan Elli terdiam, bingung dengan pertanyaan aneh itu.

"Ah… Aku," jawab Oz. Diluar dugaan, orang tuanya justru bernafas lega. "Sudah kuduga, Elliot tidak akan mampu melakukannya," kata ayah Oz.

"Wow, wow, paman. Apa yang kau maksud dengan tidak mampu?" protes Elliot.

"Ok, lupakan saja detil yang tidak penting itu. Sekarang, mau kalian apakan bayi itu?"

Oz mengangkat bahunya, "Tidak tahu, ayah. Awalnya kupikir akan lebih baik dengan aborsi, tapi sepertinya itu ide yang buruk."

"Ya, itu memang ide yang buruk," kata ibunya. "Biar kutemani ke dokter kandungan di kota sebelah. Kau tentu tidak mau ketahuan MPREG, kan?"

"Kalau kau tidak mau menjaga bayi itu, berikan saja pada keluarga yang ingin mengadopsi anak," usul ayahnya.

Oz mengerjap, dia melirik ke arah Elliot, Elliot mengangkat bahu, dia kembali menatap kedua orang tuanya. "Kalian tidak marah?" tanyanya.

"Apa kau dikeluarkan dari sekolah?"

Oz menggeleng.

"Kalau begitu bukan masalah," jawab ayahnya enteng.

"… Hah?"

.

TBC

.

All hail Juno! Saya suka sekali dengan film itu! Oh iya, bagi yang nggak tahu, MPREG itu kehamilan pria. Awalnya saya mau bikin Elliot yang jadi Juno dan Oz yang jadi Bleeker, tapi setelah saya pikir-pikir lagi, image Oz lebih bisa nyambung ke Juno. Entah kapan akan saya lanjutkan, pokoknya tunggu saja. :D

Yasud, review?

Fujoshi Rocks!

xoxoxo

Rin