Disclaimer : Mbak Joanne Kathleen Rowling yang dengan baik hati mw ceritanya kupinjam tuk dihancurkan d ff ini.. :'(
Remus memandang sebuah peti di dekat kakinya. Ia terpaku. Matanya terpancang pada peti itu. Terpana, mengingat belum sampai seminggu ia terakhir bercanda ria dengannya, mendengar tawanya, berlarian bersamanya. Dan sekarang, orang itu telah terbaring tak bernyawa di dalam peti, siap untuk ditimbun tanah. Ia melirik nisan di sampingnya.
.
JAMES POTTER
LAHIR 27 MARET 1960
MENINGGAL 31 OKTOBER 1981
Musuh terakhir yang harus dimusnahkan adalah kematian
.
Matanya kering. Tidak ada genangan disana. Tapi dadanya terasa sesak. Sesak sekali. Rupanya kesedihan yang dirasakannya telah melampaui batas air mata. Telinganya menangkap banyak suara. Suara terisak, menahan tangis, dan suara – suara kegembiraan akan jatuhnya Voldemort. Ia benci sekali mendengarnya. Ia ingin kabur dari sana, berlari, berlari sejauh-jauhnya, agar tak mendengar suara-suara itu. Suara sedih palsu, dan suara – suara bahagia yang tak tahu apa-apa itu. Oh, tentu saja mereka tak tahu apa-apa. Tak ada yang tahu James Potter lebih dari ia.
Tapi kakinya sudah tak mau digerakkan. Kakinya berat, seperti membatu, bahkan hanya untuk diseret. Seakan-akan anggota tubuhnya sekarang tidak mau lagi menurutinya. Maka ia pun kembali terpaku, tertegun, memandang peti dengan tatapan kosong tanpa emosi.
Tiba-tiba, terdengar sebuah suara dibelakangnya. Ia menoleh, dan dilihatnya seseorang berwujud setengah raksasa dibelakangnya. Hagrid. Ia mengerjap, lalu kembali berbalik menatap nisan.
"Ini yang terbaik untuknya, mungkin." kata Hagrid lirih. Remus bergeming. Hagrid menghela napas.
"Jangan paksakan dirimu, Remus.." Remus menutup matanya selama sepersekian detik, sebelum dibukanya lagi. Hagrid memandang Remus dengan sedih. Remus tak mengacuhkannya, lalu berjongkok dihadapan peti sahabat karibnya. Ia menghela napas berat, menahan sedih, sebelum berdiri kembali.
"Kuburkan dia." katanya perlahan. Hagrid memandangnya dengan terkejut, bersama dengan para pengunjung yang lain. Mereka semua tahu bagaimana cerita Remus dan James dahulu, bersama dengan anggota Marauders yang lain. Tapi, ia tak mengacuhkan mereka. Ia tetap menatap peti yang mulai ditimbun tanah itu. Matanya kini tak lagi kering. Sesak dalam dadanya menguat, membuatnya sulit bernapas. Sembari melihat nisan di sebelahnya, beserta peti yg tertimbun tanah, ia menyadari, betapa hidupnya tak akan sama lagi.
A/N : Drabble selingan bodoh yang didedikasikan untuk temanku yg gi kena musibah… tepatnya, di DO dari sekolah. Review, ya! Mungkin saja review kalian akan menentramkan hatinya… he3
.
P.S : Maaf klo cuman nisan James yang ditulis. This about James, remember? #ngeles
